Sebenarnya, cara seperti ini dapat diterapkan secara umum, tidak harus sebagai mahasiswa, namun plan semacam ini biasanya cukup dekat dengan mahasiswa. Karena, biasanya siklus keuangannya sangat dinamis, terkadang bagus, terkadang juga buruk.
Ketika berada di situasi yang tidak bagus, maka jangan kawatir untuk merasa tidak kuat berpuasa. Masih ada banyak cara untuk mahasiswa yang ber-budget pas-pasan, kok.
Jika sanggupnya membeli nasi lalapan, silakan konsumsi nasinya dengan setengah porsi saja. Mengapa demikian?
Karena nasi akan berubah menjadi gula (bukan gula tebu) di dalam tubuh dan ketika menjadi gula, perubahannya ke sumber energi akan sangat cepat. Nahasnya, energi itu juga akan cepat habis. Sehingga, hal ini sangat tidak baik bagi orang yang berharap akan kuat beraktivitas sampai sore---apalagi di siang hari yang panas.
Maka dari itu, Anda bisa menyiasatinya dengan menambah porsi protein. Tidak harus daging ayam, ikan, dan daging lainnya. Telur dan tempe-tahu sudah cukup. Bahkan, secara pribadi, penulis menyarankan untuk mengonsumsi tempe. Karena, dengan strukturnya yang lebih padat, dia akan cukup lama untuk diproses di dalam tubuh.
Minimal dua potong tempe sudah cukup untuk membantu kinerja Anda seharian. Sedangkan untuk menopang kesegaran, Anda bisa menyiasatinya dengan minum air mineral minimal segelas pasca makan, dan setengah-segelas lagi saat akan imsyak. Melalui cara yang demikian, Anda tidak perlu risau dan pesimis bahwa Anda tidak akan mampu berpuasa hanya karena tidak mampu menyajikan menu lengkap untuk sahur.
Misi utamanya di kala berpuasa adalah sahur. Terlepas dari apapun menunya, sesuaikan saja dengan kemampuan ekonomi dan kebutuhan tenaga dalam beraktivitas Anda. Dua kunci inilah yang sebenarnya menjadi menu utama dalam sahur.
Jadi, apakah masih ada alasan untuk tidak berpuasa dan loyo?
Semoga bermanfaat dan semangat berpuasa!
Malang, 13 Mei 2019
Deddy Husein S.