megengan'. Ya, itu adalah istilah yang menggambarkan kegiatan bagi-bagi makanan untuk orang-orang di sekitar yang biasanya dapat dilakukan oleh siapapun yang mampu melakukannya.
Ada tradisi yang tak hanya dilakukan oleh masyarakat secara luas, namun juga secara kelompok hingga masing-masing keluarga. Jika Anda adalah orang yang tinggal di Jawa, mungkin tidak akan asing dengan istilah 'Istilah megengan sedikit mirip dengan istilah 'meugang' di Aceh. Namun, bedanya, megengan lebih ke pembagian makanan, baik makanan jadi ataupun bahan pokok makan/sembako. Sedangkan, meugang adalah tradisi menyembelih hewan kurban yang kemudian masakannya akan dikonsumsi bersama dengan keluarga maupun yatim-piatu. Kedua hal tersebut digunakan sebagai acara tradisi penyambutan dan penyedekahan buat orang-orang di sekitar yang memang membutuhkan. Tradisi ini sangat bagus dan biasanya akan dirindukan ketika masyarakat dewasa kini rata-rata menjadi perantau---jauh dari kampung halaman.
Termasuk penulis yang juga mulai tak merasakan indahnya megengan. Karena, sedang tidak tinggal di kampung halaman. Sehingga, momen merasakan bagi-bagi berkah semacam itu akan jarang terjadi. Kalau tentang mendapatkan makanannya, mungkin dapat namun untuk momen makan-makan bersama, itu yang tidak didapatkan ketika merantau.
Apalagi Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dengan aktivitas ibadah yang padat namun menyenangkan. Maka, sangat dibutuhkan adanya pemandangan yang bagus untuk membuat perasaan semakin teduh. Itulah mengapa ada tradisi mengecat ulang rumahnya masing-masing.
Hal ini juga tidak dirasakan oleh penulis di tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, karena, tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya di rumah sendiri saat Ramadan akan tiba. Biasanya, penulis masih berada di tempat perantauan. Sehingga, momen yang menarik seperti itu akan terlewatkan begitu saja.
Momen ketiga yang dirindukan namun biasanya masih bisa dilakukan adalah berbuka bersama di masjid. Masjid ini kebetulan menjadi istimewa karena terletak di pusat kota tempat asal penulis. Momen itu bahkan sudah tak lagi ada sejak penulis merantau dan pindah tempat tinggal. Meski begitu, momen berbuka bersama di masjid masih dapat dilakukan di masjid lainnya yang terdekat, baik dekat dengan tempat kost maupun tempat tinggal saat ini.
Secara pribadi, menilai momen berbuka puasa di masjid adalah suatu tanda keinginan umat muslim untuk terus membaur dan mencari ilmu tentang ajaran agama Islam yang biasanya jarang dilakukan saat hari-hari biasa. Bersama dengan kelonggaran waktu yang ada ketika bulan puasa---biasanya jam kuliah dan kerja akan selesai lebih awal---akan dapat dimanfaatkan masing-masing untuk beribadah dan menghadiri ceramah keagamaan di masjid.
Momen ini penting, karena akan membuat pengetahuan terhadap agama semakin dalam dan harapannya dapat mendorong umat Islam untuk mentas dari bulan Ramadan dengan pola pikir dan pola hidup yang lebih segar.
Satu hal terakhir yang ada di tradisi tempat asal penulis, yaitu Tulungagung, adalah Pasar Murah atau bisa juga disebut Pasar Ramadan. Disebut dengan dua nama tersebut karena pasar itu akan menjual barang aneka macam dengan harga cukup terjangkau dibandingkan di tempat lain dan hari lainnya. Selain itu, dapat disebut dengan Pasar Ramadan, karena hanya diadakan di pertengahan bulan Ramadan menjelang akhir. Sehingga, banyak orang akan datang ke pasar ini untuk berbelanja kebutuhan menyambut lebaran. Misalnya, kue-kue ataupun baju lebaran.
Di Pasar Ramadan ini, biasanya penulis dapat membeli pakaian untuk berlebaran maupun mengantarkan orangtua untuk berbelanja kue-kue lebaran yang enak namun masih terjangkau harganya. Situasi ini sudah nyaris 4 tahun lebih sudah tak lagi dilakukan oleh penulis karena memang di antara anak dan orangtua sama-sama merantau sehingga, sangat sulit untuk kembali melakukan tradisi yang sama seperti beberapa waktu sebelumnya.
Keempat tradisi ini memang ada yang cenderung lokalitas, namun ada juga yang bersifat umum. Artinya, banyak melakukannya di berbagai tempat dengan berbagai istilahnya. Namun, yang terpenting di keempat tradisi ini adalah momen kebersamaan. Kebersamaan dengan saudara, orangtua, keluarga, dan teman-teman sepermainan adalah yang sangat dinantikan ketika Ramadan kembali hadir menyapa kita semua.