Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Peran Guru Honorer?

4 Mei 2019   08:14 Diperbarui: 4 Mei 2019   10:36 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin itu yang terlintas (di pikiran) ketika penulis masih sekolah saat itu (beberapa tahun lalu). Karena, saat itu, penulis belum bisa membedakan mana guru yang honorer dan mana yang merupakan pegawai negeri. Karena, biasanya yang mengajar (mengadakan KBM) di sekolah itu (khususnya di sekolah penulis) adalah guru-guru yang sudah memiliki nomor induk kepegawaian (NIP/nomor induk pegawai). 

Sehingga, kurang banyak yang penulis ketahui tentang keberadaan guru honorer---khususnya di sekolah penulis. Kecuali yang ditempatkan sebagai pengurus sekolah seperti di TU atau di perpustakaan.

Kalaupun ada, guru honorer itu biasanya guru olahraga atau yang disebut juga mata pelajaran (matpel) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (penjaskes). Atau ada pula guru honorer di mata pelajaran kesenian/seni budaya. Di situ, terdapat kemungkinan adanya peluang mendidik bagi guru honorer.

Selain itu, ada satu hal yang penulis ketahui saat itu. Yaitu, guru honorer adalah guru muda. Sehingga, perannya lebih mengarah pada pengabdian daripada pekerjaan. Karena, mereka terkadang tidak secara spesifik ditempatkan untuk mengajar di mata pelajaran tertentu. Sehingga, bisa disebut bahwa guru honorer adalah guru muda yang bersedia mengabdi di dunia pendidikan.

Selain ciri-ciri yang diketahui penulis secara terbatas saat itu, maka, penulis juga melihat bahwa guru honorer juga bisa disebut sebagai serep. Ketika guru utama berhalangan mengajar dan daripada kelas (jam) kosong, maka, guru honorer digunakan untuk mengisi kegiatan belajar-mengajar. Minimal memberikan tugas dari guru utama lalu mengawal jalannya pengerjaan tugas untuk para murid tersebut.

Cukup sederhana tentang apa yang diketahui oleh penulis tentang guru honorer saat masih sekolah waktu itu. Namun, penulis mulai berpikir bahwa guru honorer itu sebenarnya berada di antara penting dan tidak penting.

Penting, karena seperti yang dicontohkan sebelumnya, ketika sekolah tersebut sedang kekurangan tenaga didik (mis. guru utama berhalangan hadir), maka kehadiran guru honorer akan sangat dibutuhkan. Bahkan di mata pelajaran tertentu, sangat diperlukan adanya guru yang sangat terampil, dan di situ ada peluang bagi para guru honorer untuk mengambil peran sebagai pendidik.

Hal ini terjadi bukan karena, guru tetap (sudah PNS) adalah guru yang kurang terampil, namun terkadang ada suatu hal yang istimewa dari guru honorer. Yaitu, kemauan untuk kerja lebih keras dalam mengajar. Untuk itulah muncul istilah pengabdian dibandingkan pekerjaan saat menyebutkan status guru honorer. Mereka (memang) sedang mengabdi, alih-alih bekerja.

Selain itu, ada keunikan dari guru honorer yang mungkin tidak banyak dimiliki oleh guru tetap. Yaitu, pemilihan bidang pelajaran. Guru honorer cenderung memilih bidang yang mengasah keterampilan dibandingkan mata pelajaran ilmu pasti dan ilmu terapan. 

Sedikit ditemukan adanya guru honorer yang mengajar mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, Bahasa, ataupun Geografi misalnya, dibandingkan guru honorer yang mengajar di matpel TIK, Seni Budaya, dan Penjaskes/Olahraga. Karena ketiga matpel ini memang perlu keterampilan lebih dalam praktik dibandingkan pengenalan teori (saja).

Dari sini, penulis mencoba mengetahui apa yang tidak diperlukan dari guru honorer.
Jika, melihat di masa kini, penulis yang sudah purnawiyata sebagai siswa, maka mencoba untuk melihat sisi lain dari keberadaan guru honorer. Yaitu sisi tidak pentingnya. Mengapa demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun