Kalimat itulah yang mungkin bisa diungkapkan dari penikmat sepakbola semi amatir seperti penulis. Bukan berarti Barcelona bisa menang hanya karena Messi. Namun, Messi memang bisa melakukan banyak hal ketika dia tidak mendapatkan hambatan---yang besar. Ketika ruang akselerasi terbuka bagi Messi, maka Messi akan berupaya mengambil peluang itu untuk mencari gol.
Perlu diketahui bahwa, Barcelona tetap butuh Ter Stegen di bawah mistar gawang. Barcelona tetap butuh duet Pique-Lenglet, Jordi Alba dan Sergi Roberto di belakang.
Begitu pula di tengah, Barcelona masih sangat butuh petarung seperti Arturo Vidal, duet penyeimbang Ivan Rakitic dan Sergio Busquets, serta pendukung penyerangan seperti Coutinho. Sedangkan di depan, Barcelona bertumpu pada duet maut Messi dan Suarez.
Artinya, Barcelona tetap bermain dengan 11 pemain yang bahu-membahu untuk memenangkan pertandingan. Sama seperti Liverpool yang berupaya keras untuk mencari gol tandang di Camp Nou. Bahkan, di babak kedua, The Reds terlihat dominan dalam penguasaan bola dan mengreasikan banyak peluang. Namun, gol tak kunjung tiba. Lalu, apa kendalanya?
Liverpool tidak memiliki Messi.
Bukan suatu sanjungan yang berlebihan dan kemudian meremehkan 11 pemain Livepool termasuk Mo Salah. Liverpool tetap berupaya bermain hebat. Melalui pemain-pemain berkualitasnya, mereka terbukti bisa membuat Barcelona memilih menunggu di belakang.
Namun, ada ganjalan dalam permainan Liverpool. Yaitu, mereka tidak memiliki pemain yang sangat berupaya lebih keras lagi untuk membawa timnya meraih kemenangan. Seperti Messi.
Messi bukan Mo Salah, meski keduanya sama-sama berspesialis kaki kiri dan memiliki kualitas yang mumpuni. Namun, Messi selalu berupaya melibatkan banyak pemain di sekitarnya untuk membangun serangan. Sedangkan Liverpool membangun serangan dari pemain lain yang kemudian di arahkan ke Mo Salah.
Ini yang menjadi perbedaan mengapa Liverpool sangat kesulitan dalam mengefektifkan serangan mereka. Karena, pola penyerangan mereka sudah cukup terbaca dengan statisnya Mo Salah di lini depan---hanya menyisir sisi kiri pertahanan Barcelona. Situasi ini sangat tidak sama ketika kita melihat permainan Barcelona dengan Lionel Messi.
Memang, Messi dipasang di depan---mendampingi Suarez, namun, bukan berarti dia hanya menunggu suplai bola mengarah kepadanya di satu sisi saja. Dia tak pernah segan membantu Vidal dan Rakitic untuk melakukan transisi penyerangan dari lini tengah. Inilah yang membuat para pemain Liverpool gagal total dalam mengantisipasi permainan Messi. Messi masih sangat lincah!
Inilah yang kemudian menjadi suatu hal yang disayangkan bagi Liverpool. Karena, mereka tidak mampu mencuri gol tandang di kala peluang mereka juga tidaklah sedikit.
Namun, alih-alih mencetak gol, gawang Alisson justru kebobolan dua gol tambahan di babak kedua, dan itu dari kaki Messi. Bahkan, gol kedua Messi yang sekaligus membuat Liverpool memikirkan 4 gol sebagai PR di Anfield pekan depan, tercipta melalui tendangan bebas yang ciamik.
"Boom!" Messi lagi-lagi mempertontonkan keahliannya dalam mengeksekusi tendangan bebas dan kali ini menjadikan Alisson sebagai 'korban' tendangan bebasnya.
Gol spektakuler ini juga disambut dengan ekspresi senyum dari Juergen Klopp selaku manajer Liverpool. Rupanya, apa yang dia sampaikan sebelum pertandingan ini digelar, dapat dikatakan terbukti. Bahwa, Messi akan sangat berbahaya ketika dirinya ingin kembali meraih gelar Liga Champions*.
Skor 3-0 untuk akhir dari leg 1 antara Barcelona vs Liverpool memang bukanlah akhir bagi Liverpool. Namun, misi mencetak 4 gol dan memastikan bahwa Barcelona tidak akan mencetak satu gol pun di Anfield akan cukup sulit. Peluang untuk lolos ke final Liga Champions semakin kecil bagi Jordan Henderson dkk.
Namun, 90 menit bukanlah waktu yang sedikit. Sehingga, kini kita hanya perlu menantikan apa yang akan dipersiapkan oleh Juergen Klopp.
Apakah Liverpool berupaya untuk come back, atau memilih untuk tersingkir dengan terhormat. Yaitu, memberikan perlawanan sengit dan memastikan bahwa Barcelona lolos ke final tidak dengan santai selayaknya sedang di pantai.
Hm... mampukah The Kops?
Malang, 2 Mei 2019
Deddy Husein S.
Tambahan:
Lampiran 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H