Mungkin inilah yang direncanakan oleh Ajax. Membuat segalanya sedikit lebih mudah untuk leg kedua. Mereka ingin lolos ke final, dan itu dibuktikan dengan keunggulan mereka yang bahkan terjadi di menit ke-15 saat bertamu di Tottenham Hotspur Stadium. Cukup jarang, Ajax tancap gas, dan itu adalah strategi tepat bagi Ajax untuk memulai segalanya dengan mantap di pertemuan kedua nanti.
Frenkie De Jong cs sepertinya ingin langkah mereka menuju final tidak dipenuhi dengan banyak drama*. Mereka ingin unggul, tidak hanya sekadar mengimbangi permainan si tuan rumah di leg pertama (1/5). Sedangkan bagi Spurs, ini terlihat kurang baik, karena mereka harus menghadapi perlawanan alot dari tim tamu dini hari tadi.
bola. Sialnya, mereka justru kebobolan terlebih dahulu.
Konsentrasi Spurs pada akhirnya tidak bisa 100% menyerang, karena serangan balik Ajax juga sangat berbahaya. Sehingga, menguasai permainan adalah satu-satunya cara meski pada akhirnya tidak efektif dan tidak membuahkan hasil. Suatu pekerjaan sulit, namun bisa saja dituntaskan dengan heroik (seperti saat menghadapi Manc. City) ketika mereka nanti harus berangkat ke Amsterdam pekan depan.
Sedangkan bagi Ajax, ini adalah modal bagus untuk memulai leg kedua dengan mencoba segera mengunci peluang mereka lolos ke partai puncak.
Strategi paling bagus Ajax adalah harus kembali unggul terlebih dahulu dan ini bisa membuat Spurs kelimpungan. Karena, di satu sisi mereka ingin keluar menyerang total. Di satu sisi lainnya, mereka tidak ingin kalah secara memalukan---terbantai.
Lalu, apa sebenarnya yang menarik untuk dikupas di laga pertemuan pertama ini?
Sisi menariknya adalah kedua tim sebenarnya merupakan dua tim yang sama-sama tidak terlalu efektif dalam memanfaatkan peluang. Terbukti, keduanya mampu menciptakan banyak peluang, namun hanya segelintir yang bisa sampai menembus pertahanan lawan (shots on target rendah). Namun, Ajax diuntungkan dengan determinasi mereka yang tiada habis ketika bermain tandang, dan ini menjadi nilai pembeda.
Mereka tahu kapan harus menunggu serangan lawan dan kapan menyerang balik. Mereka juga sebenarnya sama seperti Spurs yang tidak terlalu pusing dengan ball possesion. Mereka ingin bermain pragmatis asal dapat merepotkan pertahanan lawan. Inilah yang menjadi kesamaan lainnya dari kedua kesebelasan.
Dari sini kemudian yang menjadi pembeda adalah momentum. Ajax yang sudah berpengalaman tampil bagus di laga tandang selama Liga Champions musim ini, kembali menentukan hasil akhir dengan memanfaatkan momentum yang mereka punya. Ketika mereka tertinggal, mereka akan mencari momentum untuk bermain menyerang. Begitu pula ketika mereka unggul. Mereka tahu kapan untuk bertahan dan tetap mencoba mengreasikan serangan balik cepat.
Di sinilah yang menjadi faktor teknis yang membedakan Spurs dengan Ajax.
Permainan Spurs tidak sepenuhnya buruk. Namun, sebagai tim tuan rumah, mereka gagal mengulangi cara terbaik mereka saat menang tipis atas Manchester City di leg 1 perempat final sebelumnya. Ada yang berbeda di permainan Spurs, dan salah satunya dapat dilihat dari absennya Harry Kane dan Son Heung-min. Terlihat sekali bahwa Spurs mulai tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap dua pemain ini.
Sangat disayangkan bagi Spurs di laga ini adalah absennya si kartu As lain**, Son Heung-min. Mungkin ketika tidak ada Kane, Spurs masih bisa berbuat banyak, dan itu tidak lepas dari menaiknya performa Son. Namun, bagaimana ketika Spurs tanpa Son?
Memang Spurs masih ada Lucas Moura. Namun, Moura bukan seorang pemain yang stabil performanya, sehingga tidak bisa begitu diandalkan. Berbeda dengan Son yang sudah sejak awal musim memberikan tanda-tanda jika dirinya sudah sangat nyetel dengan permainan Spurs.
Inilah yang kemudian menjadi hambatan Spurs untuk tampil maksimal. Mereka tidak berhasil mentas dari permasalahan internal---absennya beberapa pemain pilar, sehingga sulit pula untuk tampil maksimal. Dari sini kemudian kita bisa melihat bahwa Pochettino tidak memiliki pilihan selain memaksimalkan pemain yang ada. Lucas Moura dan Fernando Llorente memang bukanlah pemain biasa, namun, ketika mereka jarang turun bersama, hal ini juga menentukan kesulitan di segi kerja sama.
Selain itu, pertahanan Ajax juga tidak buruk, karena mereka selalu mampu menahan peluang tim lawan ketika mereka tahu bahwa tim lawan sedang membangun serangan. Hal ini bisa dilihat dengan permainan para pemain Ajax yang tidak segan untuk melakukan pressing dan tackling saat situasinya genting. Di sinilah kita bisa melihat bahwa Ajax sudah memperhitungkan banyak aspek yang harus dilakukan ketika menghadapi Tottenham Hotspur di pertemuan pertama.
Mereka memasang target menang (lagi) di kandang lawan, dan ini menjadi pesan tersendiri bagi publik Amsterdam. Yaitu, Johan Cruijf Arena harus siap menggelar pesta kelolosan ke final nanti.
Skor 0-1 untuk kemenangan Ajax di leg 1 ini sudah cukup membuat langkah Spurs sedikit berat dalam misi memutarbalik keadaan. Memang bukan hal mustahil. Karena, di leg kedua Spurs dipastikan dapat diperkuat kembali oleh Son. Jika Son bermain, maka, Ajax harus mewaspadai strategi lebar lapangan yang dapat dieksplorasi oleh pemain asal Korea Selatan tersebut.
Artinya, peluang Spurs tidak seratus persen tertutup untuk melangkah ke fase puncak. Namun, yang menjadi modal penting bagi Hugo Lloris cs adalah mereka harus mempersiapkan strategi jitu untuk menggagalkan pesta 'Goes to Final' milik anak asuh Erik Ten Hag di rumahnya.
Mampukah, Spurs?
Malang, 1 Mei 2019
Deddy Husein S.
Tambahan:
*. Lampiran 1.
**. Lampiran 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H