Bukan suatu dosa bagi penikmat sepakbola masa kini untuk lebih menjagokan Tottenham Hotspur daripada Ajax Amsterdam. Karena, masyarakat cenderung lebih mengenal permainan klub-klub di Inggris. Ditambah pula dengan ketahuan masyarakat terhadap kualitas para pemain di klub-klub Premier League tersebut yang rata-rata adalah pemain terbaik dari segala penjuru Bumi.
Begitu pula pada kompetisi elit di Eropa, Liga Champions (UEFA Champions League/UCL). Musim 2018/19 ini, kita sudah dapat menyaksikan 4 tim terbaik Eropa berada di panggung semifinal. Dua di antaranya adalah klub asal Liga Inggris. Liverpool dan Tottenham Hotspur. Siapa yang tidak mengenal dua klub tersebut?
Bahkan, kita bisa mengetahui banyak pemain di dua klub tersebut dibandingkan mengetahui lebih dari 11 pemain yang diturunkan oleh Erik Ten Hag di skuadnya, Ajax Amsterdam. Hal ini sungguh wajar. Namun, ketika kini situasinya berada di panggung yang sama, maka, bukan suatu hal yang mustahil bahwa klub yang pernah sukses di masa lalu juga punya peluang untuk kembali berjaya di era yang baru.
Itulah yang kini sedang diharapkan dapat terjadi pada Ajax Amsterdam.
Ya, klub yang bermarkas di Johan Cruijf Arena ini memiliki 4 gelar Liga Champions di masa lalu (terakhir juara tahun 1995)*. Suatu prestasi yang belum dimiliki oleh Tottenham Hotspur di kancah tertinggi Eropa tersebut. Maka dari itu, bukan suatu hal yang konyol jika kemudian ada harapan bahwa Ajax dapat kembali melanjutkan kisah heroiknya dengan menumbangkan klub favorit setelah Real Madrid dan Juventus.
Akankah Tottenham yang saat ini difavoritkan menang dan lolos ke final Liga Champions menerima pil pahit dari Frenkie De Jong dkk?
Mungkin, bagi beberapa pihak, harapan atau (bahasa kerennya) prediksi ini terlihat 'impossible'. Namun, jika melihat bagaimana tim sekelas Real Madrid yang masih ada peraih Ballon d'Or, Luka Modric saja digebuk di kandang sendiri. Begitu pula dengan Juventus yang memiliki mantan peraih Ballon d'Or, Cristiano Ronaldo yang juga digulung di kandang sendiri**. Siapa yang bisa menghentikan laju impresif klub asal Belanda itu?
Benarkah Spurs mampu menghentikan laju fenomenal tersebut?
Jika melihat sisi keunikan dari tim lawan Ajax, secara non-teknis kita melihat dua klub yang disingkirkan oleh Ajax adalah klub yang identik dengan warna putih. Real Madrid dengan putih-putihnya. Sedangkan Juventus, memiliki jersey utama putih-hitam. Uniknya lagi, Ajax juga sebenarnya berkostum putih dengan corak merah di tengah. Mungkin ini bukanlah sisi utama untuk dapat menilai bahwa Ajax sedang sangat hoki ketika melawan tim berjersey putih. Namun, bisa jadi, hal ini dapat kembali berlanjut---Ajax dapat menumbangkan dan menyingkirkan Spurs dari pacuan menuju final.
Di segi teknis, kekuatan Ajax bisa diuntungkan, mengingat para pemain Ajax sedang dalam kondisi prima. Situasi yang berlawanan jika dilihat di kubu Spurs yang masih berkutat pada absennya beberapa pemain pentingnya, termasuk Harry Kane yang diragukan dapat tampil di partai semifinal pertemuan pertama. Begitu pula dengan Son Heung-min yang harus absen di leg 1 karena akumulasi kartu kuning. Praktis, kekuatan Spurs berkurang dan ini dapat dimanfaatkan oleh Ajax.
Di sisi Ajax, mereka dipastikan akan tetap bermain dengan cara mereka. Yaitu, menunggu momen tepat untuk mengambil alih serangan dan dapat dipastikan bahwa serangan mereka akan selalu berbahaya bagi pertahanan dan gawang Spurs. Tentu hal ini menjadi pekerjaan penting bagi Maurichio Pocchettino untuk menghindarkan timnya dari kebobolan.Â
Karena, di leg 1 ini Hugo Lloris dkk harus kembali menjadi tim penjamu seperti di fase perempat final kemarin. Sehingga, fokus mereka pasti akan segera berupaya mencetak gol terlebih dahulu dan kemudian fokus mempertahankan lini belakang agar tidak tertembus oleh akselerasi Hakim Ziyech dan terobosan-terobosan brilian De Jong.
Sedangkan bagi Ajax, ini adalah momen tepat bagi mereka untuk tampil dengan cara yang berbeda. Yaitu, permainan yang penuh perhitungan, namun tidak meninggalkan cara main mereka yang 'nothing to lose'. Kembali dianggap sebagai tim 'underdog', maka konsentrasi pertama mereka adalah berupaya menahan lawan untuk tidak bermain leluasa.Â
Mungkin leluasa dalam hal menguasai bola di area tengah lapangan, namun tidak untuk area pertahanan timnya. Maka dari itu, bisa jadi Ajax akan bermain tenang terlebih dahulu dan baru mengeluarkan segalanya di babak kedua. Situasi yang sama seperti saat menghadapi Juventus dan Real Madrid. Mereka tidak gentar untuk tertinggal lebih dahulu, karena mereka juga selalu berupaya untuk dapat menyerang dan mencetak gol.
Dari sinilah, kemudian mulai muncul situasi yang dapat 50-50. Spurs bisa lolos jika di leg 1 ini, mereka mampu mencetak dua gol ataupun lebih. Namun, mereka harus menggaransi pertahanan mereka untuk tidak kebobolan satupun. Karena, di leg 2, bisa diprediksi bahwa Ajax akan bermain sangat gencar dan dominan dalam membombardir pertahanan lawan.
Begitu pula dengan Ajax yang dapat memiliki peluang lolos, jika mereka mampu mencetak gol tandang. Skor 2-1 untuk kekalahan mereka di kandang lawan sepertinya bukan seratus persen petaka jika mengingat Dusan Tadic dkk juga bisa mencetak gol ke gawang lawan, apalagi di kandang sendiri---leg kedua.
Namun, ada ganjalan bagi Ajax jika mereka bermain di kandang sendiri. Yaitu, sulitnya mereka mencetak gol dan unggul. Karena, permainan menyerang mereka masih kurang efektif dibandingkan klub lain. Apalagi menghadapi tim asal Inggris yang hampir semua timnya mampu mencetak banyak gol dalam satu pertandingan, maka, bukan hal yang remeh bagi Ajax jika harus menghadapi Spurs. Yaitu, mereka harus punya konsentrasi tinggi sampai akhir pertandingan.
Termasuk di leg pertama ini.
Berada di publik Inggris, maka, Ajax dipastikan akan menghadapi tekanan dari atmosfer pendukung tim tuan rumah. Sehingga, pekerjaan penting yang harus dilakukan Ajax di awal babak pertama adalah menahan laju kreasi dan serangan Spurs---membuat tempo permainan yang berbeda.
Lalu, apakah Ajax punya kans menang di kandang Spurs?
Mengingat rekam jejak klub asal Belanda ini dari fase 16 besar ke semifinal, mereka belum pernah bertandang terlebih dahulu---seperti saat ini. Sehingga, mereka belum bisa terlihat akan mampu menghancurkan lawan di leg 1 dan begitu pula di laga tandang---meski mereka bisa menaklukkan Juventus dan Real Madrid di kandang lawan.
Hasil leg 1 akan bergantung pada misi Ajax sendiri. Apakah mereka ingin mempermudah pekerjaan mereka di kandang sendiri saat leg 2, atau sebaliknya. Jika mereka memilih untuk mempersulit/mendramatisir leg kedua, maka, kalah tipis adalah hasil yang paling bisa diterima oleh tim dan pendukung Ajax.
Lalu, apakah ini tandanya hasil laga ini akan sangat ditentukan oleh performa Ajax?
Kemungkinannya adalah 50% Ajax bisa menentukan hasilnya dengan performa mereka sendiri. Sedangkan bagi Spurs, mereka harus tampil sebagai tim yang belum pernah meraih apa-apa. Sehingga, mereka perlu menunjukkan 'kelaparan' mereka untuk mencapai hasil terbaik. Mereka memang bisa memiliki peluang sampai 60% untuk menang di leg 1. Namun, jika melihat secara performa mereka yang tidaklah seratus persen stabil, maka, mereka hanya punya separuh dari keseluruhannya (50:50).
Prediksi hasil akhir adalah 2-1 untuk keunggulan Spurs.
Jika meleset, itu adalah karena 'keajaiban' si kulit bulat.
Selamat menonton!
Malang, 1 Mei 2019 (dini hari yang dingin)
Deddy Husein S.
Tambahan:
*. Lampiran 1.
**. Lampiran 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H