Arsenal di dua laga terakhir (sebenarnya tiga laga terakhir). Hasil imbang 1-1 dengan pertemuan sesama klub 'big six', Chelsea, membuat MU tetap di posisi keenam klasemen sementara.Â
Kekecewaan menggelayut di kubu Manchester United pasca gagal memanfaatkan tergelincirnyaBerbeda dengan Arsenal, hasil imbang MU vs Chelsea masih membuka asa Arsenal untuk tak terusik oleh MU dan berupaya fokus mengejar Chelsea yang terpaut 2 poin.
Namun, asa Arsenal juga tidak begitu mudah. Karena, jika tidak mewaspadai performa mereka sendiri (yang sedang labil) maka, MU juga bisa menggeser mereka dan menjauhkan peluang untuk lolos ke Liga Champions musim depan. Karena, jaraknya juga hanya 1 poin (Arsenal 66 poin, MU 65 poin). Lalu bagaimana untuk menggeser Chelsea? Apakah Arsenal mampu melakukannya?
Jika melihat performa Chelsea dengan SarriBall-nya, Chelsea sebenarnya tidak begitu diragukan untuk dapat finish keempat. Lagipula, Chelsea berada di posisi keempat dengan pelatih baru. Situasi yang sama dengan si tetangga dari London Utara, Arsenal.Â
Di musim ini, Arsenal mengganti nahkodanya dengan Unai Emery, dan performa Arsenal tidak seratus persen buruk. Hanya, Arsenal seringkali terbentur dengan performa yang turun-naik. Uniknya, mereka bisa mengalami rentetan kemenangan beruntun, dan juga bisa mengalami kekalahan beruntun.
Ketika berada di fase puncak, Arsenal bahkan bisa dijagokan untuk finish tiga besar. Namun, ketika tersandung dan gagal (segera) bangkit, maka Arsenal akan semakin menjauhi kemungkinan lolos ke Liga Champions. Sayangnya, fase penurunan itu justru terjadi menjelang akhir musim dan membuat Arsenal kini kembali kesulitan untuk memastikan tempat di Liga Champions.Â
Padahal, performa tim lainnya juga sebenarnya tidak seratus persen prima. Seperti Tottenham Hotspur dan Chelsea. Bahkan, Chelsea sebelumnya berada di 6 besar, namun justru kemudian mampu kembali nangkring di 4 besar.
Keinginan untuk kembali ke Liga Champions dan juga kepercayaan diri dari taktik Maurizio Sarri dapat diyakini dapat menjadi modal krusial bagi The Blues untuk mempertahankan posisi mereka (peringkat empat) sampai akhir musim. Satu hal yang wajib dilakukan oleh Chelsea adalah mereka harus fokus dengan performa mereka di dua pekan terakhir.
Lalu, bagaimana dengan Liga Europa? Mampukah Chelsea juga melaju ke final dengan konsentrasi mereka yang terpecah?
Jika melihat struktur tim, Chelsea sepertinya lebih siap dibandingkan Arsenal.
Secara kedalaman skuad, Chelsea masih memiliki Pedro dan Willian yang dapat bermain bergantian, dan keduanya selalu berupaya tampil maksimal. Begitu pula di lini tengah. Masih ada Ruben Loftus-Cheek yang dapat menjadi pemain cadangan maupun menjadi pilihan utama saat Sarri ingin menyimpan Jorginho. Tidak ketinggalan pula di lini depannya, yang masih menyisakan Eden Hazard sebagai pemain langganan starting line-up di Premier League. Maka, di Europa League, Sarri dapat memainkan pemain muda Hudson-Odoi.Â
Begitu pula dengan ujung tombak yang dapat bermain bergantian, yaitu, Gonzalo Higuain dan Olivier Giroud. Bahkan, si nama terakhir saat ini sedang moncer di kompetisi Eropa kasta kedua tersebut. Striker Prancis tersebut adalah pemuncak topskorer saat ini. Sehingga, Sarri sepertinya tidak akan terlalu pusing dibandingkan Unai Emery.
Namun, apakah Chelsea mampu mengungguli Arsenal di Premier League dan Liga Europa?
Jika di Premier League, Chelsea mungkin bisa melakukannya. Meski mereka harus menghadapi Watford dan Leicester City. Namun, di Europa League, Chelsea dengan pelatih barunya, Maurizio Sarri, akan kurang diunggulkan jika di sana masih ada Arsenal dengan Unai Emery.Â
Karena, Unai Emery adalah pelatih masa kini yang mampu mencetak hattrick juara di Liga Europa. Maka, bukan suatu kemustahilan bagi Emery jika harus melakukannya lagi bersama tim yang sebenarnya lebih baik, yaitu Arsenal.
Jika bersama Sevilla, Emery bisa berprestasi, mengapa tidak untuk Arsenal?
Namun, ceritanya akan sedikit berbeda jika seandainya Arsenal tergelincir saat bertemu dengan Valencia. Maklum, Valencia adalah klub Spanyol dan tentunya tidak begitu asing untuk berhadapan dengan taktik Emery---ketika masih melatih Sevilla maupun klub Spanyol lainnya. Artinya, Emery berada di tekanan yang berat (justru) saat semifinal.Â
Apalagi Arsenal sedang mengalami tren buruk di Premier League selama tiga laga terakhir, maka, hal ini bisa menjadi pemanfaatan bagi Valencia untuk menggebuk kembali mentalitas pemain-pemain Arsenal di malam Jumat nanti (3/5).
Lalu, dari prediksi perjalanan yang masih sangat mendebarkan itu, tim manakah yang sebenarnya lega---pasca pekan 36?
Arsenal, Chelsea, atau malah MU?
Jika merujuk pada jadwal ketiga tim tersebut, maka, MU akan dianggap sebagai tim yang lebih beruntung. Mereka hanya menyisakan murni dua laga saja. Sedangkan, Chelsea dan Arsenal masih menjalani dua laga semifinal Liga Europa dan dua laga Liga Inggris.
Artinya, konsentrasi Chelsea dan Arsenal terpecah. Chelsea dengan keunggulan poin dan posisi klasemen di Premier League berada di zona dilematis, karena mereka juga ingin kembali menyicipi gelar Eropa. Sekaligus menjadi iming-iming kepada Roman Abramovich agar SarriBall masih menjadi permainan Chelsea musim depan.
Begitu pula dengan Arsenal. Mereka berada di posisi yang tidak menguntungkan. Jika melepaskan Premier League, mereka belum tentu dapat juara di Eropa meskipun ada Unai Emery di sana. Namun, mereka juga harus berani bertaruh untuk memprioritaskan Liga Europa agar misi ke Liga Champions musim depan dapat terpenuhi.
Keduanya dilema dan menyisakan Manchester United yang dapat diam-diam menyelinap dengan permainan totalitas mereka---dan menghasilkan 6 poin---di dua laga pamungkasnya.
Jadi, apakah hasil laga imbang pekan 36 ini merugikan MU? Atau jangan-jangan hanya akan memberikan harapan palsu bagi Arsenal?
Lalu, bagaimana dengan nasib SarriBall di Chelsea---musim depan?
Malang,
28-29 April 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H