Hal inilah yang sebenarnya menjadi titik balik bagi pembaca buku. Yaitu, berupaya untuk dapat menyeimbangkan dirinya dalam menjalani hobinya dengan tetap melihat sekitarnya juga. Karena, kadangkala tidak sedikit orang kutu buku sengaja menyingkir dari interaksi sosial karena merasa pemikirannya berbeda dengan orang lain ataupun melihat perilaku orang lain terlihat 'aneh'. Sehingga, hal ini menjadi stereotip bagi pembaca buku di mata orang awam yang mengharapkan si pembaca buku ini juga hadir ke dalam kehidupan bermasyarakat yang apa adanya.
Di akhir penulisan ini, muncul satu pertanyaan yang mendadak terlintas dan mungkin bisa dijawab oleh orang-orang yang gemar membaca buku.
Yaitu, "pernahkah Anda disebut kuper ketika Anda lebih suka membaca buku daripada keluar (bermain) bersama teman-teman?"
Malang, 23 April 2019
Deddy Husein S.
Tambahan:
*Berikut ini adalah tautan sebuah artikel tentang dampak positif membaca buku. (Klik di sini)
**. Penulis selalu teringat slogan dari sebuah merk produk kesehatan tentang 'orang pintar'. Hehehe...
***. Emile Durkheim adalah salah satu ilmuwan asal Prancis yang dikenal di dunia Sosiologi atau yang sering disebut ilmu masyarakat. Dia memiliki pemikiran jika manusia adalah individu yang tidak akan bisa terlepas dari aturan sosial (implementasi dari SOLIDARITAS SOSIAL). Karena manusia hidup dengan nilai-norma. Jika ingin tahu lebih lengkap tentang teori Sosiologi berdasarkan perspektif Emile Durkheim, silakan klik di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H