Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persebaya dan Arema FC di Final Piala Presiden 2019, Simbol Sepakbola Jatim Masih Menggelora

10 April 2019   10:34 Diperbarui: 10 April 2019   10:38 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepakbola Jatim.
Itulah yang sekilas terpikirkan ketika kedua tim bertemu di partai puncak Piala Presiden 2019. Keduanya hadir di final dengan beberapa kesamaan dan perbedaan. Namun, sebelum mengarah ke sana, kita bisa sedikit bernostalgia dengan perkembangan sepakbola Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur (Jatim).

Ketika ditarik mundur ke belakang, kita bisa melihat kekuatan sepakbola Jawa Timur sangat kompetitif saat itu. Mereka hadir di sepakbola nasional dengan komposisi yang ideal. 

Animo masyarakat besar, kekuatan finasial cukup (saat itu masih ada dana dari APBD), skuad pemainnya kelas atas, dan pelatihnya berkualitas. 

Mari kita sebut tim-tim Jatim yang berlaga di tahun 2000-an sampai 2010-an; Persebaya Surabaya, Persik Kediri, Arema FC (dulu Arema Malang/Arema Indonesia/Arema Cronus), Persegres Gresik (sekarang Gresik United), Deltras Sidoarjo, dan bahkan kita bisa mengenal tim-tim kuat yang berlaga di divisi kedua; seperti Persekabpas Pasuruan, PSBI dan PSBK Blitar, dan klub-klub lainnya.

Di level tertinggi, kita sangat akrab dengan dua kekuatan besar dari Jatim, yaitu Persebaya dan Arema FC. Namun, sebelumnya, kita bisa melihat Persik Kediri yang juga memiliki taji saat itu. Bersama duo Uruguay, Cristian Gonzales dan Ronald Fagundes, Persik selalu menjadi klub jagoan untuk memenangkan laga dan turnamen. 

Namun, berhubung format kompetisi di tahun 2000-an medio awal formatnya belum sistem kompetisi penuh, maka, keberadaan Persik Kediri masih disebut sebagai tim kuat level 4 besar berdasarkan zona. Seandainya formatnya seperti saat ini, mungkin posisi Persik adalah tim terbaik saat itu.

Ketika Persik pelan-pelan mulai tenggelam. Muncullah Arema dengan potensi besar sebagai penantang perebutan titel juara. Uniknya, beberapa pemainnya merupakan pemain yang hijrah dari Persik Kediri. 

Salah satunya adalah Cristian Gonzales. Gonzales hijrah setelah dirinya pernah memperkuat Persib Bandung. Kembalinya si pemain naturalisasi Indonesia ke tanah Jatim, membuat peta kekuatan Arema masih bisa disebut stabil. 

Namun, prestasi Arema tidaklah saat ada Gonzales. Melainkan saat Arema memiliki pemain-pemain beken dari Singapura dan Eropa Timur. Seperti duet Noh Alamsyah-Mohammad Ridhuan dan Roman Chmelo. Berprestasinya Arema bahkan tak hanya di liga, namun juga di Piala Indonesia. Atau saat itu dikenal dengan Copa Dji Sam Soe.

Di saat Arema berjaya, Persebaya masih berada di zona papan tengah. Bahkan di beberapa musim, Persebaya hanya berkutat di kompetisi level kedua. Namun, seiring berjalannya waktu, Persebaya mulai bangkit. Termasuk ketika konflik dualisme berhasil dipecahkan. Maka, Persebaya mulai fokus untuk menggapai asa. Bertahan di kompetisi teratas dan membangun pondasi untuk juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun