Bagi penikmat video di Youtube, pasti sudah tidak lagi asing dengan sosok laki-laki ini. Orang ini dikenal dengan sebutan Pak Ndul, merujuk pada fisiknya yang berkepala plontos---gundul.Â
Jika melihat berdasarkan mata saja, akan terlihat tidak ada yang aneh dari sosok ini. Fisiknya sangat khas orang Indonesia pada umumnya dan terlihat seperti seorang pekerja keras---dengan kulit gelapnya. Pasti orang ini setiap hari berpanas-panasan.Â
Sehingga, kita melihat figur botak yang tidak putih, tidak seperti Deddy Corbuzier ataupun Anji---yang kini mulai percaya diri menunjukkan kepala tanpa rambutnya. Menunjukkan usianya berapa, juga dapat dilihat dari keberadaan kumis dan jenggotnya. Di sini, kita mulai melangkah lebih dekat lagi ke Pak Ndul.
Usut punya usut, beliau ternyata seseorang yang berasal dari desa dan berprofesi asli sebagai petani. Namun, viralnya beliau di Youtube bukan karena dirinya menunjukkan profesinya tersebut dan kehidupannya sebagai petani saja. Melainkan penyajian konten-konten unik, menggelitik, dan segar.
Walau terlihat sepintas seperti orang jadul. Namun, Pak Ndul rupanya sangat up to date terhadap isu-isu dan fenomena yang terjadi di Indonesia. Selain itu, yang membuat dirinya semakin fenomenal adalah ketika kita mendengarkan beliau saat berbicara.
Jika Anda sering menonton video di channel Deddy Corbuzier, maka Anda akan tahu tagline-nya beliau di setiap videonya. Yaitu, 'Smart People'. Istilah smart people ini biasanya digunakan Deddy untuk menyapa dan menyebut para viewer dan subscriber-nya.Â
Mengingat konten yang diunggah Deddy mayoritas bernuansa informasi yang edukatif dan inspiratif, maka, tidak heran jika Deddy menyebut penontonnya 'Smart People'.
Nah, inilah yang menjadi korelasi antara smart people dengan Pak Ndul. Bahwa, di channel-nya, kita dapat melihat bagaimana (kualitas/smart-nya) sosok Pak Ndul. Pria yang berpenampilan biasa saja ini selalu sukses memberikan konten yang menghibur dan informatif. Selain itu, dia juga memiliki kemampuan yang sampai saat ini cukup jarang dimiliki oleh orang seusianya. Yaitu, kemampuan berbahasa Inggris.
Jika dibandingkan dengan generasi zaman now, kemampuan ini akan terlihat biasa saja. Karena generasi zaman now pasti cukup fasih untuk berbahasa Inggris. Setidaknya, untuk mengatakan "I really fine"---tidak lagi hanya sekadar mengucapkan "I am fine", "I love you", dan "I miss you".Â
Kemampuan Pak Ndul inilah yang kemudian dicoba untuk diuji kebenarannya. Sehingga, banyak stasiun televisi dengan berbagai program tayangannya, mengundang Pak Ndul. Termasuk Hitam Putih dengan host-nya Deddy Corbuzier. Youtuber bertemu youtuber (lagi).
Bukan hal yang asing bagi Deddy Corbuzier dengan acara talkshow-nya untuk mengundang youtuber Indonesia yang sukses (viral). Sehingga, Deddy Corbuzier pun berupaya untuk mengetahui kemampuan Pak Ndul secara langsung. Tidak hanya saat di Hitam Putih, melainkan juga di channel youtube-nya. Deddy Corbuzier secara eksklusif berbincang-bincang dengan Pak Ndul.
 Begitu pula ketika dirinya dipancing untuk berbicara dengan bahasa Inggris, intonasinya tidak berubah, dan aksennya juga tidak banyak berubah---hanya menyesuaikan teknik pelafalan bahasanya. Ini menandakan bahwa Pak Ndul sudah terbiasa untuk berbicara dengan bahasa Inggris.
Karena, ketika seseorang berbicara bukan dengan bahasa 'ibunya' (native speaking), dia akan terdengar berbeda ketika berbicara dengan bahasa asalnya. Contohnya, ketika si A (orang Indonesia) berbicara menggunakan bahasa Indonesia, dia akan dapat terdengar logatnya.Â
Hal ini terjadi karena dia sudah terbiasa menggunakan bahasa itu dan kemudian menyamakan cara pelafalannya dengan saat dia berbicara bahasa daerah. Nah, ketika si A ini berbicara menggunakan bahasa Inggris (dan belum terlalu fasih), maka, yang terdengar adalah pengucapan yang kaku dan terputus-putus (tidak normal).
Inilah menjadi perbandingan ketika melihat sosok Pak Ndul dalam segi komunikasinya. Dia berani membuktikan, jika dirinya memang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan tidak terlihat seperti 'orang kemarin sore'.Â
Ketika dirinya berbicara dengan bahasa Indonesia dan menyebutkan istilah-istilah yang tertulis dengan bahasa asing (Inggris), dia terdengar sangat lancar dan tidak menunjukkan pengucapan istilah-istilah tersebut sebagai prestis (baca: kesombongan).
Ucapan-ucapannya yang menggunakan bahasa Inggris terdengar sangat normal dan itu sangat luar biasa. Karena, dewasa ini, kita terlalu sering melihat orang berbicara dengan menyisipkan istilah-istilah dari bahasa internasional hanya untuk 'show-up', bukan sebagai suatu kewajaran bahwa istilah-istilah itu memang tepat untuk diucapkan dalam perbincangan tersebut. Inilah yang menjadi faktor kelebihan Pak Ndul, jika dirinya memang memiliki kemampuan dan kemampuan itu layak untuk diperlihatkan.
Sisi berikutnya dari bincang-bincang itu adalah gesture. Bagi orang-orang yang sangat memahami psikologi dan ilmu interaksi (sosiologi) tentu tak akan melewatkan momen-momen untuk mengawasi gerak-gerik seseorang. Baik itu gerakan besar, maupun gerakan kecil. Bahkan juga gestur pasifnya. Di sini, terlihat Pak Ndul duduk seperti biasa dan dengan gestur pasif yang terlihat sangat santai dan apa adanya.Â
Dia sangat tahu situasi yang berlangsung seperti apa. Sehingga, dia menyesuaikannya agar tidak merusak situasi tersebut. Apalagi yang menjadi teman bicaranya adalah Deddy Corbuzier.
Namun, di sini, Pak Ndul sangat tidak terlihat inferior dibandingkan Deddy. Dia terlihat sangat setara dan ini jarang terlihat di orang-orang yang pernah berbincang-bincang eksklusif dengan Deddy Corbuzier.
Hal ini tidak lepas dari sikap santainya. Pak Ndul duduk dengan tanpa harus menegakkan tubuhnya---mungkin faktor usia, dan dia sangat rileks untuk berbicara dengan mampu mengatur timing dalam menatap mata lawan bicara dan saat fokus untuk berbicara. Hal ini membuat pressure hilang---ketika berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang yang dikenal memiliki pengetahuan dan pengalaman luas seperti Deddy Corbuzier.
Melalui dua hal inilah, kita bisa melihat bahwa Pak Ndul hanya ingin memperkenalkan dirinya saja. Bukan untuk mengejar sensasi belaka. Jika kemudian membuat dirinya viral dan menjadi sosok yang fenomenal, maka itu adalah buah dari kerja kerasnya untuk berkarya dan bersaing dengan para youtuber---yang tentunya lebih banyak yang lebih muda darinya.Â
Namun, kualitas bukan dibeli oleh orang-orang yang hidupnya se-zaman dengan teknologi. Melainkan dimiliki oleh siapa saja yang memang mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi itu dengan benar. Di sinilah kemudian Pak Ndul bisa seperti saat ini.
Jika, kemudian fenomenalnya Pak Ndul (orang desa) membuat Youtube semakin dibanjiri oleh youtuber pedesaan (kampung), berarti, itu adalah pengujian bagi mereka (bukan Pak Ndul). Satu-satunya ujian Pak Ndul (seperti yang beliau sampaikan sendiri) adalah mempertahankan image dirinya di tengah kemunculan banyak youtuber yang biasanya hanya meniru tanpa inovasi.
Itulah pekerjaan utama bagi orang-orang yang ingin disebut content creator, bukan sekadar menjadi youtuber ataupun blogger.
Sukses selalu Pak Ndul!
"Most arrogant is good that you have most quality in yourself, not in your costume."
Malang, 20 Maret 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H