Seandainya kedua orang ini bekerja sama tanpa harus memperebutkan kursi tertinggi negara, mungkin akan menarik. Karena, sebagai manusia, keduanya sama-sama memiliki kesamaan terhadap kepedulian rakyat. Hanya soal sudut pandang dan cara mengatasi masalah yang berbeda, yang pada akhirnya mengharuskan keduanya berada dalam dua kursi pencalonan.
Di rangkaian acara menuju pilpres 17 April 2019 nanti, KPU dan Bawaslu kembali menghadirkan rangkaian debat putaran kedua yang diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta. Di debat kedua ini khusus untuk menghadirkan/mewadahi visi-misi dan argumentasi dari pihak capresnya saja.
Maka dari itu, kita dapat melihat di sini, capres petahana, Joko Widodo, hadir dengan pakaian formal sederhana melalui kemeja putih dan celana hitam. Sedangkan Prabowo Subianto, menyiapkan dirinya dengan setelan formal berjas dan berpeci hitam. Dari pakaian, kita melihat akan adanya perbedaan pemberlakuan negara Indonesia, dari kepribadian dan cara berpakaian keduanya.
Indonesia akan dibawa dengan kesederhanaan namun meyakinkan melalui gaya Jokowi---sapaan akrab Presiden RI ke-7 ini. Sedangkan dengan Prabowo, Indonesia akan terlihat tangguh dari 'outsider' (pihak sisi luar).
Di debat capres (17/2) ini menghadirkan 6 poin yang harus ditanggapi oleh pihak calon presiden dengan segala hal yang harus dialami Indonesia ke depan berdasarkan visi masing-masing. Enam poin tersebut adalah Infrastruktur; Energi dan Sumber Daya Pangan; SDA dan Lingkungan; Eksploratif (menanggapi fenomena Indonesia terkini); Inspiratif (argumentasi); Pernyataan Pamungkas.
Berikut ini merupakan catatan sederhana dan ringkas, mengenai apa saja yang disampaikan oleh kedua calon presiden tersebut.
Di poin pertama, mengenai infrastruktur. Di capres nomor urut 01 menyatakan bahwa perlu adanya waktu dalam pengalihan budaya dari kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi ke penggunaan sarana transportasi umum. Jika berkaca pada negara luar, menurut Jokowi,
"mereka saja perlu waktu 10-20 tahunan untuk menerapkan itu." Pernyataan ini dikemukakan oleh Jokowi ketika menurut Prabowo, pengadaan infrastruktur tidak berjalan efisien dan 'sepi'.
Sedangkan di capres nomor urut 02, Prabowo menyatakan bahwa infrustruktur itu harus dibangun untuk rakyat dan ini harus dilakukan dengan berkaca pada negara lain yang sudah dapat melakukannya.
Di poin kedua, membahas tentang energi dan sumber daya pangan, menurut Prabowo, Indonesia tidak hanya melakukan swasembada pangan namun juga perlu adanya swasembada energi. Contohnya kelapa sawit yang menjadi komoditas besar harus didukung dan dikelola dengan baik. Bagi Prabowo, kebijakan negara harus dilakukan dengan konsekuen.
Ada keunikan dari pernyataan Prabowo lainnya di poin ini, yaitu "kita akan impor". Apakah ini maksudnya ekspor? Hal ini sedikit membingungkan jika disambungkan dengan pernyataannya di akhir bahwa, Indonesia akan memaksimalkan hasil Bumi tanpa impor.
Sedangkan dari Jokowi, petani harus diperkenalkan dengan market place dan sistem online dalam praktik jual-beli. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman yang mengandalkan teknologi. Berpegang pada rekam kerjanya dalam beberapa tahun ini, Jokowi pun menyebutkan bahwa pembangunan sudah dilakukan secara menyeluruh dari Barat (100%), Tengah (100%), dan Timur (90%). Diprediksikan jika Juni proyek ini akan tuntas.