Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada Apa dengan Mesut Ozil?

17 Februari 2019   17:09 Diperbarui: 17 Februari 2019   22:44 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini publik Gooners (fans/suporter Arsenal) menggaungkan nama Ozil. Mengapa?

Karena, si pemain sedang jarang dimainkan oleh Unai Emery (manajer Arsenal). Jika kemarin, di masa kepelatihan Arsene Wenger, Arsenal tidak ada Ozil karena laga tersebut bukan laga berat ataupun karena si pemain asal Jerman ini sedang cedera atau sakit.

Namun, belakangan ini, Ozil sering tidak dimainkan, walau si pemain nampak mengikuti latihan tim. Walau tidak begitu jelas, apakah si pemain hanya mengikuti sesi pemanasan atau relaksasi bersama tim. Sedangkan untuk sesi latihan penuh, mungkin si pemain berada di sesi yang terpisah---karena kabarnya Ozil cedera.

Simpang siur ini sangat merisaukan pihak fans ataupun suporter Arsenal. Mengingat Arsenal juga mulai kehilangan permainan Aaron Ramsey, maka, mereka seharusnya masih bisa mengandalkan Ozil sebagai jenderal lapangan tengah Meriam London lagi.

Ditambah lagi, Arsenal sedang memasuki masa-masa kritis di beberapa laga terakhir. Mereka tidak mampu menghasilkan poin dengan maksimal. Termasuk di Liga Europa yang saat ini tertinggal agregat 1-0 dengan Bate Borisov. Persoalannya memang bukan 100% pada taktik tim, melainkan performa pemainnya yang juga naik-turun. Hal ini kemudian diperparah dengan ketiadaan pemain yang memiliki tingkat kreativitas tinggi semacam Ozil dalam menyusun serangan.

Secara statistik, memang tidak ada perbedaan signifikan bagi laga yang dijalani Arsenal bersama Ozil maupun tanpa Ozil. Namun, dulu, ketika Ozil absen, Arsenal minimal masih memiliki Aaron Ramsey ataupun Jack Wilshere. Namun, ketika Wilshere sudah hengkang dan Ramsey sudah jarang mendapatkan tempat di tim utama, praktis, Arsenal tidak memiliki kreator serangan. Hal ini yang membuat Arsenal seperti percuma, memiliki Aubameyang dan Lacazette yang bernaluri tinggi dalam menyerang.

Ambil fakta dengan permainan tandang melawan Bate Borisov di Belarusia (15/2). Tim London Utara ini lebih memilih memainkan Guendouzi dan Xhaka di lini tengah dan membuat permainan cenderung pragmatis namun tidak efisien. Karena bola benar-benar tidak dapat dikuasai dengan baik. Seringkali kita melihat bola banyak dimainkan di zona tengah lapangan, dan itupun banyak mengandalkan pemain-pemain dari lini belakang dalam pengaliran bola.

Namun, Emery seperti tidak menggubris kekonyolan strategi yang dimainkan dengan pemain-pemain tersebut. Bukan karena pemain-pemain yang diturunkan jelek, namun, lebih pada penilaian tidak proporsional.

Arsenal tim besar, seharusnya dapat memiliki minimal satu pemain bertipikal kreator serangan di setiap laganya, seperti Christian Eriksen di Tottenham Hotspur, Ander Herrera/Juan Mata di MU, atau Kevin De Bruyne dan David Silva di Manchester City. Inilah yang membuat perbedaan gaya main Arsenal saat ini dengan kemarin.

Jika di masa Arsene Wenger, Arsenal dipenuhi pemain kreatif seperti Santi Cazorla, Jack Wilshere, Aaron Ramsey, Mkhitaryan, maupun Mesut Ozil. Sehingga, permainan Arsenal saat itu cenderung menyerang dan tidak kuat dalam bertahan. Namun, sekarang, Arsenal berada dalam masa abu-abu. Mengapa demikian?

Arsenal memiliki Granit Xhaka, Mateo Guendouzi, Lucas Torreira, yang semuanya lebih bagus dalam menjaga bola, menjaga zona permainan tim, dan perebut bola. Mereka tidak seharusnya dijadikan sebagai tumpuan dalam mengatur serangan. Namun, faktanya di laga tersebut, merekalah yang dimainkan---untungnya Torreira dimainkan secara bergantian dengan Xhaka.

Sedangkan pemain seperti Henrikh Mkhitaryan justru dijadikan sebagai winger dan secara rekam jejak, di musim ini hanya sesekali dimainkan---memang faktor kebugaran pemain ini juga bermasalah. Di sini membuat pemain seperti Alex Iwobi harus mencoba menjadi jembatan bola dari tengah ke depan. Namun pemain ini juga masih kurang bagus. Khususnya dalam mengambil keputusan dalam membagi bola, mengirim bola ke kotak penalti ataupun mengeksekusi langsung ke arah gawang lawan.

Hal inilah membuat 70% penguasaan bola Arsenal di first leg Liga Europa babak 32 besar itu seperti permainan yang mubajir, sekaligus membuat frustrasi Alexandre Lacazette yang berujung pada kartu merah yang diterimanya. Bahkan, masuknya Aubameyang juga tidak membuahkan hasil. Bahkan cenderung terlambat.

Biasanya kita melihat Unai Emery dalam 20-an laga di awal musim ini selalu merespon babak pertama dengan pergantian formasi dan pemain. Namun, kali ini kita tidak melihat itu dan membuat masuknya Aubameyang hanya terkesan untuk mencari gol penyeimbang, sedangkan bagi kubu lawan, hal itu sudah diantisipasi dengan baik.

Lalu, apa yang dilakukan Arsenal saat ini?

Bagi penulis, ada misi yang sedang dijalankan oleh Emery saat ini, yaitu, mencetak 'Ivan Rakitic baru' pada Mateo Guendouzi. Ivan Rakitic merupakan pemain hebat di Sevilla yang bersama Unai Emery berhasil menggondol trofi Liga Europa beberapa kali. Hal ini sepertinya ingin dilakukan oleh Emery di Arsenal. Memiliki gelandang yang mampu bertahan dan menyerang sama baiknya. Namun, hal ini abu-abu. Sama seperti Ivan Rakitic saat ini.

Ketika si pemain Kroasia ini berada di tim sebesar Barcelona dan tim ini memiliki banyak pemain kreatif di lini tengah dan depan, maka, perannya cenderung biasa saja. Padahal dengan postur idealnya, dia dapat menjadi pemain bertipikal seperti Toni Kroos, sebagai jembatan yang bagus antara lini belakang ke lini tengah ataupun depan. 

Pemain ini juga mampu berduel bola-bola atas, sehingga meringankan beban Sergio Busquets ataupun dua bek tengah Barcelona. Namun, berhubung ini adalah Barcelona, yaitu tim yang banyak pemain berpostur biasa saja, maka, permainan mereka sangat dominan di bola datar. Sehingga, kehadiran Rakitic kurang terasa penting.

Inilah yang bisa menjadi hal yang sama dengan Guendouzi. Hanya, bedanya Arsenal bermain di Liga Inggris, sehingga dibutuhkan pemain yang masih bisa berduel satu lawan satu. Tapi, bukankah Arsenal sudah memiliki Granit Xhaka? Atau setidaknya ada Lucas Torreira---walau kecil namun kengototannya sangat diperlukan. Lalu, untuk apa Mateo Guendouzi? Prospek jangka panjang?

Jika Unai Emery ingin membentuk pemain di Arsenal itu akan cukup sulit. Karena, Arsenal berada di zona tempur yang ketat seperti Liga Inggris. Ada 5 tim lainnya yang berburu gelar juara, bukan seperti di La Liga yang hanya diperebutkan Barcelona, Real Madrid, ataupun Atletico Madrid. Sehingga proyek jangka panjang Sevilla jelas dapat berbuah manis dan cukup untuk dinikmati oleh publik Andalusia. Namun, bagaimana dengan Arsenal?

Cukupkah Arsenal menjuarai Liga Europa? Cukupkah Arsenal tetap berada di 4 besar (walau saat ini cukup sulit)?

Arsenal adalah tim besar yang identik dengan permainan mendominasi bola. Namun, jika tidak memiliki pemain kreatif seperti Mesut Ozil, pasti akan menjadi percuma. Jika musim-musim kemarin, permasalahannya adalah Arsenal tidak memiliki predator kelas kakap di kotak penalti. Kini, Arsenal membuat predator ulung yang justru bakal menjadi banteng terluka. Karena, peran mereka tak hanya mencari posisi dan menunggu bola, namun juga harus lari ke sana ke mari untuk mencari bola sendiri. Jika tidak demikian, maka bola akan tetap berputar-putar tidak jelas.

Dengan cara bermain seperti ini, Arsenal akan semakin tidak meyakinkan dalam berburu tiket Liga Champions (4 besar Premier League) ataupun juara Liga Europa. Padahal asa mereka paling realistis adalah itu, mereka sudah tidak lagi berpeluang juara di Liga Inggris, Piala Liga, ataupun Piala FA. Lalu, mau bagaimana Arsenal musim ini?

Walau musim ini sebagai masa adaptasi Unai Emery di Arsenal, namun, seharusnya itu untuk di kompetisi domestik, bukan di kompetisi Eropa. Karena, dengan pengalamannya di Sevilla, dia seharusnya dapat berbuat lebih untuk tim saat berada di kompetisi malam Jumat tersebut. Apalagi secara komposisi pemain, Arsenal lebih baik dari pada Sevilla.

Sebenarnya ada satu ide yang harus dicoba bagi Arsenal, yaitu, memainkan Denis Suarez sejak menit pertama. Arsenal harus berani bertaruh untuk melihat bagaimana kemampuan pemain pinjaman asal Barcelona ini dalam memberikan kontribusi positif bagi tim.

Soal posisi bermain, Suarez sebenarnya juga cenderung fleksibel, sehingga dapat ditempatkan sebagai AMF (attacking midfielder) ataupun winger. Namun, jika sudah ada Iwobi, Mkhitaryan, atau Aubameyang di flank penyerangan, maka, Suarez harus menjadi AMF.

Bagi penulis, hal ini perlu dicoba, jika memang Emery kurang membutuhkan jasa Ozil. Intinya, Arsenal perlu pemain kreatif, baik itu dengan Ozil ataupun tanpanya. Jika tidak demikian, keberadaan Lacazette dan Aubameyang di lini serang menjadi sia-sia. Bisa jadi, jika tanpa pemain kreatif seperti Ozil, mereka berdua akan menurun performanya karena kehilangan kebiasaan mereka dalam menerima bola dan tinggal mengeksekusinya menjadi gol.

Malang, 16 Februari 2019
Deddy Husein S.

Tambahan:

Statistik Ozil selama karirnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun