Kebijakan Transfer Pesepak bola dan Pengaruh Kedekatan Personalitas
---
Publik sepak bola Indonesia sedang ramai memperbincangkan musim libur kompetisi Liga 1 dengan topik jendela transfer pemain untuk memperkuat klub-klub peserta kompetisi tertinggi di Indonesia tersebut. Setelah kabar pembatalan perekrutan Sandi Sute ke klub promosi dari Liga 2, Kalteng Putra, menghebohkan jagad maya. Bahkan, sampai juga berita tersebut ke media asing Asia. Menandakan bahwa geliat sepak bola Merah-Putih sedang sangat dipantau oleh publik internasional.
Hal ini memberikan tanggapan positif dan negatif. Positif, karena, itu artinya sepak bola kita (masih) diperhitungkan. Negatif, karena, berita-berita yang terdengar sampai ke mancanegara tidak semuanya menarik untuk dipublikasikan. Termasuk kabar-kabar unik seputar transfer pemain.
Membicarakan tentang transfer pemain untuk berpindah klub, baik itu melalui proses peminjaman atau melalui sistem kontrak kepemilikan (pembelian jika di luar negeri/Eropa), tentu merupakan topik yang sangat seru. Namun, ada perbedaan dari bentuk transfer pemain di sepak bola Indonesia. Jarang atau bahkan tidak ada bentuk transfer yang melibatkan sistem jual-beli pemain dari satu klub ke klub lain.
Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan pemain sepak bola di mancanegara, khususnya di Eropa. Salah satu faktornya adalah sistem kontrak pemain di klub di kompetisi sepak bola Indonesia adalah berjangka pendek. Biasanya hanya berdurasi kontrak satu tahun atau untuk satu musim kompetisi. Bahkan, ada pemain-pemain yang bermain di klub lain ketika mengikuti kompetisi pra musim, walau ketika musim kompetisi akan dibuka, si pemain akan kembali lagi berseragam klub asalnya.Â
Contohnya adalah Boaz T. Solossa. Pemain dan sekaligus kapten tim dari klub kebanggaan masyarakat Jayapura, Persipura ini biasanya akan memperkuat klub lain ketika sedang pra-musim. Misalnya, dengan bergabung ke klub Borneo FC untuk mengikuti kompetisi Piala Presiden (kompetisi pramusim). Ketika kompetisi selesai, dia akan kembali lagi ke Persipura dan memperkuatnya selama semusim penuh.
Lalu, bagaimana bisa Boaz Solossa tetap berada di Persipura sampai saat ini?
Walau klub-klub Indonesia bersistem kontrak jangka pendek, biasanya  mereka akan selalui memperbarui kontrak dan nilainya sesegera mungkin pasca musim berakhir ataupun sebelum musim kompetisi yang baru dimulai. Sama halnya dengan pemain-pemain legendaris dalam satu klub lainnya, seperti, Ismed Sofyan bersama Persija Jakarta, lalu ada I Made Wirawan bersama Persib Bandung, Rendi Irawan bersama Persebaya Surabaya, dan pemain-pemain lainnya yang dapat menjalin kerja sama dengan klubnya lebih dari 2-3 musim kompetisi.
Sistem kontrak jangka pendek inilah yang kemudian membuat si pemain harus mengikuti trial atau masa percobaan dalam sebuah latihan khusus untuk membuat pelatih klub dan manajemen klub bersedia atau tertarik untuk merekrutnya. Sistem semacam ini memberikan nilai positif dan negatif.
Nilai positif, karena hak transfer prosentase pembagian hak kontrak dipegang secara mayoritas oleh pemain dan agennya. Artinya, tidak ada klub yang dapat memperoleh hak dalam kebijakan terhadap pemain jika di antara klub dengan pemain tidak terikat kontrak. Jadi, ketika musim kompetisi berakhir atau kalender satu tahun berakhir, biasanya perlu adanya pembaruan kontrak jika di antara kedua belah pihak (klub dan pemain) ingin melanjutkan petualangan bersama, atau otomatis berpisah jika kontraknya sudah berakhir. Bersama model demikianlah, membuat pemain akan bebas untuk menentukan masa depan dan menyiapkan rencana selanjutnya setiap libur kompetisi.