Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersimpati terhadap Kasus Uyghur di China dan Cara Menghormati Negara Lain

21 Desember 2018   16:32 Diperbarui: 21 Desember 2018   16:50 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok orang Uyghur. (Detik.com/travel)


Ibaratnya begini, bagaimana sikap kita ketika kamar rumah kita (walau bersih dan rapi) tiba-tiba langsung dimasuki oleh tetangga kita, walau sudah kenal lama?
Rahasia dan masalah. Semua negara pasti punya rahasia dan masalah. Hal ini pasti terjadi di setiap negara. Lalu, apa yang akan dilakukan oleh negara lain?

Bayangkan, bagaimana proses pengamanan negeri ini ketika isu separatisme mulai kembali menggerogoti Indonesia beberapa tahun lalu?

Pada saat itu, kita sangat murka ketika beberapa negara tetangga ada yang mulai mendukung separatisasi dari wilayah-wilayah Indonesia yang kebetulan berdekatan dengan negara tersebut, dan apa yang terjadi?

Kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga agar negara kita tetap utuh dan dengan cara siapa? Cara kita sendiri. Kita bangsa besar, dan sudah terlahir untuk hidup bersama dengan saudara-saudara walau saudara kita terlihat berbeda-beda. Tentu kita punya cara sendiri untuk dapat menyelesaikan kasus rumah tangga kita, bukan?


Di situlah kita harus mencari apa yang menjadi poin pentingnya.
Yaitu, menghargai.
Menghargai urusan negara lain, sama seperti menghargai urusan rumah tangga tetangga, teman kita atau bahkan saudara kita. Itu yang harus kita tanamkan di pikiran.

Bukan soal aksi yang terkesan tidak peduli. Tapi kepedulian yang seperti apa yang lebih baik? Itu yang harus kita pikirkan terlebih dahulu. Terlihat apatis memang tidak baik, namun terlihat sok peduli juga tak baik, jika sampai kemudian melangkahi garis-garis hak dari kehidupan orang/pihak lain.

Karena, aksi peduli yang tidak dapat dimengerti tujuannya secara jelas, bisa jadi, itu bukan untuk sebuah kepedulian. Melainkan, memberikan potensi terhadap pembesaran masalah yang justru akan merumitkan atau 'meledakkan kompor dari tetangga kita'.

Kebiasaan kepo, ingin tahu urusan orang lain, sedangkan urusan sendiri belum diselesaikan dengan baik, itu seringkali menggerogoti pikiran dan gaya hidup kita. Hal inilah yang kemudian, mengapa orang China bisa hidup di luar dari negerinya dan bahagia dibandingkan orang Indonesia hidup di negara lain tapi ketika pulang, selalu mendapatkan desas-desus yang mencurigakan.

Urusi hidup kita---Indonesia, sebelum mengurusi hidup negara lain. Apalagi negara sebesar China. Negara yang sudah memiliki peradaban masyarakat yang selangkah lebih di depan dibandingkan kita, tentu tidak memungkiri bahwa mereka juga punya cara tersendiri untuk mengelola negaranya, wilayahnya, masyarakatnya, termasuk agamanya.
Jadi, masihkah kita harus ikut campur, jika kita tidak mau diikutcampuri saat punya masalah?

Bagaimana dengan kasus penggerajian patok nisan salib di salah satu daerah di Yogyakarta?

Apakah itu bukan kasus yang menyedihkan juga bagi umat beragama lain---non muslim?
(Mari kita pikirkan!)
Fakta yang menarik di sini adalah beruntungnya orang-orang minoritas di Indonesia tak banyak tingkah dan bersilat lidah. Seandainya saudara-saudara ini juga menjerit seperti kaum Uyghur yang katanya sedang menjerit, apa yang akan terjadi pada Indonesia?
(Mari kembali merenung.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun