Kedatangan pelatih-pelatih baru yang penuh enerji dan adanya filosofi positif thinking---pasti menang---walau skor sementara tertinggal terlebih dahulu, mungkin sedang menjadi tren bagi persepakbolaan masa kini. Artinya, saat ini filosofi bermain yang memiliki potensi kemenangan terbaik adalah menguasai permainan (seperti di Man.City), memainkan taktik yang dinamis (Liverpool), dan tidak pantang menyerah menyerang sampai laga berakhir (Arsenal) adalah yang sering terlihat pada permainan dewasa ini di Liga Inggris.
Hal ini, yang sepertinya tidak ada di MU saat ini. MU seperti bermain biasa saja dan cenderung menunggu apa yang sedang dimainkan oleh lawannya, baru meresponnya. Sebuah taktik lama yang dulu juga dimainkan oleh Arsene Wenger---membiarkan tim lawan dapat mencuri keunggulan dan kemudian mencoba merespon.
Namun, taktik yang seperti ini akan menjadi boomerang negatif ketika bertemu dengan klub-klub yang bermain dengan pelatih yang memiliki pendekatan yang berbeda (tidak hanya baru). Khususnya, seperti Klopp dan Pochettino. Dua pelatih yang cenderung fleksibel dalam memainkan pertandingan. Mereka tidak serta-merta harus dominan, atau sebaliknya. Mereka memainkan semua strategi---bertahan dan menyerang yang seimbang dan maksimal. Itulah yang menjadi sorotan penting terhadap evaluasi bagi MU saat ini.
Uniknya, evaluasi tersebut adalah perpisahan antara MU dengan Mourinho yang akhirnya tak terelakkan---walau sudah terprediksi jauh-jauh hari.
Salah satu catatan akhir pada perjalanan Mou-MU di sini adalah budaya bersaing sengit di Liga Inggris seringkali membutakan persepsi terhadap bagaimana cara menilai kualitas seorang pelatih.
Namun, di sisi lain, memberikan suatu fakta yang sulit disanggah. Bahwa, roda kehidupan senantiasa berputar. Sehingga, siapa saja bisa merasakan situasi menyenangkan saat berada di atas, dan di sisi lain, harus mau dan siap jika sewaktu-waktu akan berada di bawah; bersama aspal yang panas dan berdebu atau tanah yang berlumpur.
Pilihannya ada dua saat berada di bawah. Mau kembali ke atas, atau tetap berada di sana. Pilihan paling logis adalah berada di tengah. Yaitu, mencari sesuatu yang berbeda namun bisa kembali memberikan bukti bahwa seseorang tersebut tidak/belum habis.
Bagi seorang pelatih sepakbola yang hebat di klub profesional, biasanya akan mencoba memulai perencanaan untuk sedikit bergeser ke wadah yang baru---sebelum dirinya benar-benar 'meredup'. Yaitu, melatih sebuah tim nasional (timnas). Entah, timnas yang mana, tapi bisa jadi, itu adalah destinasi yang bagus bagi seorang pelatih hebat seperti Mourinho.
---
Terimakasih Mourinho atas warna yang kau berikan pada sepakbola Eropa, dan semoga segera mendapatkan destinasi baru yang lebih menyenangkan, serta membangkitkan kembali optimisme untuk juara.
Malang,
20 Desember 2018
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H