Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Preview MU Vs Arsenal, Duel Juru Taktik Penghuni Lama dan Pendatang Baru di Liga Inggris

5 Desember 2018   23:01 Diperbarui: 5 Desember 2018   23:27 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, ada yang harus diingat. Bahwa, seorang pelatih juga memiliki masa kejayaan dan masa kesuraman. Sama seperti Arsene Wenger yang datang ke Arsenal dengan membawa optimisme dan kecerdasan. Membuat klub kesayangan Gooners ini mampu meraih prestasi dan mulai disegani di kancah domestik dan Eropa. Namun, dirinya yang awalnya datang dengan sesuatu yang baru juga ditiru oleh generasi yang baru. Salah satunya adalah kedatangan Mourinho. Pelatih yang pernah sukses bersama FC Porto di Liga Champions ini menjelma menjadi pesaing baru di era awal abad 20 sekaligus menjadi batu sandungan bagi Arsene Wenger. Puncaknya adalah ketika Mourinho kembali ke Liga Inggris dan kembali mampu membawa Chelsea berprestasi lagi sekaligus menjadi pesaing serius bagi Manchester City yang mulai menjadi kekuatan besar di Liga Inggris. Mourinho rupanya masih berjaya dan bisa menaklukkan Liga Inggris di era baru---walau telah 'terbuang' dari Real Madrid.

Ekspresi Jose Mourinho. (Twitter.com/Bolanet)
Ekspresi Jose Mourinho. (Twitter.com/Bolanet)
Kini, situasi tersebut berbalik. Era kejayaan Mourinho sepertinya kian memudar, seiring dengan masuknya banyak juru taktik (Josep Guardiola, Antonio Conte, Mauricio Pocchetino, Jurgen Klopp, dll) yang dapat menghadirkan strategi dan formasi yang unik dan variatif, yang tentunya juga mampu menjadi anti-strategi bagi permainan skuad asuhan Mourinho (di Chelsea dan kini di MU).

Sialnya, Mourinho ada di tim besar yang dianggap publik masih berada di masa kegelapan pasca kepergian pelatih legendarisnya, Sir Alex Ferguson. Bersama Sir Alex, MU masih sangat kuat. Tak hanya di Inggris namun juga Eropa, yang mana saat itu Wayne Rooney dkk masih bertarung sengit dengan klub hebat asal Spanyol, FC Barcelona hingga pernah bertemu di partai puncak Liga Champions. Artinya, MU saat ini sedang berada dalam fase buruk dalam transisi kepemimpinan pasca pensiunnya pria asal Skotlandia tersebut.

Para suksesornya sepertinya tak pernah benar-benar mampu membawa generasi fase akhir Rooney yang kemudian beralih ke generasi Ander Herrera, Romelu Lukaku, Marouanne Fellaini, dan kini ada mantan pemain Arsenal yang ingin mengikuti jejak Robin van Persie, Alexis Sanchez, untuk dapat bersaing secara konsisten di tabel klasemen Premier League.

Musim 2018/2019 ini juga menjadi musim yang berat bagi MU, jika mereka kembali gagal merangsek naik ke papan atas dan juga tampil meyakinkan di kancah Liga Champions. Faktor keharmonisan yang kian retak, ditambah dengan kehadiran pelatih baru di klub-klub rival yang mulai berhasil beradaptasi dengan daya saing di salah satu kompetisi elit di Benua Biru ini, menjadi bagian dari keterpurukan Mourinho dan MU.

Kini, Mourinho akan bertemu lagi dengan Arsenal, namun dengan wajah baru yang dimiliki oleh sang rival. Pelatih yang menjuluki dirinya sebagai "The Special One" ini harus mewaspadai gebrakan dari Unai Emery jika tak mau segera angkat kaki dari kota Manchester---dan Liga Inggris, lebih cepat. Bisa jadi, pertandingan ini akan menjadi bagian krusial dalam menentukan keberlanjutannya dalam menahkodai kapal Setan Merah.

Halangan terbesar bagi Mourinho adalah kesulitannya dalam mengatur para pemainnya. Paul Pogba mungkin di media massa sebagai sosok yang seringkali terlihat bersitegang dengan pelatihnya. Namun, bisa jadi tak hanya Pogba yang tidak cocok dengan Mourinho, atau lebih tepatnya dengan taktik Mourinho. Namun, inilah yang patut diwaspadai dan patut dibandingkan dengan kubu seberang.

Unai Emery cukup diuntungkan, karena perlabuhannya di Liga Inggris adalah ke Arsenal. Tim besar dengan skuad yang cukup mumpuni dan rata-rata diisi oleh pemain-pemain yang memiliki loyalitas tinggi---meski tanpa prestasi mentereng yang dipersembahkan untuk Arsenal. Terhitung bahwa, tim bermarkas di Emirates Stadium ini masih memiliki pemain lawas seperti Aaron Ramsey yang bahkan mungkin menjadi salah satu pemain hebat di Eropa/dunia yang belum dapat merasakan juara Liga Inggris dan Liga Champions akibat dari loyalitasnya bersama Arsenal yang saat itu masih diasuh oleh Arsene Wenger. Namun, bersama pelatih Prancis itu pula, Ramsey mampu tumbuh dan berkembang menjadi salah satu gelandang yang tangguh dan sangat diperhitungkan bagi tim-tim besar untuk dapat merekrutnya.

Inilah yang menjadi poin pembeda dari Arsenal dengan MU. Bahwa, para pemain Arsenal sudah ditanamkan prinsip untuk dapat bermain loyal dengan kondisi apapun sampai musim kompetisi berakhir---hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan petinggi klub yang tidak asal copot pelatih saat klub terpuruk. Sesuatu yang berbeda bagi Emery, jika dibandingkan dengan saat dirinya melatih PSG yang memiliki banyak pemain bintang bergaji mahal namun cukup sulit untuk diatur. Apalagi ketika Neymar Jr berhasil didatangkan oleh klub kaya tersebut dan membuat aroma persaingan internal dengan Edinson Cavani cukup panas. Maka, itu situasi yang tidak mudah bagi Emery yang awalnya berangkat dari klub biasa-biasa saja seperti Sevilla. Artinya, Unai Emery lebih menyukai melatih klub yang berada dalam situasi yang kondusif dan stabil---tanpa tekanan berlebih namun menjunjung tinggi optimisme.

Situasi ini yang mungkin memberikan kenyamanan bagi Emery untuk dapat bekerja maksimal dan mencoba mengenalkan disiplin-disiplin baru kepada para pemainnya yang rata-rata masih muda---penuh semangat. Sehingga, Arsenal kini terlihat berbeda dan semakin mengancam bagi rival-rivalnya dalam upaya perburuan gelar juara, baik domestik maupun Liga Europa. Uniknya di kompetisi yang digelar setiap malam Jumat ini, Unai Emery bersama Sevilla yang saat itu masih memiliki pemain tengah berkualitas pada Ivan Rakitic ini mampu merajainya dengan gelar juara tiga kali beruntun.

Di sinilah yang kemudian kita memiliki dua poin perhatian; apakah MU mampu menghentikan laju positif Arsenal di rumahnya sendiri---dengan segala permasalahan yang melanda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun