"Kemenangan hasil dari pengalaman Pochettino di Liga Inggris"
Bersama pelatih yang konsisten membawa klub London Utara lainnya, Tottenham Hotspur terus bersaing di papan atas Liga Primer Inggris (Premier League), Harry Kane dkk berhasil menaklukkan tim tamu Biru London, Chelsea dengan skor 3-1.Â
Bermain di kandang sendiri, Tottenham bermain dengan pendekatan permainan cepat dengan mengandalkan transisi dari bertahan ke menyerang yang sangat baik. Secara penguasaan bola, tim tamu lebih menguasai, khususnya di babak kedua. Namun, mereka kesulitan untuk membongkar pertahanan lawan.
Keberadaan Alvaro Morata di depan, rupanya tidak begitu menakutkan bagi dua bek tengah The Lily Whites. Seperti biasa, Chelsea yang menggunakan jersey berwarna kuning ini hanya mengandalkan pergerakan Eden Hazard untuk mencari peluang---suatu pekerjaan berat selama babak pertama. Hal ini kemudian direspon saat babak kedua, khususnya dengan keberadaan Pedro dan pergerakan N'Golo Kante yang beberapa kali mencoba mengisi ruang di kotak penalti lawan saat sedang menyerang.
Poin utama keberhasilan dari Tottenham Hotspur dalam mengalahkan Chelsea yang sedang dianggap menjadi salah satu klub yang menantang perburuan gelar juara Premier League musim ini, adalah dari penggunaan taktik bermain pragmatis (tidak banyak menguasai bola) namun mampu membangun serangan yang sangat tajam. Nyaris setiap serangan Tottenham yang hasil dari intersep atau memotong serangan lawan, mampu merepotkan pertahanan Chelsea yang selalu terlihat pontang-panting (kurang koordinasi).
Apalagi pasca tertinggal 2-0, di babak kedua Chelsea otomatis berupaya fokus menguasai bola dan membangun serangan terus-menerus. Hal ini kemudian mampu dimanfaatkan oleh Tottenham untuk menggunakan serangan balik sebagai pemukul telak bagi pertahanan The Blues. Gol ketiga Spurs adalah dari skema semacam ini, ketika garis pertahanan Chelsea sangat tinggi, sehingga mampu diterobos oleh skill individu Son Heung Min.
Pasca kedudukan 3-0 untuk tuan rumah, Maurizio Sarri berupaya untuk mencari upaya maksimal untuk memecah kebuntuan di lini depan dengan memasukkan Pedro sebagai penyerang yang dapat melebar ke sisi sayap kanan. Artinya, di pertahanan Spurs akan menghadapi serangan yang seimbang, antara sisi kiri yang terkadang diisi oleh Hazard dan kanan diisi oleh Pedro. Meski belum bisa mencetak gol, namun hal ini dapat menjadi bukti Sarri tak mau menyerah tanpa perlawanan---setidaknya dengan mencetak satu gol.
Gol yang dicari akhirnya berhasil didapatkan Chelsea setelah penyerang jangkung asal Prancis, Olivier Giroud masuk. Di sini pergerakan serangan Chelsea semakin tertata, dan tahu siapa yang dapat dijadikan tujuan untuk mengalirkan bola ke depan. Eks pemain Arsenal ini akhirnya benar-benar menjadi mimpi buruk bagi Hugo Lloris, setelah lompatannya berhasil menjangkau bola dan kepalanya berhasil mengarahkan bola ke sudut gawang yang jauh dari jangkauan Lloris. Skor 3-1 akhirnya menjadi hasil di laga big match antar dua klub besar asal kota London.
Hasil ini juga disoroti tentang keberhasilan Pochettino dalam mengeluarkan taktik yang berlawanan dari Sarri dan menurunkan Son sebagai starter. Keberadaan pemain cepat asal Korea Selatan ini setidaknya mampu membuka ruang di pertahanan lawan dan memanfaatkan kemampuannya dalam beradu sprint---meski Spurs juga memiliki yang setipe dengannya seperti Erik Lamela.Â
Selain itu, pertahanan rapat dan tidak mendapatkan ancaman dari bola-bola atas (permainan yang variatif) di babak pertama membuat mereka semakin nyaman dan sabar---tidak terpancing dengan aksi individu Hazard yang dapat diisolasi. Pochettino di sini seperti ingin menunjukkan cara main yang Inggris sekali---agresif dalam menyerang dan tidak peduli dengan ball possesion.Â
Termasuk membuat penekanan di awal laga agar segera mendapatkan momentum dalam mencetak gol dan itu juga berhasil terealisasi. Sehingga, mereka lebih tenang dalam menjalani laga termasuk di babak kedua. Jam terbang Pochettino di Premier League benar-benar dapat diakui di laga ini.Â