Kegagalan (lagi) Timnas Indonesia di Piala AFF 2018
"Salah siapa?"
Biasanya kita akan menganggap sesuatu yang di depan adalah harapan, sedangkan yang di belakang adalah kenangan. Harapan penuh dengan teka-teki, sedangkan kenangan penuh dengan bukti. Teka-teki membuat kita dapat berharap dengan keyakinan yang tinggi. Bukti membuat kita tak bisa mengelak apa yang sudah terjadi. Jika buktinya bagus, maka kita harus menjaga dan mengembangkannya. Kalau buktinya buruk, maka kita harus memperbaikinya---melakukan perubahan.
Hal ini juga terjadi di sepakbola yang sudah menjadi bagian dari nafas kehidupan manusia. Sepakbola tak hanya bicara soal olahraga, namun juga harga diri dan misi. Bersama sepakbola, kita tak perlu perang dengan senjata untuk bersaing menjadi yang terbaik. Cukup dengan sepakbola, maka gengsi suatu negara dapat sedikit terangkat.
Kita tak bisa memungkiri bahwa negara seperti Argentina dan Brazil secara ekonomi nasionalnya tidak begitu baik jika dibandingkan dengan negara maju seperti Korea Selatan dan Inggris. Tapi secara prestasi sepakbola, mereka dapat bersaing, bahkan bisa lebih baik---dilihat di ranking FIFA untuk tim nasionalnya (timnas). Bahkan, pemain-pemain sepakbola di dua negara Amerika Latin tersebut jauh lebih dikenal dibandingkan pemain-pemain dari Jepang, Singapura, Rusia, ataupun Australia. Karena memang, negara ini berhasil menyadari di mana letak potensi mereka untuk dapat diperhitungkan di dunia.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia dapat menjadi negara yang dapat diperhitungkan, setidaknya dalam dunia sepakbola?
Berbicara soal sepakbola Indonesia tentu tak bisa lepas dari masa penjajahan kolonial Belanda. Selama sekitar 3,5 abad, orang-orang Belanda seperti hidup di negaranya sendiri saat berada di Indonesia. Termasuk dalam kehidupan bermain sepakbola. Mengingat secara sejarah, sepakbola memang berasal dari tanah Eropa sehingga tidak menutup peluang bagi Belanda untuk memperkenalkan sepakbola ke masyarakat Indonesia.
Dari sinilah, kemudian sepakbola dapat hidup sampai tahun ini kita masih punya kesempatan menyaksikan sepakbola di Indonesia yang (sebenarnya) sedang berkembang---meski secara perlahan (sekali). Termasuk  perkembangan pada timnas sepakbola Indonesia. Bagi yang mengikuti kiprah skuad Garuda minimal sejak tahun 2000-an tentu akan mengatakan bahwa timnas Indonesia mengalami perkembangan.
Perkembangannya di  mana?
Paling pertama adalah dari gaya permainan. Jika dilihat dengan rekaman yang jauh ke belakang, permainan timnas saat ini sebenarnya sudah cukup baik. Koordinasi, komunikasi, dan pengendalian emosi dapat dijalankan di lapangan dengan sangat bertanggungjawab oleh para pemainnya.Â
Memang kita boleh mengatakan bahwa legenda si A adalah pemain yang dirindukan, legenda si B pencetak gol ulung dan sekarang tidak ada yang sepertinya, atau legenda si C yang sangat kuat dalam bertahan dan punya kharisma luar biasa. Tapi secara permainan terkadang mereka masih sering rusak oleh peluapan emosi yang tak mampu dikendalikan dan dapat berujung pada performa yang mengecewakan.