Dewasa ini, mendapati orang-orang yang terlalu takut dengan kesalahan yang ditangkap orang lain terhadap dirinya seperti sudah bukan hal yang langka. Banyak orang mudah dinilai bersalah ketika melukai perasaan orang lain, baik dengan perlakuan dan perkataan. Hal ini tentu bukan permasalahan sepele jika dibiarkan begitu saja.Â
Apalagi dengan perkembangan zaman sekarang yang interaksinya semakin luas ketika jarak terhadap ruang dan waktu bukan lagi masalah. Segala informasi baik yang bersifat umum maupun privat dapat kapan saja terungkap ke publik. Tentu hal ini menjadi perhatian tersendiri terhadap pola kehidupan masyarakat dan masyarakat-net masa kini.
Bersama lagu ini, kita seperti diingatkan bahwa melihat diri sendiri bukanlah hal buruk. Bukan berarti mengedepankan ego yang tinggi, namun lebih kepada penyelamatan diri terhadap kejatuhan mental yang bisa membuat permasalahan lain bisa timbul, yaitu bunuh diri.Â
Jika kita menengok asal lagu ini yang dari Korea Selatan, tentu kita tak bisa lupa pada sejarah dan fakta bahwa negara Asia Timur yang terkenal dengan K-dramanya yang dapat menguras emosi juga musik K-Popnya yang dapat mewarnai hari-hari dengan perasaan yang menarik dan dinamis ini merupakan negara maju dengan tingkat kasus bunuh diri yang tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini dapat terjadi.
Persaingan.
Manusia tak pernah lepas dari rantai persaingan untuk dapat bertahan hidup.
Manusia perlu makan dan minum serta mencukupi berbagai kebutuhannya---tak lagi sekedar kebutuhan primer tapi juga kebutuhan sekunder dan tersiernya. Di era yang semakin maju ini, kebutuhan meningkat, termasuk nilai dan nominal terhadap kebutuhan itu juga meningkat. Agar bisa mencukupinya, perlu adanya kesejahteraan terhadap pemasukan agar tidak membuat pengeluaran menjadi lebih bengkak atau malah tidak tercukupi dengan baik. Hal ini juga berlaku di negara semaju Korea Selatan. Tuntutan untuk sukses adalah segala-galanya. Lalu bagaimana jika gagal?
Memang tak semua yang gagal tidak akan bangkit (tidak memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri), namun di sisi lain juga tidak kecil kemungkinannya bahwa mereka yang gagal akan melakukan itu sebagai solusi pamungkas yang seolah-olah hanya itu yang dapat terjadi dan harus dilakukan. Sungguh memilukan, namun itu adalah salah satu fakta dari kemirisan kehidupan masa kini.
Mungkin tak ada yang menyadari bagi mereka yang mampu mendominasi orang lain dengan tekanan berdasarkan kekuasaan, kekayaan dan pengetahuannya (atau faktor lainnya).Â
Namun hal ini dapat menjadi suatu kefatalan, jika orang-orang yang melakukan itu tak pernah menyadarinya dan hanya bersikukuh bahwa itu hanyalah soal perang mental, dan siapa yang kalah itu memang sudah sepatutnya tersingkir dan tak perlu dipikirkan.
 Tentu hal ini bisa dinamakan pembunuhan secara terencana, karena kejatuhan mental yang tak tertolong bisa membuat seseorang gagal bangkit bahkan bisa kehilangan akal sehatnya---dan berujung pada bunuh diri. Bunuh diri di sini kemudian tidak menjadi serta-merta kesalahan orang yang bunuh diri, namun juga bisa karena faktor lingkungannya yang over-pressure dan dia gagal untuk keluar dari sana.