Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Raja Tanpa Mahkota Telah Turun Tahta

19 November 2018   14:18 Diperbarui: 19 November 2018   14:49 2724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dani Pedrosa di paddock. (Twitter.com/HRC_MotoGP)

Bersama dengan karakter Honda yang demikian, rupanya telah membuat Marc mampu membawanya ke gaya balapnya yang memang agresif---sesuatu yang pernah mendapat kecaman dari pebalap lain termasuk Jorge Lorenzo. Gaya balapnya yang agresif cenderung berbeda dengan Dani Pedrosa. 

Pebalap Spanyol lainnya yang sudah lebih dulu menunggangi motor RCV213V ini menggunakan sistem penaklukan motor gesitnya Honda dengan gaya balap yang taktikal. Dani (sebenarnya) bisa agresif, namun lebih taktis dan selalu mencari momentum yang tepat untuk mengalahkan pebalap lain. Membuat pebalap bernomor 26 ini terlihat sebagai pebalap yang tepat untuk Honda.

Hanya ada satu hal yang membuat Dani masih belum sempurna bersama Honda, yaitu gelar juara dunia. Pebalap (yang dianggap) mungil ini, selama berkarir di kelas para raja hanya mentok sebagai runner-up. Dirinya selalu gagal melawan rival dari kubu biru Yamaha yang memiliki duet 'angker', Rossi dan Lorenzo. 

Terbukti bahwa sejak 2006 (terlepas dari musim debutnya dan saat itu yang juara dunia adalah alm. Nicky Hayden bersama Repsol Honda) sampai 2018, the Little Spaniard gagal membendung Valentino, Stoner, Jorge, dan bahkan Marquez yang baru mentas di 2013. Sesuatu yang tentunya sangat mengecewakan bagi dirinya dan para pendukungnya. Mengingat bagaimana dirinya tak pernah absen dalam persaingan perebutan podium dan podium tertinggi di setiap lintasan. Bahkan juga tak jarang terlibat duel seru di lintasan bersama The Doctor dan Por Fuera.

Dani Pedrosa di paddock. (Twitter.com/HRC_MotoGP)
Dani Pedrosa di paddock. (Twitter.com/HRC_MotoGP)
Namun, publik pecinta balap motor di MotoGP tentu tidaklah buta terhadap fakta, bahwa Dani Pedrosa adalah bukan pebalap sembarangan. Dirinya memang nirgelar selama 13 musim bersama Repsol Honda, sebuah tim pabrikan yang selalu berhasil bersaing sengit di lintasan bersama Yamaha dan Ducati---tim yang akhirnya bangkit bersaing sengit di tabel juara di tahun 2017 pasca kepergian Casey Stoner tahun 2011. 

Terlepas dari banyak faktor yang menghalangi Dani Pedrosa untuk juara dunia, dirinya masih mendapatkan apresiasi dan respek dari semua kalangan yang telah menjadi saksi dari perjalanan panjangnya. 

Tak hanya dari kalangan pebalap yang bahkan ikut berduel di lintasan yang sama dengan dirinya, namun dari para pendukung pebalap lain juga banyak yang menilai bahwa Dani Pedrosa adalah bukti sah adanya talenta yang muncul ke dunia tanpa terhalang oleh keterbatasan.

Dani Pedrosa tetap menjadi Dani Pedrosa yang pernah terlihat terharu terhadap kemenangan heroiknya pada saat itu di kelas 250cc atau yang kini dikenal sebagai kelas Moto2. Dia masih selalu mengundang haru di setiap aksinya. Tipikal petarung yang selalu melihat situasi dan tidak gegabah dalam menentukan pilihan dalam mengambil momentum. 

Dia pebalap taktikal modern yang sebenarnya muncul untuk menandingi kehebatan generasi lawas Valentino Rossi yang selalu berhasil memanfaatkan pengalamannya yang besar untuk menaklukan lintasan. Namun, kurang beruntungnya adalah dia berada di kepungan talenta hebat lainnya seperti Casey Stoner yang berhasil nyetel dengan motor bertenaga besar seperti Ducati dan pebalap stylish milik Yamaha, Jorge Lorenzo.

Terbukti bahwa selepas pensiun dininya Casey Stoner, hanya menyisakan dirinya dan Jorge Lorenzo yang harus bersaing melawan generasi muda seperti Marc Marquez, Maverick Vinales, Alex Rins dan telat panasnya Andrea Dovizioso yang baru nyetel bersama pabrikan Ducati, serta masih diperhitungkannya kualitas dari pebalap ikon Italia dan MotoGP Valentino Rossi---yang musim 2018 ini berhasil bertengger di posisi ketiga klasemen akhir. 

Dani tentu mengetahui hal itu, termasuk ketika peluang bersaing untuk berbicara banyak di kejuaraan semakin menipis, membuat dirinya tidak bisa harus terus ngeyel untuk berada di lintasan. Dia bukan pebalap yang terus ingin membalap seperti Max Biaggi, Loris Capirossi, Marco Melandri, dan alm. Nicky Hayden. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun