Kementerian Keuangan dan Badan Pusat Statistik mengabarkan bahwa neraca perdagangan RI mencatatkan surplus di bulan November 2021, sebesar US$3,51 miliar atau sekitar Rp50 triliun.Â
Pencatatan surplus terbaru ini menjadi bukti otentik, bahwa Indonesia telah menikmati surplus neraca perdagangan selama 19 bulan berturut-turut, dengan total akumulasi US$34,32 miliar atau Rp493 triliun.
Adapun faktor yg mendorong surplus neraca perdagangan yakni adanya peningkatan kegiatan ekspor, baik itu dari segi harga komoditas hingga volume ekspor yang bertambah. Dan, industri manufaktur merupakan sektor yang tercatat paling banyak menyumbang ekspor.
Total nilai ekspor di bulan November 2021 mencapai US$22,84 miliar atau Rp328 triliun, naik 49.7% secara tahunan (yoy) atau 42.6% sepanjang tahun berjalan (ytd).Â
Nilai ini merupakan yang tertinggi paling tidak sejak tahun 2020. Industri manufaktur mendominasi di kegiatan ekspor berkontribusi sebanyak 71.2% dan dengan pertumbuhan 34.44% (yoy) atau 35.4% (ytd)
Selain manufaktur, sektor lainnya yang turut berperan dalam peningkatan ekspor yang bisa mensurpluskan neraca perdagangan adalah tingginya pertumbuhan sektor pertambangan yakni sebesar 146.9% (yoy). Hal ini dipicu oleh harga komoditas utama yang melonjak seperti CPO, besi dan baja, batu bara dan timah.
Terlebih setelah adanya kebijakan larangan stop ekspor bahan mentah seperti bijih nikel yang digalakkan pemerintah. Harga nikel yang mempengaruhi industri besi-baja menjadi melonjak mencapai US$19.800 atau Rp281 juta per ton pada November 2021.Â
Presiden Jokowi pernah mengatakan bahwa ekspor produk besi-baja Indonesia berkat hilirisasi industri menyentuh angka US$10 miliar, yang jika dikonversikan ke Rupiah dengan kurs Rp14.428 per Dollar, maka diperkirakan mencapai Rp14.4 triliun.
Kinerja ekspor industri termasuk ekspor manufaktur bisa ditingkatkan lewat pengoptimalan program hilirisasi industri yang memberikan nilai tambah ke produk.
Tak lupa, selain upaya menyetop ekspor barang barang mentah guna melancarkan program hilirisasi industri, Indonesia saat ini tengah aktif membuka investasi demi bisa memasarkan produk barang dan jasa yang memiliki kualitas sehingga bisa memiliki daya saing tinggi di pasar global.