Pembangunan kawasan industri luar Pulau Jawa termasuk di Sulawesi sedang gencar-gencarnya dilakukan demi mengejar program hilirisasi industri yang dikatakan bisa meningkatkan produk industri agar mempunyai daya saing di pasar global.Â
Senyatanya, Â pembangunan kawasan industri juga harus diiringi dengan pembangunan infrastrukturnya. Hal yang paling menunjang kegiatan di sektor perindustrian selain mesin dan peralatan-peralatan ialah sarana dan prasarana seperti listrik dan jalanan.
Tentunya listrik adalah yang mempunyai peran penting karena listriklah yang menggerakan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan industri. PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park), sebagai salah satu kawasan industri yang berada di Morowali tentunya mempunyai PLTU sendiri.
Krisis Listrik Masih Ada di Morowali
Namun, di luar kawasan industri, Kabupaten Morowali itu sendiri mengalami krisis listrik. Warga pun mulai resah dengan adanya pemadaman bergilir dilakukan PLN. Warga di kecamatan Bahodopi misalnya, sering mendapatkan pemberitahuan dari PLN akan pemadaman listrik dengan durasi lebih dari 8 jam dengan beragam alasan, mulai dari pemeliharaan mesin, pengujian mesin, pemotongan pohon dan sederet alasannya lainnya.
Maka tak heran, bila akhirnya warga Morowali melakukan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Morowali (AMMM) pada November 2021 kemarin, elemen mahasiswa ini menuntut Bupati dan DPRD Morowali hingga PLN untuk membereskan masalah krisis listrik.
Menyusul mahasiswa, Aliansi Pelanggan Listrik Menggugat (Pelita) Morowali juga melakukan aksi unjuk rasa pada Selasa, (16/11/2021). Pelita Morowali menyoroti bahwa dengan adanya pemadaman bergilir dapat mengganggu aktivitas perekonomian rakyat serta menghambat aktivitas publik lainya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan dan kegiatan perkantoran.
Koordinator Lapangan dalam aksi ini yaitu Yopi juga menyayangkan mengapa pihak pemerintah tidak memanfaatkan pasokan listrik yang melimpah di PLTU PT IMIP. Ia kembali menunjukkan bahwa ketika pihak penyedia listrik negara membeli listrik dari PLTU IMIP di kala 2017 sebesar 5MW, hal itu pernah menjadi solusi yang mengatasi permasalahan listrik masyarakat Bahodopi. Namun selanjutnya, PLN lebih memilih mesin diesel dan tidak melanjutkan kerjasama jual beli daya listrik ke PT IMIP.
Lebih lanjut, Yopi juga mengatakan bahwa harga jual beli listrik ke PT IMIP Â yaitu Rp710/kWh, jauh lebih murah dari harga SNI pembelian listrik oleh PLN ke pihak swasta lain yaitu Rp1.059 per kWh.
Permasalahan listrik di Morowali mungkin bisa diatasi dengan pemanfaatan ragam pembangkit  listrik seperti selain dari PLTU PT IMIP, PLTA Desa Sakita dan PLTD Desa Bahoruru. Namun semua pihak pembangkit listrik tersebut tentu tidak bisa begitu saja mengalirkan listrik ke rumah-rumah warga. Semua tergantung kerja sama/teken yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Tetapi ada baiknya, pihak berwenang mendengarkan tuntutan warga sekitar karena ketidakstabilan penyediaan listrik tentunya akan menjadi efek domino bagian perindustrian. Bagaimanapun, karyawan yang bekerja di kawasan industri Morowali banyak yang berasal dari Morowali.
Memang, diketahui sudah ada pertemuan antara pihak pemerintah dengan penyedia listrik setempat yaitu PLN Cabang Bungku. Hasil dari pembicaraan tersebut bahwa pihak penyedia listrik sedang mengupayakan penambahan pembangkit listrik hingga akan mengupayakan perbaikan mesin sehingga pemadaman listrik diharapkan akan berkurang.
Semoga saja permasalahan warga Morowali yang krisis listrik akan segera menemui titik terang. Dan tak boleh dilupa, penyelesaian dalam permasalahan krisis listrik adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H