Tsingshan Holding Group Co. dikenal sebagai raja produsen stainless steel di dunia telah memutuskan untuk menanamkan modalnya di Tanah Air sejak tahun 2000-an. Namun saat itu cadangan mineral nikel di Indonesia belum terdata seberapa melimpahnya dan bermanfaatnya di masa depan.
Ya, kita tahu bahwa nikel menjadi komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik ditambah cadangan nikel di indonesia yang menguasai 30 persen dari cadangan nikel dunia. Maka, potensi untuk memproduksi baterai listrik bukanlah hal yang mustahil.
Perjalanan Tsingshan Menjadi Produsen Nikel
Tsingshan rupanya hampir sampai di garis finish-nya melalui beberapa rencana dari perusahaan berbasis di Tiongkok tersebut. Pertama, mereka memastikan mendapatkan nikel dengan jumlah yang cukup, dan, kedua adalah memastikan pengirimannya dengan cara yang ramah lingkungan.
Jika pada bulan Februari lalu pemilik perusahaan Tesla Inc., Elon Musk mengungkapkan rasa kekhawatirannya pada pasokan nikel melalui Twitter, nampaknya ide untuk bekerja sama dengan Tsingshan bukan hal yang buruk. Hal tersebut dikarenakan Tesla yang mencari nikel dengan harga murah dan banyak sekaligus mencari nikel yang ramah lingkungan.
Singkatnya, Misi Tsingshan dengan Tesla Serupa, bukan?
Industri nikel mendorong Tsingshan untuk mengembangkan proses produksi dengan biaya yang lebih rendah, dan intensif karbon untuk memerangi perubahan iklim yang tak lagi sehat.
"Tsingshan dengan penuh semangat menjunjung tinggi dan mempromosikan konservasi energi, pengurangan emisi, dan lingkungan jejak karbon rendah," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan dikutip dari Bisnis.com, Selasa (16/3/2021).
Nikel ramah lingkungan dengan kualitas yang juara untuk digunakan pada kendaraan listrik sudah di depan mata
Pemerintah Indonesia memberikan dukungan untuk Tsingshan. Bagaimana tidak? Bisnis ini tidak menguntungkan satu pihak saja. Dahulu Indonesia tidak mengetahui potensi akan kekayaan nikelnya, namun kini Indonesia sudah menjadi negara produsen nikel terbesar di dunia. Di tahun 2020 saja produksi nikel menyentuh angka 760.000 ton dan berkontribusi terhadap total 30 persen dari output global.
Bagaimana menurutmu, bukan hal yang buruk ketika Indonesia menggandeng investor asing untuk mencapai tujuan negara menjadi raja baterai listrik dunia, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H