Ada sindiran dari Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kepada pihak bank. Dikutip dari Bisnis.com pada acara Rakernas Hipmi pada hari Sabtu (6/3/2021) lalu, Bahlil mengungkapkan persyaratan pengajuan peminjaman modal belum berpihak kepada pengusaha lokal yang bergerak di sektor pertambangan.
Rasa tidak percaya masih menghantui pihak perbankan dalam memberikan pinjaman modal untuk sektor pertambangan. Mengejutkannya lagi, bank meminta ekuitas sebesar 30 persen kepada pengusaha.
"Satu smelter untuk satu tungku skala besar butuh Rp1 triliun, lebih efisien bisa tiga sampai empat tungku, minta equity 30 persen, boro-boro 30 persen, 10 persen saja (pengusaha) harus patungan dulu," ujar Bahlil.
Akibat persyaratan dari perbankan inilah yang membuat pengusaha lokal kurang kompetitif jika dibandingkan dengan eksplorasi yang dilakukan pengusaha asing.
Realisasi Investasi Tahun 2020
Mari melihat realisasi investasi di tahun 2020 lalu. Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi mencapai Rp826,3 triliun dimana penyerapan tenaga kerjanya sebesar 1.156.360 orang yang bekerja di 153.349 proyek.
Lebih rinci lagi, investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp413,5 triliun atau setara dengan 50,1 persen dari total investasi, sementara investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu Rp412,8 triliun atau setara dengan 49,9 persen dari total investasi.
Bahlil menyebutkan bahwa Sulawesi Tenggara dan Maluku menjadi target tujuan PMA dikarenakan di wilayah tersebut sedang dibangun smelter nikel saat ini.
Adanya tembok besar yang seolah menjadi penghalang untuk pengusaha lokal tentunya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sektor pertambangan sendiri khususnya nikel sedang naik daun.
Pada pertambangan nikel, untuk membangun smelter nikel membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh karenanya, demi mendapatkan dana untuk mewujudkan pabriknya pemerintah gencar untuk menarik investor bahkan dari luar negeri.
Dua perusahaan global yang diketahui sudah menanamkan modalnya di sektor pertambangan nikel Tanah Air untuk membangun pabrik baterai listrik yakni LG Energy Solution dan Contemporary Amperex Technology atau CATL.
Bila dari dalam negeri saja sudah "dihadang", bagaimana bisa para pengusaha lokal dapat berkembang dan melanjutkan perjalanannya demi mewujudkan mimpi Indonesia sebagai salah satu pemain besar serta supply global chain di era kendaraan listrik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H