Mohon tunggu...
Fery Deddy Fahriza
Fery Deddy Fahriza Mohon Tunggu... Lainnya - Music is my soul

Without deviation from the norm, progress is not possible by Frank Zappa

Selanjutnya

Tutup

Money

Investor dan TKA Bantu Perekonomian Indonesia, Benarkah?

30 Desember 2020   14:43 Diperbarui: 30 Desember 2020   15:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun demi tahun berlalu, Indonesia berperan sebagai pengekspor bahan-bahan mentah ke mancanegara, termasuk negara-negara maju. Namun, jika kita terus menjual bahan mentah, di masa mendatang perekonomian Indonesia hanya berjalan di tempat.

Pada 1 Januari 2020 lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan larangan ekspor bahan mentah. Dengan adanya larangan ini diharapkan Indonesia dapat menghasilkan nilai tambah dari bahan mentah sehingga pendapatan negara meningkat dan komoditas dalam negeri lebih dikenal dunia.

Pengawasan larangan ekspor dan hilirisasi merupakan fokus utama negara ini. Pemerintah sedans gencar-gencarnya membujuk investor lokal maupun asing sebanyak mungkin agar mereka mau berinvestasi di Indonesia. Tiongkok misalnya. Melihat kekayaan nikel di Indonesia, investor Tiongkok tancap gas untuk berinvestasi dan membangun pabrik smelter di Morowali. Pabrik tersebut berteknologi tinggi, menjadikan para pekerja Indonesia memperoleh keahlian teknologi tersebut dari tenaga kerja Tiongkok. Hal inilah yang dimaksud dari transfer of technology, skill, & knowledge. Pengalihan teknologi, keahlian, dan pengetahuan baru bagi Indonesia.

Seperti contoh kejadian puluhan tahun lalu di PT Freeport Indonesia. Seperti yang diketahui bersama, Freeport hanya mengekspor bahan mentah, tanpa ada nilai tambah pada bahan ekspor tersebut. Pemerintah Indonesia berkomitmen setiap komoditas ekspor wajib bernilai tambah. Negara-negara maju yang biasanya hanya mengambil bahan mentah, kini merasa terancam dengan kebijakan pemerintah Indonesia serta keberanian para investor Tiongkok dalam melakukan percepatan hilirisasi di Tanah Air.

Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk memperbaiki dan menatap masa depan Indonesia yang lebih maju. Presiden RI Joko Widodo belum lama ini berhasil menggandeng Tesla, Inc. perusahaan otomotif dan penyimpanan energi asal Amerika Serikat, untuk menanamkan modalnya di industri kendaraan listrik Indonesia pada Januari 2021 mendatang.

Maraknya kehadiran investor asing yang masuk ke Indonesia harus disambut baik oleh publik. Kehadiran pabrik smelter di Morowali menjadi salah satu harapan baru terwujudnya pemerataan pembangunan di luar Jawa. Harapannya, terjadi peningkatan ekonomi dan memperluas peluang pencari kerja.

Kalau rakyat Indonesia masih menolak keberadaan investor asing dan TKA, serta menganggap kehadiran mereka menutup peluang bekerja, lalu cara apa lagi yang harus dilakukan agar cita-cita Indonesia menempati peringkat 8 dalam perekonomian global dapat terwujud?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun