[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Sumber : Klik Gambar untuk mengetahui sumber"][/caption]
Pak Yayok dan mas Hans ke rumah sakit menggunakan Ambulan dimana Firman terbaring. Banyak peralatan medis ditempelkan pada tubuhnya. Pak Yayok duduk di dekat pembaringan Firman, seorang tenaga medis memperhatikan tekanan oksigen dan labuh infus yang tergantung. Sementara mas Hans duduk di depan Ambulan, bersama supir dan seorang dari pihak rumah sakit.
Mommy segera masuk ke dalam rumah, sambil membawa tas ransel Firman, tidak lama setelah Ambulan meninggalkan halaman rumahnya. Warga yang tadinya berkumpul, membubarkan diri dengan membawa pertanyaan dibenak mereka. Sebagian warga bahkan meragukan Firman terkena serangan jantung, melihat umurnya yang masih muda, sebagian lagi berprasangka mungkin hal tersebut terjadi karena Firman terlalu banyak beban yang terlihat dari kegalauannya.
Sekitar tengah hari, Bunda Enggar berkunjung ke rumah Mommy untuk mengetahui kronologis pingsannya Firman.
"Menurut yang Mommy lihat, bagaimana Firman bisa tiba-tiba pingsan, apakah sebelumnya mukanya terlihat pucat, atau bagaimana ?" Bunda Enggar mulai bertanya pada Mommy, sambil menikmati Teh Asli hangat buatan Mommy, yang dipetik dari kebun dibelakang rumah Mommy.
"Seingat saya tidak ada yang aneh mbak Enggar. Eh....dia terlihat seperti tertekan pikiran, dia sempat berpamitan hendak pulang ke orang tuanya di Kota Bunga, tapi jelas terlihat berat sekali dia meninggalkan Desa Rangkat" jawab Mommy sambil memperhatikan Bunda Enggar yang menulis di notes
"Oh.. iya mbak Enggar, Firman sepertinya memendam asmara yang dalam pada seseorang di Desa kita, tapi tidak jelas. Dia tidak menyebut nama, tetapi ketika melihat tas, ...eh iya tasnya!!. Dia nampak sangat sedih setelah melihat tasnya....dia pingsan dengan tas ransel dalam pelukannya" sambung Mommy, sambil berlari kecil mengambil tas ransel Firman untuk ditunjukkan pada bunda Enggar.
Mommy dan Bunda Enggar pun memperhatikan tas rangsel Firman.
"Mom, itu kok seperti ada bungkus roti, apa tidak sebaiknya kita keluarkan, nanti berjamur kalau kita biarkan disana terlalu lama. Kalau perlu kita berikan pada tetangga yang mau, nanti kita ganti lagi setelah Firman kembali" Bunda Enggar mengusulkan pada Mommy, yang disambut dengan anggukan setuju.
"Mbak...saya ingat, pandangan Firman sempat tertuju pada saku dimana bungkus roti ini terlihat. Eh...mbak inikan roti Asmarandana buatan Mahar, benerkan mbak ?" tanya Mommy sambil mengeluarkan roti yang ada disaku samping ransel Firman.
"Iya betul, itu roti buatan Mahar. Loh.. kok itu seperti gantungan kunci punya Asih ya?" Bunda Enggar menunjuk pada gantungan yang menempel disaku ransel tempat roti tawar Asmarandana.
Mommy dan Bunda Enggar, saling pandang dan keduanya diam sesaat.
"Mbak Enggar, sepertinya kita harus bongkar tas ini, siapa tahu ada barang yang diperlukan Firman, setahu saya dia tidak menyimpan dompet dicelananya, tetapi selalu memasukkan kedalam salah satu saku tas atau ranselnya", ujar Mommy karena ada rasa penasaran tentang tas ransel Firman.
"Saya setuju Mom, tapi sebaiknya panggil Dorma, bagaimanapun dia adalah keamanan Desa Rangkat, yang ditunjuk dan dipercaya oleh Pak Dahlan", Bunda Enggar menyetujui usul Mommy, sambil mengeluarkan HP nya untuk menghubungi Dorma.
============##============
Dorma meminta yang dikeluarkan hanya kertas atau dokumen, buku dan makanan. Serta meminta Bund Enggar untuk mencatat dengan teliti, sementara Mommy mengambil kamera dan memotret apa saja yang dikeluarkan dari ransel Firman. Seperti dugaan Mommy, dompet Firman terdapat didalam salah satu tas ranselnya, maka diambil KTP dan beberapa surat penting yang mungkin dibutuhkan oleh pihak rumah sakit, seperti kartu anggota PMI Firman, dan SIM.
Dorma tampak senang membantu operasi ini, karena dalam tas Firman terdapat makanan yang cukup banyak, dari roti buatan Mahar, minuman ringan, kripik buatan Ranti, hingga coklat batangan. Sambil membantu mengeluarkan dan menginventarisir, Dorma membuka bungkus demi bungkus makanan.
"Wah..coba tiap hari ada operasi seperti ini, asyikk", batin Dorma
Ketika mengelurakan beberapa kertas yang diperkirakan dokumen, Mommy, Bunda Enggar dan Dorma masing-masing tertarik pada dua buah kertas atau dokumen, tetapi tidak ada yang membuka atau mencoba membahasnya, tetapi masing-masing sering melihat ke arahnya.
Yang pertama hanya selembar kertas, terlihat bekas diremas, tetapi seperti diluruskan kembali dengan setrika atau alat laminating.
Dan sebuah lagi, dimasukkan dalam folder map kecil dari plastik transparan berwarna ungu dengan tulisan "Ijinkan Aku" ditulis dengan stabilo warba kuning dibagian luar plastik.
Saat hendak memasukkan kembali semua barang Firman, dan memastikan tidak ada lagi makanan dan dokumen lain yang akan diperlukan Rumah Sakit, secara tidak sengaja pandangan mereka terfokus pada dua dokumen tersebut, kemudian saling pandang.
Mommy yang merasa bertanggungjawab atas barang-barang Firman mengambil dua dokumen itu.
"Sepertinya kita perlu membuka dokumen ini, semoga ada pentunjuk didalamnya", ujar Mommy sambil mengeluarkan beberapa kertas dari map transparan kecil yang bertulisan Ijinkan Aku.
Mommy membaca kertas pertama dengan kop surat dari Rumah Sakit Jantung, meskipun tidak begitu memahaminya, kemudian Mommy pandangan Mommy tertuju pada satu tulisan yang diberi huruf tebal Gangguan Aritmia Jantung
"Dorma, kertas ini harus ada yang mengantarkan ke Rumah Sakit, secepatnya, coba minta kang Inin untuk mengantarkan, atau siapa saja" dengan wajah tegang Mommy menunjukkan kertas itu pada Dorma lalu menyerahkannya pada Bunda Enggar. Dorma lalu sibuk menelpon seseorang untuk datang dan menyusul ke Rumah Sakit.
"Mom, dokumen dibawah yang Mommy baca, ada 2, yang satu di klip ada 3 lembar sepertinya rangkuman mas Firman, mungkin doa yang diambil dari Al-Qur'an, saya belum baca hingga selesai, karena panjang tulisan tangannya"
"Satu lagi surat , sepertinya surat cinta Mas Firman , Mom ! Sebaiknya kita masukkan lagi saja yang ini dan bawa juga ke rumah sakit, simpan di dekat Firman", lanjut Bunda Enggar sambil tersenyum pada Mommy.
"Tertulis untuk siapa mbak Enggar ?", Mommy ingin tahu
"Saya ndak berani bilang Mom, Firman pasti ingin memberikan surat ini langsung, dan sepertinya rahasia, soalnya ada kata-kata melamar segala, saya tidak berani membacanya sampai tuntas, ini adalah privasi mas Firman. Kalau bukan terpaksa untuk mencari data yang diperlukan saya tidak mau membaca surat yang ini", Bunda Enggar enggan menyebutkan nama.
"Dengarlah alunan musik background tulisan ini"
"Itulah sebagian isi surat Firman untuk seseorang yang spesial baginya"
Sumber lagu Youtube : Memujamu by Jessica Iskandar
============>>< <==========
Bersambung……
Kisah sebelumnya :
Meniti Jalan Berduri Di Kota Bunga
Setangkai Edelweis Ketika Angin Berhembus
Masih Banyak Cinta Yang Menanti
Reuni Keluarga di Pengadilan Agama
Marganita yang Tak Kunjung Berbunga
Episode Cinta Firman oleh : Bunda Yety Ursel
Tiga yang Terlalu Banyak oleh : Sekar Mayang
Firman dan Do’a oleh : El Hida
When Will I Hear Your Words oleh :Â Sekar Mayang
Puisi yang tak Selesai oleh : Bunda Enggar Mudiarsih
Pandangan dan Isyu Warga Desa Rangkat : Surat Sahabat, Mahar dan Firman oleh Bunda Enggar Murdiasih
Diakah Jodohku ??? oleh Bunda Yety Ursel
Desa Rangkat menawarkan kesederhanaan dan cinta untuk anda
Ingin bergabung? silahkan klik logo di bawah ini..