Mohon tunggu...
Deddy K. Sandi
Deddy K. Sandi Mohon Tunggu... -

Orang kecil, tidak suka politik, senang membaca dan belajar I'm Dyren97@gmail/yahoo/hotmail/skype/crawler/4shared/twitter/youtube/aol.. etc

Selanjutnya

Tutup

Drama

Cinta Bagai Setangkai Edelweis Ketika Angin Berhembus [ECR#4]

26 Juli 2012   03:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terimakasih Bunda..., tetapi setiap kita berpacu dengan waktu", Firman menghentikan kalimatnya, tampak berat dia mengutarakannya.

"Mbak Asih....., maafkan saya mbak. Saya mencintai mbak Asih, tetapi tiada keberanian tuk mengutarakannya. Sebelum waktu berakhir, saya berharap mbak tahu, betapa besar kerinduan dan rasa cinta ini pada mbak, sejak  kita bertemu. Keadaan mbak yang sudah menikah, mengharuskan saya tahu diri, lalu saya menikah dengan Acik dengan harapan dapat memberikan yang terbaik untuknya, hingga kesibukan pekerjaan saya menghancurkan rumah tangga saya dan Acik, dan setelah itu, saya selalu merindukan mbak Asih".

"Kedekatan saya pada Umi Rere dan semua yang wanita saya kenal, hanyalah kebaikan yang iklas dari hati kecil untuk menghormati dan menghargai wanita sebagai sesosok yang harus dilindungi dan dijaga" Firman melanjutkan ucapannya tanpa ada yang menyela, meskipun beberapa kali Firman terdiam.

Asih dan Mahar sudah tidak bisa menahan tangisnya, keduanya tampak saling memegang bahu. Sementara bunda Yeti, bunda Enggar, dan Mommy tampak beberapa kali mengusap air mata yang menetes dipipinya. El,, terdiam menundukkan pandangan.

"Mahar..., seandainya aku mengenalmu sebelum mbak Asih, tentu aku akan memilihmu. Tetapi Tuhan tidak memberikan aku dua hati..." Firman terdiam, suaranya nampak sangat berat. Beberapa kali dia mengambil nafas panjang, lalu terbaring dan menyandarkan kepalanya di bantal.

"Jika masih ada umurku..., Mommy, dan semua yang ada disini, sudah tahu siapakah yang akan kupilih. Ketulusan Mahar, semoga mendapatkan orang yang memiliki ketulusan cinta dan kasih sayang yang lebih baik", Firman lalu bangkit, duduk bersandar pada bantalnya dan menatap penuh arti pada Mahar, senyumnya terkembang lebar, kepalanya mengangguk beberapa kali.

"Mahar...percayalah, aku bukan yang terbaik untukmu. Ada seseorang yang kelak akan mengasihi dan mencintaimu, dengan hati dan jiwanya" lanjut Firman mantap.

"Mbak Asih.... baca dan renungkan surat di map yang lama saya simpan, bukan satu surat didalamnya, bacalah semuanya dengan baik-baik dan iklaslah dalam menerimanya. Bukan saya lambat dalam mengungkapkan perasaan saya mbak. Tapi akan ada luka bila saya sampaikan terlalu cepat" Firman mengalihkan pembicaraan pada Asih.

"Saya rasa hal penting yang akan saya sampaikan sudah semua. Mengapa semua menjadi tegang ?? Cobalah tersenyum meski sakit dan tidak menyenangkan. Insya Alloh hati kita akan tenang" Lanjut Firman sambil memandang satu persatu yang ada diruangan itu.

"Mas... makan yaa... saya suapin, tadi ransum makan saya simpan di lemari" El berusaha memecah ketegangan

"Iya.. El, rasanya perutku juga lapar" sambung Firman. Firman pun makan disuapin El, sementara bunda Enggar memegang gelas berisi air putih disamping Firman, matanya lekat memandang Firman sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun