Mohon tunggu...
Dechika Anjeli
Dechika Anjeli Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN "Veteran" Yogyakarta

Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Madeleine Albright sang Simbol Perdamaian, Perhiasan dan Perempuan dalam Pesona Diplomasi Internasional

20 November 2024   15:00 Diperbarui: 20 November 2024   15:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia politik yang kerap dihubungkan dengan konsep hard power dan maskulin, Madeleine Albright muncul sebagai sosok yang lembut namun tegas. Menjadi seorang Menteri Luar Negeri Perempuan Pertama Amerika Serikat, ia tidak hanya memecahkan rekor namun juga membuka jalan bagi perempuan untuk memimpin dalam diplomasi Internasional. Dengan kecerdasan dan keanggunannya, Albright berhasil menavigasi kompleksitas hubungan antarnegara. Dengan menjadikan penggunaan bros sebagai ciri khasnya dan menjadikannya sebagai simbol kekuatan diplomasi. Lalu bagaimana seorang Albright bisa menggunakan perhiasan sebagai alat diplomasi dalam panggung dunia yang didominasi laki-laki? 

Siapakah Madeleine Albright?

Madeleine, lahir pada 15 Mei 1937 merupakan seorang seorang pejabat publik Amerika Serikat dan wanita pertama yang memegang jabatan sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat tepatnya dalam Kabinet Presiden Bill Clinton dari tahun 1997 sampai dengan 2001. Lahir di Praha, Ceko dengan nama lengkap Madeleine Jana Korbel Albright merupakan putri dari seorang Diplomat Ceko bernama Josef Korbel, sehingga Madeleine kecil sudah akrab dengan dunia hubungan internasional. Pada usia 17 tahun, Madeleine dan keluarganya bermigrasi dan menetap di Amerika Serikat dikarenakan terjadinya kudeta komunis. Setelah lulus dari Wellesley College, Massachusetts, Madeleine menikah dengan seorang jurnalis bernama Joseph Albright, dan melanjutkan gelar masternya di Columbia University. Setelah sempat menjabat sebagai asisten legislatif utama Edmund Muskie, dan pada tahun 1976 menerima gelar Ph.D dari Columbia University dan menjabat sebagai penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter. Selama masa pemerintahan Ronald Reagan dan George HW Bush, Madeleine Albright menjadi politisi dan sekaligus profesor hubungan internasional di Universitas Georgetown hingga tahun 1993. 

Terpilihnya Presiden AS, Bill Clinton di tahun 1992 menjadi awal mula bersinarnya nama Madeleine Albright sebagai bintang politik wanita di dunia internasional. Di tahun 1993 Clinton mengangkatnya sebagai duta besar untuk PBB dan mendapatkan branding sebagai orang yang begitu tangguh dalam mendukung kepentingan Amerika Serikat, serta meningkatkan peran AS dalam operasi PBB khususnya dalam komponen militer. Dan di tahun 1997, dicalonkan menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat

Inisiatifnya selama menjadi Diplomat

Selama masa jabatannya, ia kerap dikaitkan dengan konsep “AS sebagai bangsa yang sangat diperlukan”, hal ini dikarenakan ia tetap menjadi pendukung intervensi militer dan pejuang demokrasi serta hak asasi manusia. Keyakinannya yang begitu kuat bahwa Amerika Serikat begitu diperlukan demi perdamaian dan kemajuan global mengantarkannya pada tindakan yang begitu berani dan mendorong stigma feminim dan hard power. Salah satu tindakan beraninya yakni tahun 1999 ia mendorong aksi pengeboman NATO di Yugoslavia demi menghentikan pembersihan etnis terhadap etnis Albania di Kosovo yang dapat membahayakan stabilitas kawasan. Konflik kosovo yang sempat disebut Perang Madeleine ini berakhir setelah terjadi serangan udara selama 11 minggu ketika Yugoslavia akhirnya menerima persyaratan NATO. 

Tidak hanya itu, Madeleine Albright juga melibatkan diri dalam upaya Program Nuklir Korea Utara meski pembicaraannya dengan pemimpin Korea Utara gagal mencapai kesepakatan.  Albright juga mengambil tindakan penting dalam karirnya yakni sebagai sosok pendukung perluasan NATO dan melihat aliansi tersebut bukan hanya sebagai aliansi militer saja namun juga mesin kemajuan demokrasi. 

Perhiasan sebagai simbol kekuatan Diplomasi nya

Dalam bukunya berjudul Read My Pins, ia mengungkapkan bahwa perhiasan menjadi alat diplomatik selama ia menjabat sebagai seorang menteri luar negeri. Hal ini bermula ketika ia masih menjadi Duta Besar PBB dan Saddam Hussein memanggilnya sebagai ular. Sehingga ketika ia berurusan dengan Irak ia kerap menggunakan pin ular antik yang begitu indah. Setelah kejadian itu ia menganggap bahwa berbicara melalui perhiasannya adalah cara yang begitu menyenangkan. Dengan menggunakan pin bergambar balon, kupu - kupu dan bunga ia mengartikan pembicaraan diplomatik yang optimis, namun bila ia mengenakan pin berbentuk kepiting dan kura - kura ia mengisyaratkan bahwa itu adalah pembicaraan diplomatik yang lambat. 

Ketika Rusia tertangkap karena penyadapan Departemen Luar Negeri, Madeleine mengungkapkan rasa protesnya dengan menggunakan pin bergambar serangga raksasa. Ketika ia bertemu dengan pemimpin Rusia, Putin mengatakan kepada Clinton bahwa ia tahu akan seperti apa suasana saat itu berjalan karena melihat bahu kiri Albright yang menggunakan Pin bergambar tiga monyet untuk menarik perhatian bahwa Rusia mengambil sikap “tidak mendengar kejahatan, tidak melihat kejahatan, tidak berbicara kejahatan” terhadap kejahatan Chechnya. "Anda mengira para kepala negara hanya melakukan percakapan serius, [tetapi] mereka sebenarnya sering kali memulai dengan cuaca atau, 'Saya sangat menyukai dasi Anda.'" ungkapnya dibalik penggunaan perhiasan sebagai alat diplomasinya.

References

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun