Mohon tunggu...
deby n
deby n Mohon Tunggu... Mahasiswa - Geografi, Universitas Lambung Mangkurat

18

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Komoditas Unggulan di Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tapin Tahun 2019 Menggunakan Metode LQ dan Shift Share

8 November 2024   22:48 Diperbarui: 9 November 2024   01:07 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

LQ

Metode Location Quotient (LQ) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi suatu sektor ekonomi di suatu daerah dibandingkan dengan daerah lain, seperti tingkat provinsi atau nasional. Dengan LQ, kita bisa melihat apakah suatu sektor di daerah memiliki kekuatan atau keunggulan khusus yang lebih besar daripada rata-rata daerah lain. 

LQ digunakan untuk memahami keunggulan komparatif suatu sektor. Jika nilai LQ dari sektor tertentu di atas 1, artinya sektor tersebut memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada daerah lain, dan bisa dianggap sebagai sektor unggulan daerah. Namun, jika nilai LQ di bawah 1, sektor tersebut mungkin tidak begitu kuat atau kurang dominan dibandingkan wilayah yang lebih luas.

Berikut adalah komponen-komponen utama dalam LQ:

  • LQ > 1: Sektor Basis (Unggulan)

Jika nilai LQ suatu sektor lebih besar dari 1, artinya sektor tersebut lebih terkonsentrasi atau lebih kuat dibandingkan wilayah lain. Sektor ini dianggap sebagai sektor basis atau unggulan karena memiliki potensi untuk "mengekspor" barang atau jasa ke luar wilayah dan menjadi penggerak ekonomi lokal. Misalnya, jika sektor perikanan di Kabupaten Tapin memiliki LQ 1,2, ini menunjukkan bahwa sektor perikanan lebih dominan dibandingkan daerah lain dan berpotensi mendukung perekonomian daerah.

  • LQ = 1: Sektor Netral

Jika LQ sama dengan 1, artinya sektor tersebut memiliki tingkat konsentrasi yang seimbang atau sama dengan rata-rata daerah lain. Sektor ini memenuhi kebutuhan lokal tetapi tidak cukup kuat untuk menjadi unggulan yang bisa menghasilkan lebih bagi daerah.

  • LQ < 1: Sektor Non-Basis (Kurang Unggul)

Jika nilai LQ suatu sektor di bawah 1, artinya sektor ini kurang terkonsentrasi dibandingkan daerah lain, sehingga belum memiliki keunggulan komparatif. Sektor ini umumnya tidak memberikan kontribusi lebih untuk perekonomian lokal, melainkan masih bergantung pada sumber dari luar.

Shift Share

Metode Shift Share adalah alat analisis ekonomi yang digunakan untuk melihat bagaimana sektor-sektor tertentu di suatu daerah berkembang dibandingkan dengan daerah yang lebih luas atau standar nasional. Dengan metode ini, kita bisa mengetahui apakah suatu sektor di daerah tersebut memiliki keunggulan atau malah tertinggal.

Dalam Shift Share, ada tiga komponen utama yang dianalisis:

  • Pertumbuhan Nasional (National Growth Effect)

Komponen ini menunjukkan seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap sektor di daerah yang kita teliti. Misalnya, jika ekonomi nasional sedang tumbuh, maka kita mengharapkan sektor di daerah tersebut juga mengalami pertumbuhan.

  • Pertumbuhan Industri (Industry Mix Effect)

Komponen ini membantu kita memahami apakah sektor di daerah memiliki keunggulan di dalam industrinya. Kita bisa melihat apakah sektor tersebut termasuk dalam kategori industri yang berkembang pesat atau sebaliknya. Misalnya, jika sektor pertanian secara umum sedang berkembang, maka sektor pertanian di daerah tersebut mungkin juga ikut berkembang.

  • Pertumbuhan Kompetitif Daerah (Regional Competitive Effect)

Ini adalah komponen yang paling penting karena menunjukkan keunggulan atau daya saing sektor di daerah dibandingkan dengan daerah lain. Jika sektor tertentu tumbuh lebih cepat daripada rata-rata nasional atau rata-rata daerah lain, artinya sektor tersebut memiliki keunggulan kompetitif.


Hasil Pembahasan

Pembahasan Location Quotient (LQ)

Berikut adalah analisis sederhana untuk hasil Location Quotient (LQ) pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan di Kabupaten Tapin Tahun 2019:

  • Sektor Pertanian, berdasarkan nilai LQ, beberapa komoditas pertanian seperti ubi kayu di Kecamatan Hatungun (dengan nilai LQ sebesar 17,128), padi sawah di Kecamatan Bakarang (LQ 1,70), dan jagung di Kecamatan Piani (LQ 3,965) menunjukkan LQ > 1. Artinya, komoditas-komoditas ini adalah unggulan karena memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan bisa memenuhi kebutuhan lokal serta diekspor ke luar daerah. Komoditas dengan nilai LQ tinggi ini dapat dijadikan fokus utama pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Tapin.

  • Sektor Perkebunan. Untuk sektor perkebunan, sebagian besar komoditas masih memiliki nilai LQ < 1, yang menunjukkan bahwa komoditas tersebut kurang dominan atau tergolong sektor non-basis. Namun, karet menjadi pengecualian, karena di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Tapin Utara dan Kecamatan Lokpaikat, karet memiliki nilai LQ > 1. Ini menunjukkan bahwa karet adalah komoditas perkebunan unggulan di beberapa kecamatan dan memiliki potensi untuk mendukung ekonomi daerah.

  • Sektor Peternakan, pada sektor peternakan, beberapa komoditas juga menunjukkan nilai LQ > 1. Misalnya, sapi jantan di Kecamatan Binuang (LQ 1,835), kerbau di Kecamatan Bungur (LQ 2,089), dan kambing di Kecamatan Salam Babaris (LQ 7,357). Komoditas-komoditas ini menonjol dan menunjukkan keunggulan lokal, sehingga dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Tapin dan bahkan daerah sekitarnya. Oleh karena itu, komoditas-komoditas peternakan ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

  • Sektor Perikanan. Analisis LQ pada sektor perikanan menunjukkan bahwa sebagian besar kecamatan masih memiliki komoditas perikanan dengan nilai LQ < 1, menandakan bahwa komoditas ini belum menjadi unggulan. Namun, ada beberapa pengecualian seperti ikan kolam di Kecamatan Binuang dan Bungur, keramba di Kecamatan Bungur, serta produksi perikanan dari sungai di sebagian besar kecamatan. Komoditas-komoditas perikanan ini memiliki nilai LQ > 1 di kecamatan-kecamatan tersebut, yang berarti ada potensi untuk menjadikan kecamatan ini sebagai pusat produksi perikanan di Kabupaten Tapin.

Pembahasan Shift Share

Berdasarkan analisis tabel Shift Share (SS) untuk sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan di Kabupaten Tapin, berikut adalah hasil perhitungan SS pada tiap sektor:

  • Sektor Pertanian

Hasil SS menunjukkan bahwa komoditas utama seperti padi dan jagung mengalami hasil negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa, meskipun sektor pertanian merupakan sektor penting di Kabupaten Tapin, pertumbuhannya masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah referensi yang lebih luas. Faktor ini mungkin disebabkan oleh kurangnya peningkatan produktivitas atau adanya kendala eksternal yang memengaruhi komoditas-komoditas tersebut.

  • Sektor Perkebunan

Dalam sektor perkebunan, sebagian besar komoditas juga menunjukkan hasil negatif dalam perhitungan SS, kecuali beberapa kecamatan yang memiliki komoditas karet yang sedikit lebih unggul. Ini menunjukkan bahwa, meskipun karet menjadi salah satu produk utama, sektor perkebunan secara keseluruhan membutuhkan strategi lebih lanjut untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lain.

  • Sektor Peternakan

Sektor peternakan di Kabupaten Tapin mencatat hasil SS yang negatif secara keseluruhan, yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor ini masih tertinggal dibandingkan pertumbuhan yang seharusnya. Beberapa komoditas ternak seperti sapi dan kambing memang menonjol di beberapa kecamatan, namun secara umum, kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah masih perlu diperkuat.

  • Sektor Perikanan

Perikanan di Kabupaten Tapin juga menunjukkan tren yang sama dengan sektor lainnya, yaitu hasil negatif dalam SS. Ini berarti bahwa sektor perikanan di daerah ini belum berkembang sepesat yang diharapkan, dan hasil SS yang negatif mengindikasikan bahwa sektor ini perlu didukung agar daya saing dan produktivitasnya dapat meningkat, terutama untuk komoditas-komoditas unggulan seperti ikan kolam dan keramba.

Dari hasil potensi wilayah masih banyak komoditas yang masuk kedalam kategori tertinggal, sehingga perlu adanya upaya perbaikan dan pengembangan yang lebih intensif sangat diperlukan agar komoditas-komoditas yang ada dapat berkembang dan bersaing secara lebih efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun