Mohon tunggu...
Deby Catur Kurniadewi
Deby Catur Kurniadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mengenal pangan lokal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dangke Keju Asli Indonesia

4 Januari 2023   13:57 Diperbarui: 4 Januari 2023   14:52 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata tidak hanya Eropa yang punya keju, tetapi Indonesia juga punya keju lokal khas Enrekang, Sulawesi Selatan yang diberi nama dangke loh..

Menurut cerita, asal mula diberi nama dangke berawal dari penduduk asli Sulawesi Selatan yang mempersembahkan dangke kepada Belanda saat kunjungan pertama kali ke Sulawesi Selatan, lalu salah seorang Belanda berkata "dank je wel" yang artinya terima kasih. Karena kata itu lumayan rumit diterima oleh telinga masyarakat, akhirnya orang-orang Enrekang menyederhanakannya menjadi dangke. Hingga kini keju tersebut dikenal dengan nama dangke.

Dangke adalah makanan tradisional yang rasanya gurih mirip dengan keju mozarella, namun tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih hingga kekuningan. Makanan khas ini dibuat dengan bahan dasar susu segar dari kerbau yang digumpalkan menggunakan getah pepaya. Getah ini mengandung enzim papain yang berfungsi memecah protein sekaligus menggumpalkan susu sehingga dapat dibentuk dengan tempurung kelapa. 

Bagaimana kandungan gizinya?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cruz (2010), susu kerbau yang merupakan bahan baku utama pembuatan keju dangke memiliki kadar protein lebih tinggi (4-6%) dibandingkan dengan susu sapi yang hanya mencapai angka 4%.

Meskipun begitu, bagi sebagian orang dengan intoleransi laktosa, mencerna susu kerbau bukanlah perkara mudah. Hal ini dikarenakan kadar laktosa dan lemak pada susu kerbau yang lebih tinggi dibandingan susu sapi. Sehingga keju dangke bukanlah pilihan yang baik untuk dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa.

Dari sifat dan teksturnya, dangke termasuk golongan keju lunak (soft cheese) dengan kadar air sekitar 45,75% dan bersifat elastis. Supaya dapat tahan lama, dangke yang akan digunakan sebagai oleh-oleh, biasanya direndam dulu menggunakan larutan garam. Ada juga yang menaburkan garam di sekeliling dangke, kemudian dikeringkan. Dangke yang diawetkan menggunakan garam dapur inilah yang menjadi kultur sebagian besar masyarakat Kabupaten Enrekang.

Proses Pembuatan Dangke

Produksi keju dangke melibatkan beberapa tahapan, yaitu proses pemanasan susu, pencampuran getah pepaya, pemanasan larutan susu dan getah pepaya, penyaringan gumpalan, dan pembungkusan (Hatta, Sudarwanto, Sudirman, & Malaka, 2014). 

Pertama, dilakukan pemanasan susu kerbau segar hingga mencapai suhu 40C. Kemudian ditambahkan getah pepaya pada susu dan larutan disuspensi.

Kedua, larutan susu dan getah pepaya dipanaskan kembali hingga suhu 90C. Setelah larutan menggumpal dilakukan penyaringan.

Ketiga, gumpalan atau curd yang dihasilkan dicetak menggunakan tempurung kelapa dan dibungkus dengan daun pisang.

Biasanya makanan ini dijadikan lauk oleh masyarakat setempat. Disantap dengan beras ketan atau yang biasa disebut masyarakat Enrekang sebagai pulu mandotti. Selain itu, dangke juga dapat disajikan dengan cara digoreng, dibakar, dipanggang, dimakan dengan nasi dan sambal terasi, dijadikan isian bakso, dan lain sebagainya.

Gimana guys tertarik untuk coba keju lokal khas Enrekang ini? 

REFERENSI

Hatta, W., Sudarwanto, M. B., Sudirman, I., & Malaka, R. (2014). Survei Karakteristik Pengolahan dan Kualitas Produk Dangke Susu Sapi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan, 3(3), 154-161

Sulmiyati S, Said NS. Karakteristik Dangke Susu Kerbau dengan Penambahan Crude Papain Kering. Agritech. 2018;38(3):345--52.

Musra, N. I., Yasni, S., & Syamsir, E. (2021). karakterisasi Keju Dangke Menggunakan Enzim Papain Komersial dan Perubahan Fisik Selama Penyimpanan Komersial dan Perubahan Fisik Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 32(1), 27-35.

Cruz, L. C. (2010). Recent Developments in the Buffalo Industry of Asia. Revista Veterinaria, 21(1), 7-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun