Mohon tunggu...
deby
deby Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mengekspresikan diri melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meruntuhkan Stereotip: Peran Penting Feminisme dalam melawan Male Gaze

14 Desember 2023   02:52 Diperbarui: 14 Desember 2023   02:56 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penonton kemudian diarahkan untuk melihat suatu film melalui perspektif pandangan seorang laki-laki heteroseksual. Mulvey memberikan gambarannya melalui industri film Hollywood sering menggunakan peran perempuan sebagai objek visual untuk memuaskan imajinasi laki-laki. Praktik objektifikasi terhadap perempuan tidak hanya terbatas pada media, tetapi juga merasuki berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Menggambarkan perempuan sebagai entitas yang pasif merupakan strategi patriarki dalam menjaga dominasi dan norma-norma laki-laki heteroseksual.

Male Gaze, sebagai konsep yang diperkenalkan oleh teori feminis, merujuk pada cara representasi perempuan dalam media melibatkan perspektif dan kepuasan pandangan pria. 

Beberapa contoh konkret Male Gaze mencakup objektifikasi tubuh perempuan, di mana pemotretan atau penggambaran menekankan pada bagian tubuh tertentu yang dianggap seksi atau menarik menurut norma-norma patriarki. Ini dapat terlihat dalam iklan, film, dan fotografi yang memandang tubuh perempuan dari sudut pandang yang mendominasi. 

Selain itu, penekanan pada penampilan fisik perempuan juga merupakan bagian dari Male Gaze, di mana nilai atau daya tarik mereka ditekankan tanpa memperhatikan kualitas atau kepribadian yang lebih mendalam. Peran tradisional dan stereotip juga memainkan peran dalam Male Gaze, menggambarkan perempuan dalam posisi objek keinginan pria atau membatasi mereka pada fungsi-fungsi yang mendukung kepuasan pandangan pria. 

Penggambaran perempuan sebagai objek yang pasif, tanpa kekuatan atau agensi, juga sering terjadi, menjadikan mereka penyejuk mata atau pelengkap untuk karakter pria. 

Contoh-contoh ini menggambarkan bagaimana representasi media kadang-kadang menguatkan pandangan pria terhadap perempuan sebagai objek yang dilihat, mengabaikan dimensi individu perempuan yang memiliki pengalaman, keinginan, dan kepribadian yang kompleks.

Hal Ini mendorong para pendukung gerakan feminisme untuk mengakui pentingnya peran feminisme dalam menggoyangkan dasar-dasar Male Gaze yang tidak dapat diabaikan. Gerakan ini tidak hanya merupakan advokasi untuk kesetaraan gender, tetapi juga merupakan revolusi dalam cara pandang terhadap perempuan. 

Dengan mendukung hak, kesempatan, dan representasi yang setara, feminisme menjadi kekuatan pengubah dalam dunia yang sebelumnya didominasi oleh kekuasaan pria. Feminisme aktif terlibat dalam upaya keras untuk membentuk narasi yang menentang stereotip yang telah tertanam dalam konsep Male Gaze. Mengapa perempuan sering kali dihadirkan sebagai objek objektifikasi? 

Feminisme mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini dan membuka jalan bagi narasi yang lebih nuansa, mengakui keberagaman perempuan sebagai individu dengan kehidupan, aspirasi, dan kontribusi yang unik. Feminisme tidak hanya terbatas pada ranah teori; sebaliknya, gerakan ini meresap ke dalam praktik sehari-hari dengan tujuan meretas fondasi budaya yang memicu representasi yang merugikan perempuan. Pemikiran ini memicu pertanyaan esensial: mengapa perempuan sering kali terjebak dalam peran objektif dan bagaimana kita dapat merombak pandangan ini? 

Feminisme, dengan pendekatan kritisnya terhadap Male Gaze, membuka diskusi untuk melibatkan perempuan sebagai subjek yang aktif, bukan hanya objek pasif. Ini menantang norma-norma yang mengurung perempuan dalam kotak stereotipikal dan merayakan keberagaman perempuan sebagai individu dengan pemikiran, keinginan, dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, perjuangan feminisme tidak hanya tentang menciptakan perubahan struktural, tetapi juga menggoyahkan dasar-dasar psikologis yang memandu pembentukan citra dan pandangan terhadap perempuan.

Sebagai puncaknya, gerakan feminis bukan hanya tentang memberikan kekuatan kepada perempuan; ini adalah panggilan untuk masyarakat secara keseluruhan untuk melibatkan diri dalam transformasi budaya yang lebih mendalam dan inklusif. Dengan menantang Male Gaze, feminisme memimpin jalan menuju representasi yang lebih adil, bebas dari stereotip yang merugikan dan menyediakan ruang bagi perempuan. Gerakan feminisme telah mengadopsi berbagai strategi untuk menantang Male Gaze dan menjelajahi cara-cara baru dalam merepresentasikan perempuan secara lebih emansipatif. Salah satu pendekatan utama adalah dengan merebut kembali kendali atas narasi perempuan dalam media, menciptakan konten seperti film, buku, dan seni visual yang mengeksplorasi beragam pengalaman perempuan dan menolak representasi yang terbatas pada Male Gaze.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun