Mohon tunggu...
Sartika Debora Lubis
Sartika Debora Lubis Mohon Tunggu... -

Part of LFC's kop. Self-righteous. I'm YOUR friend. @SartikaDebora\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Orang Asing

30 Agustus 2013   14:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:36 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hay kamu. Iya. Kamu. Orang asing

Aku tak pernah tahu tulisan ini ditujukan kepada siapa. Kamu yang menjadi tempat tujuan sesungguhnya pun, mungkin tak akan pernah tahu ini untuk kamu. Aneh. Iya.

Tak bisa dijelaskan. Sudahlah, bukankah ada hal di dunia ini yang tak harus dijelaskan dan tak butuh penjelasan. Kadang ketidaktahuan menjadi aroma tersendiri dalam hidup ini, seperti wangi nasi goreng di pinggir jalan. Ada kalanya sesuatu itu tak lunas dijelaskan dengan kata-kata, yah cukup diam dan memaknai, itu akan menjadi penjelasan itu sendiri.

Aku tak pernah bertemu dengan kamu. Aku belum pernah bertemu. Atau aku tak akan pernah bertemu.

Lantas, mengapa aku merindukanmu?

Dimana pun kamu berada, entah di belahan Bumi mana, aku tak pernah tahu.

Tapi, kenapa aku jatuh hati padamu?

Sudahlah kita memang dua manusia aneh.

Sedang apa kamu?

Sedang berdesakan di bus? Tidur terlelap di atas meja kerjamu atau sedang membilas busa sabun di badanmu? Itu juga aku tak tahu, terlalu rumit.

Sudahlah, tak ada yang lebih rumit dari  manusia yang jatuh hati pada seseorang yang belum pernah ditemui.

Pastinya, aku tahu kau ada. Kau disitu sendiri? Itu yang tak ku tahu pasti. Aku di sini bersama keberadaanku, sedang menunggu, menunggu omong kosong sunyi ini berakhir. Agar pada waktu yang tepat kita akhirnya bertemu. Bertemu dan membicarakan banyak hal, misalnya tentang ciptaan Tuhan bernama ambigu, buih sabun, soal malam yang dingin, suara jangkrik, mie rebus pedas, tattoo, atau jalanan ibu kota yang sudah seperti neraka. Oh, aku berharap kau tak menyadari keberadaan kawat yang melingkar di gigiku. Itu sangat memalukan. Jikapun kamu menyadarinya, pura-pura tidak tahu saja. Nanti, kita akan bercerita banyak hal, tapi tidak saat ini karena waktu dan ruang belum mengizinkan.

Aku harap kau menyukai puisi, aku ingin berdiskusi penting tentang puisi ‘Aku Ingin” karyanya Sapardi. Kupikir itu mewakili perasaan kita.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat terucap

Kayu pada api yang menjadikan debu

Hahhahahha..jika pun tak mewakili perasaan kita, anggap saja begitu.

Apakah kau percaya kita akan bertemu?  Dari miliaran lebih manusia di planet Bumi ini, mungkinkah kau menemukan aku? Aku sedikit pesimis. Sudikah si bodoh bernama takdir mempertemukan dua manusia yang merasakan cinta meski tak pernah bertemu.

Hmmm, tunggu saja saat kita sudah berdamai dengan masa lalu masing-masing. Oh, bukan, maksudku saat kita sudah berdamai dengan diri kita masing-masing mungkin saat itulah kita bertemu. Bertemu layaknya kawan baru atau kawan lama yang menciptakan ruang canggung. Saat itu tiba, kita akan mengakhiri kesepian panjang ini. Beranjak dari kotak sunyi ini.

Siapa pun kamu, orang asing, maya dan belum tersentuh. Aku akan menunggu sembari menebar rindu. Ahhh, aku tak sabar ingin berbagi dan mencari tahu sudut komikal dari takdir paling menyebalkan bersamamu. Menembus teka-teki humoris dari rasa kehilangan.

Jika kamu memang belum ada, mungkin tak ada atau tak pernah ada aku akan tetap menunggumu. Menunggumu dengan keras kepala, tak masuk akal. Menunggu dengan menjadi manusia gila, mungkin.

Jum’at, 30 August 2013. Pukul 14.52 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun