Mohon tunggu...
Heny Dwi Astutik
Heny Dwi Astutik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Passionate about early childhood education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Adaptasi Metode Pembelajaran Montessori di Ruang Kelas TK

18 November 2022   18:11 Diperbarui: 18 November 2022   18:16 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
silverlinemontessori.com

Metode montessori sudah tidak asing lagi di dunia pendidikan. Metode ini diyakini oleh banyak orang sebagai salah satu metode terbaik dalam mengajar anak-anak. Hal ini dilatarbelakangi oleh pendekatan yang ditekankan oleh montessori yaitu berpusat kepada anak dengan memberikan banyak pilihan bagi anak sesuai kebetuhan mereka. 

"Montessori pedagogy aims to promote self-directed learning, children are allowed to freely choose their activities." (Courtier et al., 2021)

Maria Montessori percaya bahwa setiap individu harus mengedukasi dirinya sendiri, sedangkan guru menyediakan informasi dan bimbingan kepada siswa di lingkungan yang edukatif. Ia merasa bahwa tujuan pendidikan usia dini haruslah memupuk keingintahuan anak-anak, kecintaan mereka pada ilmu pengetahuan, serta keinginan yang kuat untuk terus belajar.  

"Accordingly, the role of Montessori teachers is more to guide and support each child’s learning trajectory than to directly teach content (Lillard & McHugh, 2019b).

 Prinsip dasar metode montessori adalah sebagai berikut;

  • Pendekatan perorangan dalam belajar
  • Kombinasi pendidikan akademik dan sosial
  • Memupuk didorong untuk berani melakukan eksplorasi
  • Konsep abstrak dipresentasikan secara nyata
  • Keterampilan dan rutinitas yang diajarkan di sekolah akan diterapkan anak dalam kehidupannya sehari-hari hingga dewasa

 

Saya Pribadi sebagai guru TK mengadopsi metode ini ke dalam ruang kelas saya. Adopsi ini saya lakukan dengan penyesuaian terhadap beberapa hal. Tidak semua prinsip dasar metode montessori tersebut dapat saya aplikasikan 100% ke dalam kelas. Beberapa hal yang dapat saya aplikasikan seperti penggunaan manipulatif untuk mempresentasikan konsep yang abstrak.

Hal ini terkait dengan refleksi saya sebelumnya di dalam experiential learning. Memang idealnya, anak-anak di usia dini lebih dulu belajar bereksplorasi dengan objek-objek yang konkrit.

Di dalam kelas saya, konsep abstrak semaksimal mungkin saya presentasikan secara nyata melalui manipulatif. Kendati demikian, pastinya manipulatif yang tersedia di sekolah saya tidak sekomplit dan sebagus seperti sekolah-sekolah montessori.

Misalnya untuk mengajarkan  angka, saya akan menggunakan benda-benda yang ada di dalam kelas. Misalnya manianan untuk menekankan konsep angka. Penggunaan angka magnetik untuk memperkenalkan angka. Tentunya manipulatif yang saya gunakan bukanlah manipulatif khusus untuk  pelajaran matematika.

Saya akan memberikan contoh lain dalam pelajaran bahasa yaitu mengajarkan huruf. Di dalam metode montessori, huruf diajarkan dengan berbagai teknik seperti penggunaan pasir untuk menulis. Teknik ini juga saya aplikasikan ke dalam sistem pengajaran saya. Saya terinspirasi dengan metode montessori, tapi saya menyadari bahwa kelas saya jauh berbeda dari kelas montessori. 

"....activities in the Montessori literacy curriculum initially center on sensory-motor interactions. For instance, children trace letters on sandpaper with their fingers, mimic actions they read, or manipulate figurines of objects to associate them with their written names.

Sekolah-sekolah montessori dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan pembelajaran. Sementara saya, sekolah saya masih bersifat semi konfensional. Sekolah konvensional yang saya maksud adalah sekolah dengan standar lama. Dimana di dalam kelas diatur dengan pola lama seperti meja kursi , papan tulis, dan area bermain yang yang konvensional.

Artinya metode montessori perlu dikondisikan sedemikian rupa serta  memerlukan media pembelajaran yang sangat beragam , serta harga material yang sangat mahal sulit terjangkau oleh sekolah-sekolah umum. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu kelemahan metode montessori.

The first learning materials that the child is likely to encounter in the Montessori classroom are those that make up the practical life curriculum. These are activities that involve pouring different materials, using utensils such as scissors, tongs and tweezers, cleaning and polishing, preparing snacks, laying the table and washing dishes, arranging flowers, gardening, doing up and undoing clothes fastenings, and so on (Marshall, 2017).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun