Mohon tunggu...
Debora Felencia Natalia
Debora Felencia Natalia Mohon Tunggu... Lainnya - Travel blogger dengan fokus pada wisata alam dan petualangan di Indonesia.

hobi mendaki dan mengabadikan momen di puncak gunung. lewat tulisan, saya ingin mengajak lebih banyak orang untuk jatuh cinta pada alam Indonesia. salam kenal semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Gunung Ciremai: Surga Pendaki di Puncak Jawa Barat

22 Oktober 2024   23:30 Diperbarui: 23 Oktober 2024   07:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pos 5 Sanghyang Rangkah, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Secara administratif, Gunung Ciremai masuk ke dalam dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Gunung Ciremai sendiri memiliki ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut yang menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Gunung Ciremai memiliki banyak jalur pendakian, diantaranya ada melalui Palutungan, Linggarjati, Apuy, Linggasana dan Sadarehe.

Kali ini saya bersama teman yang lainnya mendaki melalui jalur Apuy. Gunung Ciremai via Apuy adalah jalur pendakian yang cukup terkenal dan menjadi salah satu favorit bagi para pendaki. Selain karena jalur yang tidak terlalu panjang dan trek yang akan dilalui tidak terlalu ekstrim, pemandangan yang disuguhkan melalui jalur Apuy sangat indah. Sebelumnya kami melakukan booking pada basecamp warga karena untuk melakukan booking online kendala yang kami alami cukup banyak hingga kami memutuskan untuk booking melalui pihak ketiga. Kami dikenakan biaya sebesar Rp. 75000 sudah termasuk makan sebelum atau sesudah pendakian (kami memilih makan sebelum pendakian), tiket masuk kawasan, tiket simaksi, sertifikat pendakian juga termasuk sewa mobil bak terbuka untuk bisa sampai ke Pos Pendaftaran.

Perjalanan dari Pos Pendaftaran menuju Pos 1 Arban memakan waktu sekitar 35 menit tanpa istirahat, trek yang akan dilalui masih lebar dan sudah beraspal sehingga bisa dilewati oleh mobil pengangkut sayuran. Ditengah-tengah perjalanan udara segar sudah mulai terasa di kulit disela-sela kami yang sedang mengatur napas.

Hanya beristirahat sebentar setiba di Pos 1 Arban, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 Tegal Pasang dengan ketinggian 1.920 meter di atas permukaan laut. Waktu yang kami habiskan untuk bisa sampai di Pos 2 sekitar 75 menit dengan istirahat beberapa kali. Lelahnya kami saat menuju Pos 2  ditemani oleh pepohonan yang ditumbuhi oleh banyak lumut, atmosfer yang kami rasakan seperti berada di dalam negeri dongeng, cantik sekali. Trek yang menemani kami pun mulai menanjak juga jalan setapak tidak selebar menuju Pos 1 tadi dengan banyak akar-akar pohon yang menonjol, kalau tidak hati-hati pendaki bisa tersandung akar pohon tersebut.

Pos 2 Tegal Pasang, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Pos 2 Tegal Pasang, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Setelah beristirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 Tegal Masawa, waktu terus berjalan dan waktu sudah menunjukan siang hari, matahari yang meninggi tertutup rimbunnya hutan Gunung Ciremai. Hutan semakin tertutup juga trek yang semakin sulit dan menanjak membuat kami memakan waktu tempuh selama 90 menit. Di Pos 3 kami memutuskan beristirahat lebih lama karena sudah waktu makan siang, pendaki lain pun menjadikan Pos 3 sebagai tempat transit untuk mengisi energi.

Pos 3 Tegal Masawa, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Pos 3 Tegal Masawa, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Dirasa energi yang kami butuhkan sudah kembali, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 Tegal Jamuju yang sudah berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Kami memakan waktu selama 60 menit karena sesaat kami sedang berada di perjalanan menanjak, hujan tiba-tiba turun dengan cepat membuat jalur menjadi licin dan semakin sulit untuk dilalui jika tidak berhati-hati. Kami memutuskan untuk beristirahat sekitar 10 menit sembari memasang jas hujan yang sudah kami bawa dari basecamp. Pos 4 ini juga sebenarnya bisa dijadikan sebagai camping area, namun karena sudah terlalu banyak pendaki yang memasang tendanya disini kami pun memilih untuk membangun tenda di Pos 5.

Disisa tenaga yang ada, trek menuju Pos 5 Sanghyang Rangkah semakin tidak karuan, hujan masih turun cukup deras membuat sepatu kami basah dan dipenuhi oleh lumpur, jalannya pun kian menanjak juga mengharuskan kami untuk melangkahi akar-akar dari pohon yang mencuat keluar. Jika tidak hati-hati ketika menanjak bisa jadi pendaki tersandung. Beberapa kali kami mencoba mengistirahatkan bahu juga pergelangan kaki, dengan demikian waktu yang kami tempuh menuju Pos 5 selama 80 menit sekitar pukul 17:00 WIB. Setelah berhasil sampai kami pun membangun tenda disini yang situasinya sudah ramai pendaki lainnya (berhubung kami mendaki ketika sedang libur tanggal merah).

Pos 5 Sanghyang Rangkah, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Pos 5 Sanghyang Rangkah, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Selesai mengganti pakaian karena basah hujan dan makan, kami memutuskan untuk tidur awal supaya bisa summit esok subuh. Tapi tidak semulus rencana awal, mendadak kami juga pendaki lain menjadi awas karena bagas (singkatan dari babi ganas) yang sedang merajalela makanan para pendaki yang berserakan di luar tenda. Perlu berkali-kali mengusir bagas karena bukan hanya 1 ekor tapi ada sekitar 3 ekor lainnya yang ikut mencari sisa-sisa makanan pendaki.

Long story short, pukul 03:00 pagi mulai terdengar aktivitas pendaki yang tengah bersiap menuju puncak Gunung Ciremai, tidak terkecuali saya dan rombongan. Sebelum summit, kami mengganjel sedikit dengan roti juga susu hangat. Udara di luar tenda sangat dingin, Pos 5 ini sudah berada diketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut juga karena sebelumnya diguyur hujan dengan durasi lama. 

Menuju Pos 6 Goa Walet  dengan ketinggian 2.950 meter di atas permukaan laut, trek pendakian yang semakin sulit karena kami sudah memasuki batas vegetasi. Kami cukup memakan banyak waktu disini (sekitar 135 menit) karena beberapa faktor yang kami rasakan yakni udara pagi yang sangat dingin memaksa kami untuk terus berjalan walau perlahan lebih lagi trek yang kami lalui berupa bebatuan yang disamping kanan dan kiri pun sudah jurang. Pendaki sangat dianjurkan supaya selalu berhati-hati.

Fakta menarik tentang Goa Walet mengapa dinamakan demikian karena konon tempat itu merupakan sarang dari burung walet. Goa Walet juga diyakini sebagai kawah yang tercipta akibat erupsi Gunung Ciremai pada kisaran 1917 silam. Dari dalam goa pula terdapat tetesan air yang rasanya sangat menyejukkan dahaga. Disisi lain tidak kalah banyak cerita-cerita mistis yang kerap dirasakan pendaki ketika sedang berkemah disini.

Goa Walet, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Goa Walet, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Di tengah perjalanan semangat kami semakin membara ketika mentari muncul dengan sinarnya yang sangat cantik, perpaduan warna oranye, ungu juga biru ditambah lagi lautan awan yang menemani perjalanan kami menuju puncak Gunung Ciremai. Sekitar 45 menit kemudian kami sampai di puncak tertinggi Provinsi Jawa Barat yaitu Gunung Ciremai.

Matahari Terbit dan Lautan Awan Saat Menuju Atap Jawa Barat, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Matahari Terbit dan Lautan Awan Saat Menuju Atap Jawa Barat, Via Apuy. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Segala syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan kebaikan-Nya kami bisa sampai di puncak Gunung Ciremai dengan selamat dan tidak kekurangan satu pun, bonusnya cuaca pagi itu sungguh cerah sampai-sampai dari atas nampak dengan gagahnya Gunung Slamet yang berada sangat jauh kurang lebih 170 kilometer. 

Puncak tertinggi Provinsi Jawa Barat ialah Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut berhasil kami daki dengan penuh rasa haru sekaligus bangga.

Atap Jawa Barat. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]
Atap Jawa Barat. [dok.pribadi/deborafelencianatalia]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun