Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan infeksi yang menyerang sistem imun tubuh, yaitu sel darah putih yang disebut Sel Clusterof Differentiation 4(CD4). HIV menyerang dan merusak sel CD4, komponen kunci dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Penurunan jumlah sel CD4 akibat infeksi HIV mengakibatkan melemahnya sistem imun, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap berbagai penyakit oportunistik. Ketika sistem imun tubuh sudah sangat lemah, kondisi ini dikenal sebagai AIDS (Suryanto et al., 2024)
Kasus HIV/AIDS di Indonesia, khususnya di Karawang, Jawa Barat, semakin mengkhawatirkan dengan lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terdapat banyak program pencegahan yang sudah diterapkan, jumlah orang yang hidup dengan HIV di Indonesia terus meningkat. Di Karawang, yang merupakan daerah industri dengan populasi migran yang tinggi, masalah ini menjadi perhatian utama bagi sektor kesehatan. Upaya untuk menangani dan mengurangi angka kasus HIV sangat bergantung pada peningkatan kesadaran, akses layanan kesehatan, serta penanggulangan stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Untuk itu, diperlukan pendekatan yang lebih terstruktur dan berbasis data. Menurut Badan Pusat Statisitik Kabupaten Karawang (2020), meskipun memiliki populasi sekitar 2,37 juta jiwa, Kabupaten Karawang mencatat peningkatan kasus HIV/AIDS yang mengkhawatirkan, dari 92 kasus pada 2018 menjadi 315 kasus pada 2020. Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Karawang terus meningkat. Pada tahun 2021 tercatat 152 kasus, namun pada tahun 2022 angka ini melonjak menjadi 185 kasus, menjadikannya tahun dengan kasus tertinggi dalam periode dua tahun terakhir (Agape et al., 2023).
Dampak dari Meningkatnya Kasus HIV
Peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Karawang, Jawa Barat, membawa dampak yang cukup signifikan, baik dari segi kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Secara kesehatan, penurunan sistem imun akibat infeksi HIV berisiko menyebabkan individu yang terinfeksi rentan terhadap penyakit oportunistik, yang pada akhirnya memperburuk kualitas hidup mereka. Selain itu, tingginya angka penularan HIV dapat memperburuk epidemi penyakit ini, meningkatkan beban pada sistem pelayanan kesehatan, dan mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Dalam aspek sosial, stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tetap menjadi hambatan besar dalam mengakses perawatan. Banyak individu yang terinfeksi HIV cenderung menghindari tes atau pengobatan karena takut dicap atau diisolasi oleh masyarakat. Dampak sosial ini seringkali memperburuk kesehatan mental ODHA, yang bisa menyebabkan depresi, kecemasan, dan bahkan pengabaian terhadap pengobatan yang diperlukan. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Suryanto et al. (2024), stigma yang ada di masyarakat sering menghambat upaya untuk mendiagnosis dan merawat ODHA secara dini, yang pada gilirannya memperburuk penyebaran HIV di komunitas.
Dari sisi ekonomi, peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS membawa beban tambahan pada sistem kesehatan yang sudah terbebani, serta pada ekonomi keluarga ODHA. Biaya pengobatan, khususnya terapi antiretroviral (ARV), dapat menjadi beban yang berat bagi banyak orang, apalagi jika akses ke layanan kesehatan terbatas. Dalam jangka panjang, ini dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja dan memperburuk kemiskinan di kalangan individu yang terinfeksi. Sebagai contoh, sebuah penelitian oleh Agape et al. (2023) menunjukkan bahwa beban ekonomi akibat HIV/AIDS di wilayah industri, seperti Karawang, sangat signifikan, terutama di kalangan pekerja migran yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Suryanto et al. (2024), meningkatnya jumlah kasus HIV juga berhubungan langsung dengan tingginya angka kematian terkait AIDS, yang menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam pengobatan, masih ada banyak hambatan untuk mencapai pengobatan yang optimal dan mempertahankan kualitas hidup ODHA. Dalam hal ini, pendekatan pencegahan yang lebih efektif, seperti pengurangan stigma dan peningkatan akses ke layanan kesehatan, menjadi sangat penting untuk menurunkan dampak yang lebih besar.
Solusi Mengatasi Permasalahan HIV
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan HIV di Karawang adalah dengan menggunakan pendekatan community as partner, yang menempatkan komunitas sebagai mitra dalam penanggulangan HIV. Salah satu strategi yang efektif dalam pendekatan ini adalah Group Process, di mana komunitas berperan aktif dalam membentuk kelompok diskusi, konseling kelompok, atau kelompok pendukung sebaya. Melalui diskusi terbuka, ODHA dan masyarakat dapat saling berbagi pengalaman, informasi, dan memberikan dukungan emosional. Hal ini dapat membantu mengurangi stigma terhadap ODHA, serta meningkatkan kesadaran tentang HIV dan pencegahannya.
Pendekatan ini juga dapat membantu memperkuat dukungan sosial bagi ODHA. Dengan adanya kelompok pendukung, ODHA merasa lebih diterima dan memiliki tempat untuk berbagi perasaan, yang penting untuk kesejahteraan mental mereka. Lebih jauh lagi, Group Process juga dapat menjangkau kelompok berisiko tinggi yang sering kali sulit dijangkau, seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, atau komunitas LGBT, yang memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi HIV. Program ini dapat memberikan mereka pengetahuan tentang pencegahan HIV, serta mengarahkan mereka untuk mengakses layanan kesehatan, seperti tes HIV dan pengobatan antiretroviral (ARV).
Dengan melibatkan komunitas dalam proses pencegahan dan perawatan HIV, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih mendukung bagi ODHA dan masyarakat secara umum. Pendekatan community as partner ini memberi peluang untuk menciptakan Karawang yang lebih inklusif, dengan mengurangi stigma dan meningkatkan akses ke perawatan HIV. Selain itu, melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah daerah, upaya ini dapat diperluas untuk menjangkau lebih banyak individu dan menciptakan perubahan yang lebih besar dalam penanggulangan HIV di Karawang.
Ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi S1 Keperawatan, Universitas Horizon Indonesia : Debi Maryani, Faras Fajri Fauziah, Krisna Mukti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H