Tahap kedua adalah tahap pra-operasional, yang berlangsung antara usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara simbolik, yang memungkinkan mereka untuk menggunakan bahasa dan gambar untuk merepresentasikan objek atau peristiwa. Namun, meskipun mereka mampu berpikir secara simbolik, anak-anak dalam tahap ini masih terbatas dalam hal logika dan pemikiran abstrak.
Anak-anak pada tahap ini juga menunjukkan egosentrisme, yakni kesulitan untuk melihat sesuatu dari perspektif orang lain. Mereka cenderung meyakini bahwa orang lain melihat dunia dengan cara yang sama seperti mereka. Misalnya, seorang anak mungkin percaya bahwa orang lain akan memahami gambar atau simbol yang sama persis seperti yang mereka lihat.
Selain itu, anak-anak dalam tahap ini belum dapat melakukan operasi mental secara logis, seperti pengelompokan atau pengurutan objek berdasarkan kriteria tertentu.
 c.Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Tahap ketiga adalah tahap operasional konkret, yang dimulai sekitar usia tujuh hingga sebelas tahun. Pada tahap ini, anak-anak mulai mampu melakukan operasi mental yang lebih logis dan sistematis, tetapi terbatas pada objek yang nyata dan konkret.Â
Mereka dapat memahami konsep seperti konservasi, yang berarti bahwa jumlah atau volume objek tetap konstan meskipun bentuk atau tampilannya berubah. Sebagai contoh, mereka akan memahami bahwa jumlah air dalam dua gelas yang berbeda tinggi tetap sama meskipun bentuk gelasnya berbeda.
Anak-anak dalam tahap ini juga mulai mampu mengklasifikasikan objek dalam kategori dan memahami hubungan antar konsep. Mereka dapat melakukan pemecahan masalah dengan lebih sistematis, tetapi kemampuan abstrak mereka masih terbatas.
d. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Tahap terakhir adalah tahap operasional formal, yang dimulai pada usia sekitar dua belas tahun dan berlanjut hingga dewasa. Pada tahap ini, anak-anak mulai dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Mereka dapat berpikir tentang situasi yang tidak nyata, memikirkan kemungkinan masa depan, dan menggunakan logika untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks.
Anak-anak dalam tahap ini dapat melakukan pemikiran deduktif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan premis umum. Mereka juga mulai dapat berpikir lebih kritis dan reflektif terhadap konsep-konsep filosofis atau ide-ide yang lebih abstrak.
 3. Peran Kognitif dalam Pendidikan Ana