Mohon tunggu...
Debby Tabuni
Debby Tabuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional || UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional || UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Vaksin Rusia

9 Oktober 2022   04:03 Diperbarui: 9 Oktober 2022   04:22 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia saat ini digemparkan dengan adanya pandemic covid-19. Pandemi covid-19 berawal dari adanya virus corona. Virus corona bermula dari negara Cina tepatnya didaerah Wuhan pada bulan Desember 2019. Virus corona menyebar dan menular dengan cepat ke seluruh wilayah Cina hingga seluruh dunia. Negara-negara besar di dunia turut andil dalam penanganan covid-19 ini. Berbagai cara telah dilakukan negara-negara besar dalam penanganan kesehatan global. Salah satunya adalah vaksinisasi. Setiap negara besar telah melakukan pengembangan dan pendistribusian vaksin covid-19 selama pandemik. Rusia menjadi salah satu negara yang meluncurkan vaksin 19 pada bulan Agustus 2020.

Para pejabat Rusia meluncurkan vaksin covid 19 Sputnik V sebagai kemenangan besar sains, inovasi, dan diplomasi Rusia. Rusia mempresentasikan Vaksin Sputnik V di hadapan Majelis Umum PBB pada awal Desember 2020. Vaksin Sputnik V terdaftar sebaga vaksin pertama didunia pada 11 Agustus 2020. Rusia mendapat pujian atas peluncuran vaksin covid dan dikklaim bahwa Rusia telah mengalahkan Barat dengan membawa vaksin dua suntikan yang efektif dalam pasar global secara cepat dan terobosan vaksin tersebut telah bergema di seluruh dunia.  

Dalam jurnal medis Inggris The Lancet, data menunjukkan bahwa vaksin Sputnik V aman, memperlambat penularan penyakit corona, dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup orang yang terinfeksi. Namun, disisi lain Vaksin Sputnik V menimbulkan bnyak pertanyaan yaitu perbedaan data dan kurangnya transparasi yang mengakibatkan sekelompok ilmuwan internasional mempertanyakan temuan vaksin tersebut.

Menurut Moskow, perencanaan di arena internasional selalu dimulai dengan ruang pasca -Soviet yang berdekatan. Begitupun diplomasi vaksin. Kaitan erat antara ekonomi CIS terutama yang dimasukkan kedalam Uni Ekonomi Eurasia(EAEU), adalah faktor penting dalam memahami mengapa Rusia mendukung dengan peralatan medis, bantuan keuangan, dan vaksin. Pekerja migran di Rusia, praktis membuka perbatasan, dan arus modal dan barang menentukan kebutuhan untuk mengamankan Sebagian besar pasokan vaksin untuk negara-negara tetangga, pemerintah Rusia telah menyetujui transfer teknologi ke sekutu. Fasilitas pertama di Kazakhstan yang sudah memproduksi vaksin Rusia.

Diplomasi vaksin Rusia telah diperluas ke kabupaten-kabupaten Eropa Timur, Afrika, dan Amerika Latin. Negara-negara tersebut mendapat dukungan medis dan mendapat vaksin. Bagian Eropa Timur hanya diterima di beberapa negara seperti San Marino yang mayoritas penduduknya telah diinokulasi dengan Sputnik V. Selain itu, Hongaria dan Serbia juga menyetujui Sputnik V untuk digunakan.

Rusia selama setahun covid telah terlibat kampanye diplomasi publik menggencarkan seluruh Asia Tenggara. Sepanjang kampanye, Rusia mempromosikan vaksin Sputnik V. Hal pertama yang dilakukan Rusia yaitu sebagai bagian sumbangan bantuan Covid yang sederhana namun semakin meningkat sebagai penjualan yang lebih besar. Rusia memanfaatkan vaksiinnya untuk membentuk kehadirannya yang lebih terlihat dan merebut kembali beberapa relevansi kasawasan tersebut. Seperti yang kita tahu bahwa sejak perang dingin Rusia mengurangi kehadirannya di Asia Tenggara.  Rusia melakukan pendekatan terhadap penjualan vaksin dalam mencari pengaruh dan keuntungan. Upaya yang dilakukan Rusia dengan memberi sumbangan Sputnik V yang lebih kecil 80.000 ke Filipina, 1.000 ke Vietnam, Laos dengan julan yang tidak ditentukan. Laos, Filipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Thailand telah membeli dan berencana membeli Sputnik V dari pemerintah Rusia. Indonesia, Malaysia, dan Vietnam telah menandatangani kesepakatan untuk memproduksi vaksin, dalam hal ini Sputnik V tidak memiliki dukungan penuh dari organisasi Kesehatan dunia.

Meskipun vaksin COVID-19 Rusia dilisensikan lebih dari 70 negara, keberhasilan tersebut dapat dipengaruhi secara negatif oleh konflik di Ukraina dan mendapat sanksi internasional terhadap Rusia dan entitasnya. Departement Keuangan A.S. memasukkan RDIF dalam daftar entitas Rusia yang terkena sanksi. RDIF membuat pernyataan kritis, mengklaim bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam kegiatan politik apapun. Pengiriman Rusia juga mengalami kesulitan karena sanksi terhadap logistic dan pembayaran Rusia. Dalam situasi tersebut, penyelesaian fasilitas produksi Sputnik di Argentina, India, Serbia, dan Kazakhstan merupakan jalan keluar yang mungkin membawa sanksi bagi Rusia. Kementerian Kesehatan Argentina memberikan persetujuan bersyarat untuk vaksin Sputnik yang diproduksi oleh produsen local, Richmond. Argentina secara efektif membuka jalan untuk mengekspor labih lanjut vaksin Sputnik ke negara-negara Amerika Selatan lainnya. Dalam Asia, Sebagian besar subkontraktor India diperkirakan akan mulai memproduksi vaksin Sputnik.

Semua berjalan baik-baik saja. Namun dibalik itu, Rusia membuat kesalahan dengan membuat janji tetapi tidak memberikan. Rusia gagal dalam pemenuhan pasokannya. Seperti halnya, Argentina menunggu 5,5 juta dosis dan 13,1 juta dosis kedua. Iran memesan 60 juta dosis namun menerima 2 juta dosis. Meksiko memesan 24 juta dosis tetapi yang diterima 4,1 juta dosis.  Hal ini bisa terjadinya karena pertama, Rusia tidak terbukti dapt meningkatkan produksi komersial vaksin Soutnik V dalam skala besar dengan cepat, kedua secara efektif vaksin Rusia berbeda dan tidaklah mudah. Biaya dari vaksin Sputnik V relatif tinggi, RDIF mengenakan harga tetap US$9,75 per dosis.

Terkait Sputnik V, merupakan tantangan domestic maupun internasional Rusia. Penduduk Rusia skeptis terhadap pemerintahannya dan menemukakn langkah-langkah pemerintah yang memperburuk krisis Kesehatan masyarakat dan mempersulit ekonomi Rusia. Sedangkan secara internasional, aspirasi Rusia untuk status kekuatan besar yang jauh dari simbolis daripada substansial, dan berupaya meningkatkan reputasinya di Global South melalui pemasaran Sputnik V. Keberhasilan Sputnik V hanya terbatas yang mana dipengaruhi oleh sumber daya yang signifikan dan oleh narasi janji tentang Sputnik V. Dengan begitu, Rusia kehilangan kesempatan memberikan vaksin bagi negara yang membutuhkan. Sputnik V menjadi salah satu ambisi Rusia yang melebihi kemampuannya.

Sumber :

Diplomasi Vaksin dan Nasionalisme Vaksin --- Rusia dalam Urusan Global (globalaffairs.ru)

Diplomasi Vaksin Rusia dan China: Bukan Geopolitik Slam Dunk - Institut Urusan Internasional Australia - Institut Urusan Internasional Australia (internationalaffairs.org.au)

Diplomasi Vaksin Rusia Sebagian Besar Asap dan Cermin - Carnegie Endowment for International Peace

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun