Mohon tunggu...
Debby Anggraini
Debby Anggraini Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik

2 Hal dari DR. Adhyaksa Dault Ini Bikin Ahok Sewot

4 Maret 2016   18:55 Diperbarui: 4 Maret 2016   19:21 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Posko-Posko Teman Ahok di Tempat-Tempat Strategis, Mewah dan Mahal (Sumber: SeputarJakarta.com)"][/caption]Adhyaksa Dault dinilai sejumlah pakar akan menjadi tantangan berat bagi Ahok yang telah siap dengan sejumlah relawannya yang sejak dua tahun ini menyisir beragam aktivitas untuk memenangkan Ahok untuk periode depan. Dari pengumpulan KTP, buzzer di media sosial, hingga lembaga survey besar yang dijadikan “boneka” untuk mempengaruhi publik. Ahok benar-benar siap, namun Adhyaksa Dault menjadi perhatian serius mengingat Adhyaksa Dault memiliki basis kuat di masyarakat ibu kota.

Adhyaksa Dault selama ini dikenal sebagai sosok penyantun aktif untuk anak-anak yatim-piatu, aktif memberikan banyak beasiswa pendidikan, dan santun terhadap orang-orang yang dibawahnya. Hanya saja, sudah menjadi perbincangan lazim apabila Adhyaksa Dault sangat menjauhi para konglomerat hitam.

Sejumlah cara untuk menjatuhkan Adhyaksa Dault pun dilakukan oleh Ahok. Dari isu SARA yang dijatuhkan relawan Ahok ke Adhyaksa, sampai membodoh-bodohkan Adhyaksa. Bukanlah hal tabu perihal cara kasar dan bermain kata seperti memelintir isu oleh Ahok biar dianggap “pendekar”.

1) Isu SARA

Dalam obrolan tertutup (empat mata), Adhyaksa Dault yang dikenal gantlemen, memberitahukan strategi lain kepada Ahok untuk memenangkan jadi calon gubernur DKI ke depan. Strategi yang sampaikan Adhyaksa ke Ahok adalah, dengan Ahok masuk Islam. Alasannya, karena mayoritas penduduk Jakarta beragama Islam. Namun, jika Ahok tidak masuk Islam, Adhyaksa Dault pun memberitahukan cara yang lain, yaitu agar Ahok mendekati tokoh-tokoh Islam.

Namun, strategi yang disampaikan Adhyaksa Dault ke Ahok, dipelintir oleh Ahok kepada pers. Ahok menfitnah Adhyaksa Dault bahwa Ahok dipaksa agar masuk Islam.

Lebih parahnya, obrolah empat mata yang secara etika atau moral kemanusiaan tidak boleh disampaikan ke publik, Ahok justru menyampaikan. Ahok mengumumkan ke publik, yang kemudian ditindaklanjuti dengan beragam unsur fitnah.

2) Isu Bodoh Statistik

Statistik sebagai bagian dari permainan angka-angka sudah menjadi hal lazim dipergunakan dalam menciptakan iklim isu. Hal itu melihat kesan baying-bayang rasionalitas. Tawaran isu statistik pun lazim menjadi pembicaraan sebagai instrumen mitos ilmiah.

DR. Adhyaksa Dault yang sejak muda intens terhadap dinamika statistic, baik di wilayah akademik maupun di luar akademiknya, seperti di organisasi dan pengalaman kerjanya, ketika memberikan pandangannya seputar statistik bukannya mendapat apresiasi namun justru dibodoh-bodohkan oleh Ahok melalui media dan buzzernya.

Ironinya, sebagai pejabat yang seharusnya mempertanggungjawabkan setiap perkatannya, baik itu janji politik seperti soal banjir, kemacetan, termasuk pendidikan gratis dari SD sampai perguruan tinggi yang tanpa pungutan apapun, dan termasuknya dalam mengomentari para pakar, namun justru sebaliknya. Ahok bukannya berterimakasih namun justru mengatai-ngatai dengan perkataan yang tidak manusiawi terhadap DR. Adhyaksa Dault. Ahok memanggil DR. Adhyaksa Dault dengan sebutan bodoh.

Sebaliknya dengan DR. Adhyaksa Dault ketika disebut bodoh oleh Ahok. Dengan sikap sederhana, Adhyaksa Dault hanya menawarkan kepada Ahok agar diskusi di ruang terbuka soal statistik. Namun Ahok bukannya merespon secara baik, lagi-lagi diresponnya dengan cara menghujat.

Hemm..., kenapa harus menghujat setiap tawaran solusi? Inikah pemimpin yang demokratis yang selalu menjatuhkan sejatuh-jatuhnya setiap ada ide bagus orang lain? Kenapa harus ada fitnah?

 

Kenapa terlalu khawatir, tak lagi berkuasa?

*)SumberGambar

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun