Mohon tunggu...
debby setya
debby setya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

NIM : 55522110028, Mata Kuliah : Pajak Internasional Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo Daito, MSi, Ak,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 07 - Diskursus Peleburan Fusion of Horizon pada Sistem P3B Metode Gadamer

24 Oktober 2023   17:17 Diperbarui: 24 Oktober 2023   17:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Yang Dimaksud Dengan Hermeneutika Filosofis: Fusion Of Horizons Dan Kaitannya Dengan P3B?

Gagasan tentang lingkaran hermeneutika diartikan sebagai sebuah pendekatan untuk pemahaman yang berakar pada retorika kuno dan upaya untuk memahami kalimat. Inti dari lingkaran hermeneutika adalah hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Bagian-bagian tidak dapat dipahami secara terpisah dari keseluruhan, dan keseluruhan dipahami melalui koherensi bagian-bagiannya. Penafsiran bergerak dalam sebuah lingkaran antara bagian-bagian teks dan keseluruhan teks dan antara keseluruhan teks dan bagian-bagian teks. Dipandang oleh beberapa orang sebagai sebuah paradoks, teori lingkaran hermeneutika menegaskan bahwa kita tidak dapat benar-benar memahami bagian-bagian struktural dan linguistik teks kecuali dalam terang keseluruhannya, namun kita hanya dapat mengetahui keseluruhannya seperti yang diungkapkan dalam bagian-bagiannya. Seperti yang ditunjukkan oleh Gadamer, heremeneutika ini adalah argumen yang melingkar secara logis, sejauh keseluruhan, dalam hal mana bagian itu harus dipahami, tidak diberikan sebelum bagian itu, kecuali dengan cara kanon dogmatis atau dengan beberapa prasangka analogis dari semangat suatu zaman.

Dalam kaitannya dengan pemahaman tekstual, Gadamer menyatakan: Seseorang yang mencoba memahami sebuah teks selalu melakukan proyeksi. Dia memproyeksikan makna teks secara keseluruhan segera setelah beberapa makna awal muncul dalam teks. Sekali lagi, makna awal tersebut muncul hanya karena ia membaca teks dengan harapan tertentu terkait dengan makna tertentu. Apa yang sebenarnya terjadi selama proses pemahaman adalah pembentukan situasi komunikasi yang sama. Ini adalah satu-satunya cara untuk membiarkan pihak lain mengekspresikan dirinya. Cakrawala masa kini tidak tertutup dan tidak dapat dipisahkan dari masa lalu, tetapi tumbuh di dalamnya - itulah makna sebenarnya dari pernyataan yang disebutkan di atas bahwa tidak ada cakrawala tertentu yang berdiri sendiri. Jalinan sejati dari semua cakrawala yang dipermasalahkan, dengan memahami cakrawala masa lalu, kita membangun cakrawala yang besar dan umum yang secara permanen bergerak.

Hermeneutika filosofis Gadamer memiliki istilah yang terkenal, yaitu "logika pertanyaan dan jawaban". Istilah ini mengekspresikan apa yang Gadamer anggap sebagai "fenomena hermeneutika yang paling orisinil," ciri bahasa yang paling universal, yaitu "bahwa tidak ada pernyataan yang tidak dapat dipahami sebagai jawaban atas sebuah pertanyaan, dan bahwa pernyataan tersebut selalu dapat dipahami hanya dengan cara ini." Siapa pun yang ingin memahami sebuah proposisi harus terlebih dahulu berusaha untuk memahami pertanyaan yang ingin dijawabnya, atau cakrawala pertanyaan yang memunculkan proposisi tersebut. Gadamer berbicara tentang "logika" pertanyaan dan jawaban, dan logika ini, sebagai sebuah disiplin kebenaran dalam wacana, bertujuan untuk menangguhkan logika predikatif yang membatasi diri pada kepositifan pernyataan. Dialog pertanyaan dan jawaban mengundang seseorang untuk melihat kebenaran wacana yang sedang bekerja sebelum ucapan kita, pada dialog yang darinya pernyataan-pernyataan tersebut "muncul". pernyataan-pernyataan tersebut "muncul".

Fusion of horizons adalah konsep dalam hermeneutika Gadamer yang menekankan pentingnya dialog dan interaksi dalam proses pemahaman. Fusion of horizons dapat dipahami sebagai proses di mana dua atau lebih horizon (horizon adalah konteks pemahaman seseorang, termasuk latar belakang budaya, pengalaman hidup, dan pengetahuan mereka) bertemu dan berbaur. Sedangkan P3B adalah perjanjian antar negara untuk menghindari pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak. P3B biasanya mencakup ketentuan tentang penetapan domisili fiskal, hak pemajakan atas berbagai jenis penghasilan, dan prosedur pertukaran informasi. Fusion of horizons memiliki kaitan yang erat dengan tax treaty. Tax treaty adalah perjanjian yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda, sehingga penting untuk dapat memahami dan menghargai perspektif masing-masing pihak. Fusion of horizons dapat membantu para pihak yang terlibat dalam negosiasi dan penerapan tax treaty untuk mencapai pemahaman bersama yang lebih baik dan membuat tax treaty yang lebih efektif.

Mengapa Konsep Fusion Of Horizons Penting Untuk Diterapkan Dalam Konteks Tax Treaty?

Konsep fusion of horizons penting untuk diterapkan dalam konteks tax treaty karena tax treaty adalah perjanjian yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya miskomunikasi dan perbedaan persepsi, yang dapat menghambat proses negosiasi dan penerapan tax treaty. Peleburan fusion of horizon dapat membantu para pihak yang terlibat dalam P3B untuk mencapai pemahaman bersama yang lebih baik tentang masalah yang mereka hadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

  • Meningkatkan pemahaman tentang perspektif masing-masing pihak. Dengan memahami perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat lebih memahami mengapa mereka memiliki pandangan yang berbeda.
  • Mencari titik temu di antara perbedaan persepsi. Dengan mencari titik temu di antara perbedaan persepsi, para pihak dapat mencapai kesepakatan yang lebih realistis dan dapat diterima oleh semua pihak.
  • Membangun rasa saling percaya dan hormat. Dengan memahami dan menghargai perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat membangun rasa saling percaya dan hormat, yang dapat meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Apa Tantangan Yang Dihadapi Dalam Penerapan Peleburan Fusion Of Horizon Dalam Tax Treaty?

Tentunya penerapan peleburan fusion of horizon juga menghadapi beberapa tantangan, seperti :

  • Perbedaan bahasa dan budaya

Perbedaan bahasa dan budaya adalah salah satu tantangan terbesar dalam penerapan konsep fusion of horizons dalam konteks tax treaty. Para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat berasal dari berbagai negara dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam memahami perspektif masing-masing pihak. Misalnya, dalam negosiasi tax treaty antara Indonesia dan Jepang, para pihak dapat menghadapi kesulitan dalam memahami istilah-istilah hukum pajak yang berbeda dalam kedua bahasa tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya miskomunikasi dan perbedaan persepsi, yang dapat menghambat proses negosiasi dan penerapan tax treaty.

  • Kepentingan yang berbeda

Kepentingan yang berbeda adalah tantangan lain dalam penerapan konsep fusion of horizons dalam konteks tax treaty. Para pihak yang terlibat dalam tax treaty memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Misalnya, dalam negosiasi tax treaty antara Indonesia dan Amerika Serikat, Indonesia mungkin ingin melindungi pendapatan dari sumber daya alamnya, sedangkan Amerika Serikat mungkin ingin melindungi investasinya di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat dan negosiasi yang sulit.

  • Kurang waktu dan sumber daya

Proses negosiasi dan penerapan tax treaty biasanya memakan waktu dan sumber daya yang banyak. Hal ini dapat menyebabkan para pihak tidak memiliki waktu dan sumber daya yang cukup untuk menerapkan konsep fusion of horizons secara maksimal. Misalnya, dalam negosiasi tax treaty antara Indonesia dan Uni Eropa, para pihak mungkin memiliki waktu yang terbatas untuk menyelesaikan negosiasi karena mereka juga harus menangani masalah-masalah lain. Hal ini dapat menyebabkan para pihak terpaksa melakukan kompromi dan tidak dapat mencapai kesepakatan yang ideal.

Bagaimana Mengantisipasi Tantangan Penerapan Konsep Gadamer Pada Tax Treaty?

Akibat dari Perbedaan Bahasa dan budaya

Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:

  • Melakukan upaya untuk memahami perbedaan bahasa dan budaya. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti mempelajari bahasa dan budaya negara mitra, menggunakan jasa penerjemah, dan mengadakan pertemuan tatap muka.
  • Memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi dapat membantu para pihak untuk berkomunikasi dan bertukar informasi secara lebih efisien.

Akibat kepentingan yang berbeda

Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:

  • Mencari titik temu di antara kepentingan yang berbeda. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti bernegosiasi secara terbuka dan jujur, dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
  • Membangun hubungan yang baik dengan pihak mitra. Dengan membangun hubungan yang baik, para pihak dapat lebih memahami kepentingan masing-masing pihak dan mencari solusi yang dapat menguntungkan semua pihak.

Akibat kurangnya waktu dan sumber daya

Untuk mengatasi tantangan ini, para pihak yang terlibat dalam tax treaty dapat melakukan hal-hal berikut:

  • Mengelola waktu dan sumber daya secara efektif. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti menyusun rencana negosiasi yang realistis, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal.
  • Memprioritaskan hal-hal yang penting. Para pihak dapat melakukan hal-hal seperti fokus pada masalah-masalah yang paling penting

Bagaimana Konsep Gadamer Ini Diterapkan Pada Tax Treaty?

Menurut Gadamer dalam konsep hermeneutic, fusion of horizons dapat diterapkan dengan 2 cara, yaitu dalam sebuah dialog dan penafsiran teks. Dalam sebuah dialog, selalu ada percakapan antara satu pihak dengan pihak lain sebagai mitra dialog. Menurut Gadamer, dalam setiap percakapan, kedua belah pihak akan berbicara dalam bahasa yang sama. Dalam melihat percakapan, kita dapat dengan mudah mengatakan bahwa kita melakukan percakapan. Namun, pada dasarnya, kitalah yang "jatuh" dan terlibat dalam percakapan tersebut. Dalam proses dialog, ada proses yang disebut perpaduan cakrawala. Teks sebagai entitas yang ditafsirkan memiliki horisonnya sendiri yang dibentuk oleh tradisi teks tersebut. Ketika manusia berusaha memahami dan menafsirkan sebuah teks, maka akan terjadi peleburan antara dua horizon yang berbeda, yaitu horizon penafsir dan horizon teks. 

Dalam peleburan cakrawala tersebut kemungkinan pemahaman akan bergeser karena prasangka dan pra-judgement yang ada sebelumnya dapat diuji dan dikaji ulang untuk membentuk pemahaman baru. Pemahaman baru ini menjadi landasan bagi penafsir dan menjadi pra-pemahaman bagi penafsiran selanjutnya. Dialog dengan teks adalah proses yang terjadi secara terus-menerus dalam perjalanan waktu. Dalam penafsiran teks oleh penerjemah, ada percakapan antara penerjemah dan teks. Penafsiran ini merupakan lingkaran tertutup dalam dialektika tanya jawab. Dalam dialog antara pembaca dan teks, diperlukan "keterbukaan" agar percakapan dapat berlanjut. Teks bukanlah pihak yang pasif, tetapi juga aktif dalam percakapan. Akhirnya, pemahaman itu sendiri merupakan perpaduan dari berbagai cakrawala, hubungan timbal balik antara berbagai konteks. Gadamer berpendapat bahwa sebuah teks, baik itu kode hukum atau kitab suci, harus dipahami setiap saat, dalam situasi tertentu, dan dengan cara-cara baru yang berbeda dari yang lama, jika kita ingin memahami keduanya sebagaimana seharusnya dipahami.

Dalam hal penerapan tax treaty, konsep Gadamer ini dapat diterapkan, seperti

  • Pada saat negosiasi perjanjian pajak internasional, para pihak dapat menggunakan konsep Gadamer untuk memahami perspektif satu sama lain dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Misalnya, dalam negosiasi perjanjian pajak internasional antara Indonesia dan Jepang, para pihak dapat menggunakan konsep Gadamer untuk memahami perbedaan perspektif tentang hal-hal seperti sistem perpajakan dan kepentingan ekonomi masing-masing negara serta tujuan dari perjanjian pajak internasional. Dengan memahami perbedaan perspektif tersebut, para pihak dapat lebih mudah untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua negara.
  • Otoritas pajak dari dua negara yang berbeda dapat menggunakan fusion of horizons untuk memahami dan menerapkan tax treaty secara konsisten dan adil. Misalnya, dalam penerapan perjanjian pajak internasional antara Indonesia dan Amerika Serikat, otoritas pajak dari kedua negara dapat menggunakan konsep Gadamer untuk memahami perbedaan perspektif tentang hal-hal seperti Interpretasi ketentuan perjanjian pajak internasional dan penerapan perjanjian pajak internasional dalam praktik. Dengan memahami perbedaan perspektif tersebut, otoritas pajak dari kedua negara dapat lebih konsisten dan adil dalam menerapkan perjanjian pajak internasional.
  • Para ahli hukum pajak dapat menggunakan fusion of horizons untuk membantu klien mereka memahami dan memanfaatkan tax treaty secara optimal. Misalnya, dalam membantu klien mereka untuk menghindari pajak berganda, para ahli hukum pajak dapat menggunakan konsep Gadamer untuk memahami perspektif klien tentang hal-hal seperti jenis kegiatan bisnis klien dan tujuan klien dalam penghindaran pajak berganda. Dengan memahami perspektif klien tersebut, para ahli hukum pajak dapat memberikan saran yang lebih tepat dan bermanfaat bagi klien mereka.

Secara umum, penerapan konsep fusion of horizons dapat membantu para pihak yang terlibat dalam tax treaty untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Penerapan konsep dari Gadamer ini tentunya memiliki manfaat dalam penerapan tax treaty. Berikut adalah beberapa manfaat dari fusion of horizons dalam konteks tax treaty:

  • Meningkatkan pemahaman antar pihak yang terlibat. Dengan memahami perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat lebih memahami mengapa mereka memiliki pandangan yang berbeda. Hal ini dapat membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan yang lebih realistis dan dapat diterima oleh semua pihak.
  • Meningkatkan rasa saling percaya dan hormat. Dengan memahami dan menghargai perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat membangun rasa saling percaya dan hormat, yang dapat meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
  • Meningkatkan kualitas komunikasi. Dengan memahami perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat lebih efektif dalam berkomunikasi dan bertukar informasi. Hal ini dapat membantu para pihak untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang mereka hadapi.
  • Meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dengan memahami perspektif masing-masing pihak, para pihak dapat lebih mudah untuk menemukan titik temu di antara perbedaan persepsi. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan mencapai kesepakatan yang lebih realistis dan dapat diterima oleh semua pihak.
  • Meningkatkan kepastian hukum bagi wajib pajak. Dengan menerapkan tax treaty secara konsisten dan adil, para pihak dapat memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan wajib pajak terhadap sistem perpajakan.
  • Meningkatkan efektivitas tax treaty dalam menghindari pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak. Dengan memahami dan menerapkan tax treaty secara optimal, para pihak dapat meningkatkan efektivitas tax treaty dalam menghindari pajak berganda dan mencegah pengelakan pajak.

Sumber :

Gadamer, H. G. (1977). Philosophical Hermeneutics. Univ of California Press.

Luft, S. (2007). The Subjectivity of Effective History and the Suppressed Husserlian Elements in Gadamer's Philosophical Hermeneutics. Idealistic studies.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun