Mohon tunggu...
Deazy Ariyanti Maulani
Deazy Ariyanti Maulani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi/Universitas Muhammadiyah Surakarta

Panggil saja azy

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peluang Usaha Penggilingan Padi: Langkah Sukses Menjual Beras Secara Mandiri

23 Oktober 2024   10:15 Diperbarui: 23 Oktober 2024   10:26 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Sawit, Boyolali, terdapat usaha penggilingan padi dan penjualan beras yang telah berdiri selama hampir 30 tahun. Usaha ini diwariskan secara turun-temurun dan saat ini dikelola oleh anak kedua dari pendiri beserta keluarganya. Tempat penggilingan ini dibangun karena pada saat itu banyak petani di daerah tersebut membutuhkan fasilitas penggilingan yang dekat. Awalnya, usaha ini hanya memiliki sedikit pelanggan, tetapi berkat pelayanan ramah dan hasil penggilingan yang berkualitas, usaha ini berkembang pesat melalui rekomendasi dari mulut ke mulut.Usaha yang dinamakan “Agung Rejeki” ini saat ini dikelola oleh Pak Gandung dan Bu Anik, yang sangat teliti dalam menjaga kualitas beras. Mereka bahkan menyediakan layanan antar-jemput bagi petani yang kesulitan mengangkut hasil panen mereka. Tantangan terbesar datang saat musim panen raya, di mana antrean panjang sering kali memaksa mereka bekerja dari subuh hingga malam. Untuk mengatasi beban kerja, mereka akhirnya mempekerjakan dua karyawan tambahan.

Selama puluhan tahun, usaha ini menghadapi banyak tantangan, termasuk fluktuasi harga beras dan bencana alam. Pada tahun 2012, sebuah angin puting beliung menghancurkan sebagian bangunan usaha, menyebabkan kerugian besar bagi Bu Anik. Namun, dengan tekad yang kuat, ia meminjam modal dari bank dan memulai kembali usahanya.

Selain penggilingan padi, tempat ini juga menjual berbagai jenis beras dalam berbagai ukuran. Beras yang dijual berasal dari hasil pembelian gabah dari petani setempat, dan usaha ini juga menyediakan layanan pengantaran beras. Harga beras bervariasi, mulai dari Rp 11.000 per kilogram. Bu Anik merasa bahagia karena usahanya telah banyak membantu para petani lokal menghemat waktu dan biaya. Sebagai tanda terima kasih, para petani sering memberi hadiah berupa hasil kebun atau telur ayam, yang kadang dibarter dengan katul atau beras.

Usaha ini menjadi inspirasi bagi warga desa lain karena menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan pelayanan yang baik, usaha sederhana bisa berkembang dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Bu Anik percaya bahwa selama usahanya memberikan manfaat bagi orang lain, rezeki akan terus mengalir.

Sumber Pribadi
Sumber Pribadi

Sumber Pribadi
Sumber Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun