Mohon tunggu...
Desi Handayani Sagala
Desi Handayani Sagala Mohon Tunggu... Editor - Gov Public Relations | Social Causes Enthusiast

Seorang Praktisi Kehumasan Pemerintah yang mencoba menerangkan isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan dampak sosial sekitar berdasarkan pengalaman dan pengamatan lewat tulisan dari kaca mata individu.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kasus Eks Mentan SYL Cerminan Penggunaan Anggaran Instansi Pemerintah?

18 Juli 2024   20:20 Diperbarui: 18 Juli 2024   20:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setiap mendengar pemberitaan kasus korupsi, konotasinya lebih cenderung mengarah ke besaran atau nominal uang yang digerus dan berapa kerugian negara atas itu, tetapi ada yang sedikit "unik" dari terungkapnya kasus yang menjerat eks Menteri Pertanian, yang tampaknya sudah akrab di telinga para pemirsa tanah air dengan sapaan SYL. Kasus yang awalnya terdengar seperti korupsi pada umumnya kemudian berubah menjadi tontonan yang sepertinya berhasil bikin para penonton geleng-geleng tak habis pikir.

Penyalahgunaan menjadi kata yang tepat mewakili sederetan fakta terkait kasus ini, terutama menyangkut penggunaan dana operasional institusi untuk kepentingan pribadi, mulai dari biaya beli sana-sini, bayar kamu-dia, hingga cicil ini-itu. Namun di sini tidak akan mengulik lebih jauh sosok SYL, karena selain seisi negeri ini sudah familar dengan itu, juga bagian menariknya dari kasus ini justru pada titik di mana penggunaan anggaran yang notabene tercatat terealisasi sesuai program instansi, malah bisa dengan mudah "disulap" jadi biaya rekreasi.

Sederetan contoh penyalahgunaan itu kemudian yang menimbulkan pertanyaan di mata publik  - Pertama, apakah penggunaan anggaran negara sudah diawasi dengan semestinya atau seperti apa pelaporan pertanggungjawaban anggaran di lingkup instansi pemerintah. Kenapa terkesan mudah dimanipulasi, diotak-atik sana-sini, tetapi tercatat apik dan bahkan tak jarang mendengar dapat mencapai prestasi dalam pengelolaan anggaran tetapi kemudian ditangkap atas pelanggaran.

Tiba-tiba terbersit di kepala - apakah tanggung jawab pengelolaan keuangan negara hanya dilihat berdasarkan persentase anggaran yang dihabiskan dan bukan dari apa yang dihasilkan? "Oke itu hanya pemikiran, namanya juga terbersit," tegas isi kepala.

Yang gak kalah bikin mengusik, yakni kedua, soal penyalahgunaan anggaran untuk fasilitas pribadi. Dengan mencuatnya kasus ini, sederet asumsi memunculkan kekhawatiran bahwa jangan-jangan hampir seluruh kebutuhan pribadi bisa diakomodir asal tidak ketahuan. Lalu apakah kasus ini jadi satu-satunya contoh penyalahgunaan untuk kepentingan serupa? atau justru sebetulnya hal semacam ini sudah jadi "budaya" yang dinormalisasi, hanya saja kali ini mau gak mau muncul ke televisi.

Bayangkan kalau ternyata kejadian serupa sudah jadi hal yang lumrah, mungkin hanya bervariasi dari sisi nominalnya hingga cakupan kebutuhan pribadinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun