Mohon tunggu...
Desi Handayani Sagala
Desi Handayani Sagala Mohon Tunggu... Editor - Gov Public Relations | Social Causes Enthusiast

Seorang Praktisi Kehumasan Pemerintah yang mencoba menerangkan isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan dampak sosial sekitar berdasarkan pengalaman dan pengamatan lewat tulisan dari kaca mata individu.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Alasan Jangan Main Saham Dulu!

28 Juni 2024   21:56 Diperbarui: 29 Juni 2024   08:18 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi buku-buku pribadi Desi Handayani Sagala

Beberapa buku rekomendasi di atas justru tidak berkaitan langsung dengan ilmu finansial secara teknis, tetapi akan berguna membentuk pola pikir yang bermuara menjadi suatu kebiasaan (habit) saat memutuskan apa pun tindakan kita menyangkut uang dan segala plus-minusnya. Kebiasaan ini secara tidak langsung akan berguna juga saat nanti harus mengidentifikasi jenis sektor dan emiten pilihan di pasar modal dengan dinamikanya.

Khusus Pemula, Kenali Dunia Investasi lewat SBN

Sebetulnya dari aspek teknis, pasar modal dan Surat Berharga Negara atau dikenal dengan istilah SBN Ritel memiliki format yang berbeda, terutama dari segi risikonya. Tetapi komparasi keduanya tidak akan dibahas di sini. 

Balik lagi, jadi karena SBN yang identik dengan low risk mengingat penjaminnya adalah negara, instrumen satu ini terbilang ideal untuk memulai kebiasaan berinvestasi. Dengan kepemilikan SBN, bisa dibilang kita memberikan pinjaman kepada negara atau pemerintah melalui surat berharga yang diterbitkan secara periodik dengan penawaran yang beragam. Ibaratnya pembeli SBN sebagai kreditur (pihak yang meminjamkan uang) dan pemerintah sebagai debitur (pihak yang berhutang). 

Benefitnya apa? Tidak cuma modal yang akan diterima di akhir masa peminjaman, pemilik SBN juga akan menerima kupon atau interest setiap bulannya selama masa pinjaman, misalnya jenis SBN dengan masa 2 tahun artinya pemilik SBN berhak atas kupon bulanan selama dua tahun sampai dengan batas waktu jatuh tempo peminjaman. 

Setelah masa peminjaman berakhir, modal awal yang digunakan untuk membeli SBN tersebut akan dikembalikan ke kreditur. Jadi keuntungan yang diperoleh setiap bulannya lewat kupon tidak akan memotong modal yang diberikan di awal karena kupon itu menjadi harga dari nilai uang yang dipinjamkan. 

Dari sisi ini kita bisa belajar bahwa nominal uang kita jika ditempatkan pada instrumen investasi mempunyai nilai tersendiri karena sifatnya bertumbuh. Artinya kita mulai mengenal bagaimana ketika uang yang bekerja untuk kita dan bukan sebaliknya seperti yang kita lakukan setiap hari, yakni bekerja untuk uang.  

Tidak hanya itu, beberapa jenis SBN juga menawarkan hal menarik, di antaranya seperti besaran kupon yang diterima menyesuaikan perubahan suku bunga atau BI-Rate tetapi mempunyai batas kupon minimal sesuai dengan persentase yang ditawarkan per-produk. Jadi kalau misalnya membeli SBN dengan kupon sebesar 6,40% tetapi suku bunga BI sebesar 6,25%, kupon yang kita terima tetap dihitung berdasarkan persentase kupon minimal sebesar 6,40%. Sebaliknya, kalau suku bunga lagi tinggi katakan 6,50%, kupon yang diterima dihitung mengikuti suku bunga yang lagi berlaku tsb alias 6,50% sehingga bernilai lebih tinggi dari kupon minimal.

Jadi bisa dibilang sebagai kreditur atau pemilik SBN tidak akan dirugikan saat suku bunga turun karena sudah diberlakukan batas minimal. Sebaliknya, pemilik SBN akan diuntungkan jika suku bunga lebih tinggi karena nilai uang yang kita investasikan atau kupon yang diterima jadi bernilai lebih besar.

Ingat, keuntungan penawaran tadi bahkan bisa diterima tanpa perlu repot-repot melakukan apa pun setiap bulannya. Jadi kita bisa memperoleh passive income dengan membiarkan uang bekerja untuk kita. 

Penjelasan lebih rinci mengenai SBN termasuk kategori dan varian penawarannya bisa langsung cari tahu via https://www.djppr.kemenkeu.go.id/savingsbondritel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun