Mohon tunggu...
Desi Handayani Sagala
Desi Handayani Sagala Mohon Tunggu... Editor - Gov Public Relations | Social Causes Enthusiast

Seorang Praktisi Kehumasan Pemerintah yang mencoba menerangkan isu-isu kebijakan yang berkaitan dengan dampak sosial sekitar berdasarkan pengalaman dan pengamatan lewat tulisan dari kaca mata individu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

CPNS, Musim "Mengabdi" kepada Ortu?

18 Mei 2021   14:08 Diperbarui: 18 Mei 2021   14:18 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadwal dan formasi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2021 resmi diumumkan Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi. 

Untuk sebagian besar kalangan masyarakat, pengumuman #CPNS pagi ini menjadi kabar baik yang paling dinantikan karena "Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Semoga rezeki tahun ini".

Cuitan-cuitan untaian harapan dan doa menjadi sederet narasi yang menghiasi trending pertama Indonesia pagi ini #CPNS, setidaknya terpantau di urutan pertama hingga Siang ini. 

Tidak hanya di media sosial, atmosfer "kabar baik" ini bahkan menjalar hingga ke grup-grup chat kerabat, keluarga, teman, sampai tetangga. 

Teryata penerimaan CPNS memang masih menjadi primadona bagi sebagian orang, karena profesi ini dianggap paling "aman" dan tidak tergoyahkan dari sisi penghasilan, ibarat kaum hawa yang butuh kepastian, asyik. 

Ketika musim ini tiba, kelompok yang paling berkeinginan menjadi CPNS tentu kalangan orang tua yang ingin putra-putrinya mengenakan seragam "kebanggaan" versi mereka. 

Alasannya beragam, mulai dari dianggap masih menjadi profesi prestige, definisi sukses, mengangkat derajat keluarga, sampai dengan terjaminnya masa tua. 

Motivasi-motivasi klise ini masih menjadi alasan utama para Ortu mendorong anak-anaknya mengikuti penerimaan CPNS. Stereotip menjadi PNS adalah kesuksesan tampaknya masih melekat dalam paradigma budaya masyarakat kita, apalagi di daerah-daerah yang masih menganggap CPNS menjadi profesi paling bergengsi. Maka tidak heran banyak para Ortu menjadi korban oknum penipuan CPNS demi melihat anaknya "berseragam" dan menerima pujian "kebanggaan". 

Bagi sebagian anak, mungkin menerima saja dorongan Ortu ini dengan keyakinan bahwa memenuhi harapan orang tua menjadi CPNS merupakan bentuk pengabdian dan menyakini bahwa setiap perkataan orang tua adalah jalan membawa rezeki. 

Tidak ada yang salah dengan alasan itu, namun kerap kali karena keyakinan itu, kita lupa dengan cita-cita atau keinginan diri sendiri. Alasan mengabdi ini bahkan mampu mengesampingkan ide-ide liar diri sendiri yang ingin menggeluti ini dan itu. 

Meskipun hal ini bukanlah satu-satunya alasan orang-orang mencoba CPNS, namun tidak bisa dipungkiri perhelatan CPNS adalah momen yang paling dinantikan sebagian besar para orang tua. 

Bahkan menariknya, di antara deretan cuitan-cuitan trending #CPNS hari ini memunculkan opini menggelitik terhadap keinginan para Ortu yang ingin anak-anaknya ikut gelaran CPNS, entah itu berbentuk "curhat" atau bahkan berbentuk "satire" 

posted by @shopaypeetion
posted by @shopaypeetion

posted by @celotehominal
posted by @celotehominal

posted by @alifnakyuko
posted by @alifnakyuko

posted by @palanusantara
posted by @palanusantara

posted by @18fesss
posted by @18fesss
Pada akhirnya semua keputusan mutlak di tangan diri sendiri, tidak ada yang salah dengan motivasi mengabdi kepada orang tua dan memilih menjalankan profesi sebagai PNS. 

Namun sebaiknya jangan lupa juga bahwa pada akhirnya kita yang menjalani, apalagi dunia kerja memiliki jangka waktu yang panjang, bisa dibilang hampir setengah masa hidup manusia rata-rata bergeliat dengan pekerjaannya, tentu dengan alasan utama, mencari rezeki yang layak. 

Tidak ada profesi yang ideal, karena kesuksesan dan kepuasan memiliki makna yang berbeda-beda pada setiap orang dan apa pun pilihan orang lain, tidak layak dianggap remeh. 

Jadi apa pun alasan dan motivasinya, semoga para pelamar CPNS menjadi generasi pelayan publik yang berintegritas dan tidak jemu memulihkan sentimen negatif yang kerap dilabelkan pada profesi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun