Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Tsunami' Kasus Narkoba: Istana Diduga Sebagai 'Sentral'

10 November 2012   05:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_208493" align="aligncenter" width="580" caption="kliniklapas.wordpress.com"][/caption]

Mungkin apa yang dikatakan Henry Yosodiningrat bakal terbukti, bahwa apabila kasus narkoba dibuka terang benderang maka para hakim dan lembaga peradilan seperti mengalami 'tsunami'. Pernyataan Ketua Umum DPP Gerakan Nasional Anti-Narkotika (Granat) ini dikemukakannya  dalam sebuah talkshow di TV One, pada Selasa, 16 November yang lalu.

Henry memang menjadi berang karena adanya pemberian grasi kepada para terhukum kasus narkoba. Dia menduga ada permainan mafia hukum yang selama ini berkeliaran di lembaga-lembaga terhormat hingga mampu mempengaruhi presiden dalam pemberian grasi.

Tak berbeda dengan Henry, Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) juga menduga hal yang sama, bahwa ada mafia yang 'bergentayangan' di lingkungan Istana. Kepada detik.com, Jumat (9/11/2012),  Mahfud mengatakan bahwa ia menduga kuat ada orang luar yang karena kecanggihannya bisa meyakinkan istana bahwa grasi itu tepat.

Menanggapi pernyataan Mahfud tersebut, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Sudi Silalahi merasa terhina dan meminta Mahfud untuk memperjelas masalah ini seperti yang marak diberitakan oleh media cetak maupun online sejak kemarin hingga hari ini.

Seperti yang diberitakan oleh Tribunnews, 9 November kemarin, Mensesneg menganggap bahwa tuduhan Mahfud MD tersebut telah mencemari nama dan lembaga kepresidenan dan  jika Mahmud tidak dapat menunjukan bukti-bukti, maka ketua MK itu harus menerima sanksi secara ksatria.

Mendapat tanggapan dari Sudi, Mahfud menjawab bahwa pernyataannya itu hanya sebatas 'dugaan' bukan sebuah 'tudingan'. Bahkan ia tidak menyebutkan orang istana, namun orang luar yang diduga keras mampu mempengaruhi keputusan istana, yang dalam hal ini adalah presiden.

Kepada Media Indonesia, jumaat (9/11/2012), menurut Mahfud, analisanya yang mendasari dugaan tersebut tidak terlepas dari karakter Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dikenal sangat berhati-hati. Namun, ia heran mengapa masih saja kecolongan dalam memberi grasi kepada Meirika Franola alias Ola yang mendapat vonis mati pada Agustus 2000 lalu. Atas dasar analisa itu, Mahfud menduga permainan mafia narkoba sudah merasuk hingga ke dalam istana.

Lebih lanjut Mahfud mengatakan bahwa pernyataan ia tersebut tidak jauh berbeda dengan pernyatan yang pernah dikatakan oleh Denny Indrayana bahwa terdapat empat sentral korupsi yaitu istana, Cendana, Senayan, dan Mabes (Polri).

Apabila semua masalah narkoba ini di runut dari awal dan jika pernyataan Henry dan Mahfud merujuk juga pada pernyataan Denny mengenai sentral korupsi maka bisa saja semua orang menduga bahwa terdapat empat sentral narkoba yang patut dicurigai yaitu Istana, Senayan, Mabes (Polri) dan Mahkamah Agung.

Apabila pada akhirnya Henry dan Mahfud mampu membuktikannya kepada masyarakat, mungkin saja apa yang dikatakan Henry benar bahwa akan terjadi tsunami bagi lembaga-lembaga terhormat di negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun