Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dream Team: Ketika Kekompakan Menyatukan Kami

14 Mei 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Belajar dari hal tersebut, adalah merupakan masukan berharga bagi saya, apalagi akan terjun pada kegiatan-kegiatan dalam komunitas kami, IDKita Kompasiana yang sebelumnya dibesarkan dalam Cengengesan Family (CF). Banyak hal yang sudah saya pelajari dalam komunitas tersebut. Kami mengalami pasang surut walau dalam penampilan luarnya kami berusaha untuk menghadirkan tulisan-tulisan yang baik.

Ya, belajar dan kekompakan memang adalah kata kuncinya. Kami terus belajar mengenal satu dengan lainnya dan terus mengasah kemampuan menulis. Namun untuk melaksakan berbagai kegiatan besar yang hanya dikendalikan dan dikoordinasikan secara online, saya belum banyak belajar. Apalagi tema-tema yang diangkat banyak diluar kemampuan dan pengetahuan saya

Jujur saja, kalau mau dilihat siapa sih kami? Hanya terdiri dari beberapa ibu-ibu rumah tangga, pekerja atau mahasiswa yang mungkin akan dipandang sebelah mata bagi mereka yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang tinggi.

Namun kenapa kami bisa sejauh itu melangkah? Ini juga karena kekompakan, rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang telah dibina sejak lama. Lalu dimana keberanian itu kalau tidak memiliki kemampuan maksimal? Bagi koordinator kami, yang memang dikenal cukup keras dalam memberikan bimbingan, memiliki prinsip tidak ada kata "tidak bisa" sebelum mencoba dan berusaha. Menurutnya, masing-masing orang berperan sesuai porsinya, apalagi tugas/fungsi yang diberikan tidak akan melebihi kemampuan masing-masing orang. Baginya, semua orang adalah penting, tidak ada siapa yang lebih penting dari yang lain. Karena semua dianggap penting, maka semua orang harus dapat memberikan kontribusi positif.

Sebuah dream team untuk mengusung tema-tema yang tidak saya kuasai? Apalagi diberi tugas untuk mengatur administrasinya? Secara online pula? Oh my God, jujur saja saya "keder" dan kadang tidak percaya diri untuk mampu melaksanakannya.

Saya kadang juga bertanya apakah ini bentuk dari eksklusifitas apabila kita tidak membuka diri kepada banyak orang? Bahkan saya pernah mengusulkan untuk menghimpun orang lain yang mumpuni, mempunyai keahlian yang tinggi atau kumpulan orang-orang pintar. Namun dia menjawab belum saatnya, karena yang terjadi nantinya bukan soal pembagian kekuasaan, pembagian pamor, pembagian dan pengelompokan tingkat kepintaran atau pendidikan, pembagian kepentingan, apalagi berpikir untuk pembagian keuntungan. Semuanya hanya dititikberatkan pada pembagian fungsi kerja.

Dalam gerakan sosial dan moral, yang dilakukan adalah pembagian fungsi, dimana masing-masing fungsi sangat penting. Jangan diartikan pembagian kekuasaan masing-masing orang menunjukan siapa yang jagoan. Tidak ada yang jagoan. Menurutnya, harus dipahami adanya fungsi manajemen, administrasi, teknis dan operasional. Setiap orang nantinya bekerja berdasarkan fungsinya tanpa embel-embel macam-macam.

Dalam perjalanannya, memang benar, kami yang hanya terdiri dari segelintir orang saja diberikan porsi untuk bekerja dan mengambil keputusan sesuai dengan kapasitas kami. Walau kami pun dipersiapkan sebagai pelaksana di lapangan, saat ini kami juga membuka kesempatan bagi siapa saja baik tenaga ahli, teknis, operasional dalam persiapan maupun pelaksanaan di lapangan nantinya.

Lalu bagaimana dengan tantangan? Sama seperti yang diucapkan oleh Pak Dahlan di atas, bahkan mungkin lebih seperti akan berhadapan dengan cacian, ancaman, cibiran, penghinaan dan segala macam bentuk pelecehan. Bagi dia, itu kenyataan yang harus dihadapi.  Jangan dilemahkan, namun menjadi cambuk.

Lebih lanjut kami diingatkan mengenai prioritas dalam hidup kami yang harus didahulukan; keluarga, pekerjaan dan kesehatan. Tiga hal yang tidak boleh dikorbankan sebelum terjun dalam sebuah gerakan moral ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun