Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dream Team: Ketika Kekompakan Menyatukan Kami

14 Mei 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_176865" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi: zazzle.com"][/caption]

Salah satu gaya manajemen Dahlan Iskan, menteri negara BUMN,  yang menjadi perhatian saya, ketika seorang teman memberikan sebuah tautan yang berisi tentang ulasan Dahlan. Tautan tersebut merupakan kolom Menneg BUMN Dahlan Iskan di Vivanews, tanggal 12 Mei 2012, dibawah judul "Mbah Surip Lokal untuk Garuda".

Intinya ada dua hal yang dapat saya petik, yang pertama dalam hal pembentukan dream team manajemen  dan soal keberanian mengambil keputusan.

Menurut Dahlan, membentuk "dream team" manajemen Garuda memang memerlukan orang pintar. Tetapi tidak harus semua orang pintar dikumpulkan jadi satu.  Walau memang kelihatannya logis, namun dalam kenyataannya para star tersebut bisa saja saling bertentangan, atau bila terjadi perang antara star melawan star atau juga bisa disebut sebagai perang bintang.

Dalam analoginya, Dahlan mengambil contoh dari sebuah sebuah "guyonan" ala Surabaya, "soto yang paling enak dicampur dengan rawon yang paling enak rasanya justru jadi kacau!".

Lalu bagaimana Dahlan membentuk dream team Garuda? Disamping memang memerlukan orang pintar dan sederetan persyaratan lainnya, Dahlan juga mengutamakan kekompakan. Tim yang serasi, saling melengkapi, dan solid.

Untuk mendukung gagasannya itu, Dahlan mengambil sebuah contoh seorang pahlawan jepang, Toyotomi Hideyoshi. Sebagai panglima yang menyatukan Jepang di abad ke-16, Hideyoshi memiliki modal utama kekompakan. Bahkan dia sendiri mengakui bukan seorang yang ahli memainkan pedang. Karena itu Hideyoshi mendapat gelar Samurai Tanpa Pedang.

Selain gambaran membentuk tim ideal dalam mengurusi satu perusahaan atau institusi, Dahlan juga menujukan gaya kepimpinannya yang tidak ragu mendukung keputusan yang dibuat oleh para pimpinan BUMN.

Dalam hal pengambilan keputusan, Dahlan tidak melulu mengintervensi BUMN. Misalnya untuk masalah kepemilikan saham Garuda oleh tiga sekuritas BUMN, Dahlan  mengaku tidak mencampuri pilihan mana yang terbaik. Mau dipertahakan atau dijualnya saham Garuda adalah menjadi keputusan BUMN. Dia hanya merestui saja.

Bagi Dahlan, direksi tiga perusahaan yang memegang saham Garuda adalah orang-orang yang hebat yang sudah malang-melintang di bidangnya. Bagi Dahlan, yang penting mengambil keputuskan, "risiko dikecam adalah bagian dari kehidupan yang sangat indah! Ambillah putusan terbaik dengan fokus tujuan demi kejayaan perusahaan!" Katanya

Lebih lanjut Dahlan mengatakan, "apabila menunda keputusan hanya karena takut heboh, perusahaanlah yang akan menjadi sulit. Kalau perusahaan menjadi sulit banyak yang akan menderita. Orang-orang yang dulu mengecam itu (atau memuji itu) tidak akan ikut bersedih! Jadikan kecaman-kecaman itu bahan mengingatkan diri sendiri agar jangan ada main-main di sini. Takutlah pada permainan pat-gulipat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun