Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Biarkan Anak Anda Ketakutan Melihat Tayangan TV

8 Januari 2012   19:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:09 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_154297" align="aligncenter" width="566" caption="Sumber gambar: duniaanakkreatif.wordpress.com"][/caption]

Persoalan tontonan TV yang pantas untuk anak memang sudah jarang ditemui. Semua cerita dewasa. Kalaupun ada paling-paling ya film kartun. Terkadang film kartun juga membuat anakjadi bosan, ingin melihat wujud asli manusia. Tapi mau bagaimana lagi. Saat ibu menonton film, anak ikut nimbrung. Saat ayah menonton berita, anakpun ikutan nimbrung. Apalagi saat si mbak nonton sinetron, anak yang sehari-harinya bersama pengasuhnya pasti tidak ketinggalan, ikut nonton sinetron. Tidak heran pertanyaan-pertanyaan bersifat dewasa kadang keluar dari mulut mereka.

Belum lagi persoalan lain mengenai dampak TV untuk anak yang dewasa ini menjadi sorotan berbagai pihak. Ada yang menyatakan, tontonan TV apapun saat ini sarat dengan pendidikan yang kurang baik untuk anak. Bahkan ada yang berpendapat bahwa film kartun juga terkadang mempengaruhi sifat-sifat anak, terutama dalam perkembangan imajinasinya.

Kalau saja kartun dianggap begitu, apalagi film horror? Bisa dibayangkan, tentu mempunyai pengaruh besar untuk anak, apalagi mereka yang masih berusia dibawah 5 tahun (balita). Melihat tayangan “seram” selalu mempengaruhi kenyamanannya. Bahkan untuk tidur saja mungkin akan terganggu. Akibatnya orang tua harus menenangkan buah hati tercinta agar mereka terlihat nyaman dan dapat tidur nyenyak.

Berbicara mengenai film horror yang mempengaruhi anak-anak, saya memiliki pengalaman tersendiri. Kejadiannya belum lama kok. Waktu malam minggu, di TV disiarkan film India yang bercerita tentang alien yang datang ke bumi dan membuat si tokoh menjadi seorang yang super. Buat kita orang dewasa, film ini memang bukan film horror. Tapi putri saya, Khina, bisa merasa ketakutan dengan sosok alien tadi. Dia ini tiba-tiba menonton film tersebut karena ikutan si mbaknya. Dia terbangun dan mendapati mbaknya nonton film ini. Saat dialihkan ke channellain, Khina bersikeras untuk tetap menonton film itu, walau dia bilang takut lihat sosok aliennya. Dan, gara-gara itu pula, dia tidak bisa tidur semalaman.

Contoh tadi itu memang bukan  film horror. Pernah pula kejadian saat menonton sebuah tayangan yang netral, tiba-tiba muncul iklan horror (entah itu iklan dari film horror ataupun ringtone horror). Saya sendiri sering kaget dengan kemunculan iklan yang tiba-tiba tersebut, dan tidak sempat memindah channel sama sekali. Nah, bisa dibayangkan bagaimana bila si kecil yang mengalaminya?

Horror sebenarnya bagian dari bentuk kekerasan lain dari tayangan TV,se lalu diwarnai dengan aksi-aksi menakutkan secara fisik maupun psikis yang sama sekali tidak boleh dipertontonkan bagi anak.Namun dalam kenyataanya orangtua masih bersikap double bounce (plin-plan) pada anak. Suatu saat dibolehkan, tapi pada saat lain dilarang.

Saking asiknya menonton tayangan TV, anak dilupakan. Padahal mereka selalu hadir dimana kita berada selama di rumah. Seolah-olah saat itu, mereka boleh meyaksikan asal mendapat pengawalan atau bimbingan orang tua. Seperti yang sering kita lihat pada salah satu siaran TV nasional yang ditandai dengan BO (bimbingan orang tua). Padahal sebenarnya tidak mudah untuk memberikan pengertian bagi anak walaupun badan sensor film telah menyatakan layak untuk anak

Inilah kenyataanya, dimana orang tua kadang lengah dalam memberikan pendidikan yang tepat untuk anak. Saya mengalami hal ini, dan saya berusaha agar tidak terjadi lagi dikemudian hari. Semoga andapun akan melakukan hal yang sama.

***

13260502991679604164
13260502991679604164

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun