Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merintis Pendidikan Layanan Khusus Berbasis TIK di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

28 Agustus 2014   09:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:18 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun proyek percontohan yang dilaksanakan IDKITA Community dengan menggandeng berbagai pihak terkait, bertujuan agar mendapat satu solusi dalam percepatan pemerataan pendidikan dengan memanfaatkan perkembangan TIK di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil, pedalaman dan memiliki siswa yang berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu. Dengan demikian, jika proyek percontohan yang diselenggarakan sesuai kondisi sekolah maupun wilayah setempat dapat dilaksanakan secara sederhana dan upaya untuk menekan semua unsur biaya yang berlebihan, maka kelak jika dapat diimplementasi dengan baik, diharapkan dapat diadopsi ke berbagai wilayah dan daerah pedalaman, terpencil serta miskin di Indonesia.

Seperti yang diketahui, bahwa keinginan untuk merealisasikan Indonesia untuk terkoneksi dengan internet pada tahun 2015 (penduduk Indonesia harus melek internet pada tahun 2015), dimana salah satu programnya diupayakan melalui pemanfaatan dana USO (Universal Service Obligation) yang dikelola oleh kementerian komunikasi dan informatika, khususnya PLIK dan MPLIK, dalam kenyataannya menuai masalah sehingga pada akhirnya sementara harus dihentikan sambil mencari solusi yang tepat agar pengembangan TIK atau kebutuhan internet hingga kecamatan maupun desa dapat dipenuhi.

Sambil menunggu solusi yang tepat tentu saja akan melalui proses yang cukup panjang sesuai birokrasi dan peraturan yang berlaku, sehingga dapat ditebak akan memakan waktu yang lama. Oleh sebab itu, sebagai bagian dari masyarakat yang peduli terhadap pendidikan bagi anak-anak di Indonesia, upaya untuk melihat peluang yang sederhana dengan biaya yang boleh dikatakan dapat ditekan seminimal mungkin, keinginan untuk membantu sekolah-sekolah yang terpencil yang jauh dari perhatian, dapat diupayakan secara bersama-sama dengan keterlibatan semua unsur yang peduli tentang hal ini.

Disamping masalah tersebut, implementasi kurikulum 2013 hingga saat ini masih menemui kendala dan masih terus disosialisasikan untuk mendapat kesepahaman bersama, terutama kebutuhan buku yang belum dapat didistribusikan dengan baik di seluruh Indonesia. Belum lagi pemahaman penyelenggara pendidikan dan pendidik sendiri dalam penyelenggaraan kurikulum yang berbasis kompetensi untuk menciptakan siswa yang kreatif dan inovatif serta berkepribadian luhur, masih menyisahkan masalah tersendiri.

Dengan memperhatikan permasalahan tersebut, maka dengan memanfaatkan TIK untuk mengakses rumah belajar kemdikbud yang saat ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh guru maupun siswa melalui situs http://belajar.kemdikbud.go.id masih menemui kendala ketika ketersediaan akses internet khususnya untuk daerah-daerah terpencil dan pedalaman belum dapat bahkan sulit untuk direalisasikan dengan berbagai masalah.

Lalu apa solusinya dengan proyek percontohan ini? Kami mengupayakan konten rumah belajar tersebut untuk dapat diakses secara offline dengan menyediakan semua konten tersebut dalam media penyimpanan yang cukup dan dapat diakses oleh siswa dan guru melalui jaringan intranet untuk dimanfaatkan baik untuk satu sekolah secara mandiri, atau dengan dukungan pemerintah daerah dan stakeholder mengupayakan jaringan intranet dalam cakupan satu wilayah yang cukup luas, sehingga sekolah-sekolah di wilayah tersebut dapat memperoleh materi ajar yang sama tanpa harus besusah payah mencari koneksi internet yang banyak terkendala di lapangan.

Semua itu paling tidak adalah solusi jangka pendek saat ini sampai menunggu pengembangan infrastruktur TIK yang memadai dan dapat diakses oleh seluruh sekolah di Indonesia, walaupun dalam implementasi nantinya akan menghadapi kenyataan bahwa daerah terpencil dan pedalaman perlu menjadi pertimbangan dan perhitungan yang matang, karena merealisasikan kebutuhan internet tidak hanya berpatokan pada penyediaan infrastruktur saja. Namun harus menyelenggarakan capacity building secara berkesinambungan, di mana sumber daya setempat harus dapat dibekali pendidikan dan pelatihan dalam upaya pemerliharaan infrastruktur yang dibangun, atau paling tidak terdapat relawan-relawan TIK atau organisasi/komunitas  yang sejenis untuk dapat membantu dalam pemeliharaan dan sebagai tenaga teknis maupun instruktur.

***

[caption id="attachment_321238" align="aligncenter" width="640" caption="Papan Nama MI dan MTS Matajang"]

14091671521014970452
14091671521014970452
[/caption]

Apa yang dijabarkan di atas, menjadi pokok pembahasan, diskusi di antara IDKITA  Community, relawan TIK Sulawesi Selatan, Blogger Belajar Maros, Blogger Maros dan Tokoh Pendidikan Kabupaten Maros. Setelah melakukan kunjungan bersama ke MI dan MTS Matajang, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros. Sekitar lebih kurang 2 jam melakukan perjalanan menggunakan kendaraan dari ibu kota Kabupaten Maros.

[caption id="attachment_321240" align="aligncenter" width="640" caption="Perjalanan Menuju Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulsel"]

1409167400120320229
1409167400120320229
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun