Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Magister Psikologi, Pendidik, Ibu Rumah Tangga, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Anak Berprestasi yang Bunuh Orang Tuanya Sendiri

7 Desember 2024   12:06 Diperbarui: 7 Desember 2024   12:06 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal setelah penembakan, Jennifer menelpon 911 untuk meminta pertolongan seolah dia juga menjadi korban di rumahnya itu.

Empat tahun kemudian, pada tahun 2014, kasus ini dibawa ke pengadilan. Saat vonis bersalah diucapkan, Jennifer menunjukkan ketenangan yang mencengangkan, tanpa emosi yang terlihat. 

Namun, ketika ruang sidang mulai sepi dari awak media, dia menangis dan gemetar, tak mampu menahan beban emosional yang dialaminya. Dengan tuduhan pembunuhan tingkat pertama, Jennifer dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kesempatan pembebasan bersyarat.  Pada saat kejadian, usia Jennifer adalah 24 tahun. Jadi ketika fim ini ditayangkan usia Jennifer sekitar 38 tahun. 

Melalui kisah yang memilukan ini, kita diingatkan bahwa tekanan dan harapan berlebihan pada anak bisa memiliki konsekuensi yang fatal. Jennifer merasa tertekan oleh harapan tinggi orangtua padanya yang ternyata semakin hari semakin sulit untuk diraih. Bertahun -tahun tekanan akademik dan emosi yang bertumpuk membuatnya sampai harus berbohong, membenci orang tuanya hingga dendam yang berakibat menghancurkan keluarga dan dirinya sendiri. 

Tetangga Jennifer tak ada yang percaya bahwa anak ini merencakan pembunuhan orang tuanya. Keluarga mereka adalah keluarga baik-baik saja dan harmonis. Begitulah tampilan di luar terkadang tidak bisa menggambarkan apa yang terjadi sesungguhnya. 

Masa kecil bagi Jennifer adalah masa emasnya kala dia bisa berprestasi sesuai harapan orang tua. Namun saat sudah remaja dan dewasa ada hal-hal yang luput dipahami orang tuanya. Pendekatan terhadap anak seharusnya sudah berbeda. Anak-anak yang bermasalah biasanya muncul dari anak -anak yang tidak dipenuhi hak-haknya. Ada 4 hak anak yang harus dipenuhi orang tua yaitu hak hidup, hak perlindungan, hak tumbuh kembang, dan hak partisipasi. 

Jika hak anak tidak terpenuhi maka anak cenderung kehilangan harapan. Anak yang kehilangan harapan hanya melihat semua situasi dari sudut pandang negatif. Emosi negatif yang muncul kemudian mendorongnya untuk menyalahkan keadaan bukan berdamai dengan keadaan. Akhirnya perilaku anak menjadi putus asa, daya juang rendah dan bahkan bisa nekad mengakhiri hidupnya sendiri atau orang yang dianggapnya membuatnya kehilangan harapan. 

Kasus Jennifer Pan bukan hanya sebuah cerita, tetapi juga pelajaran berharga tentang pentingnya pola asuh yang tepat bagi anak sesuai usia perkembangannya. Kini, Jennifer harus menanggung perbuatannya. Bahkan sang ayah diberikan perintah untuk tidak melakukan kontak terhadapnya. Jennifer menjadi sebatang kara, bahkan terkurung seumur hidup di penjara. Sungguh memilukan. 

Tulisan ini saya buat sebagai pengingat, sudahkan saya memberikan hak anak sebelum saya minta mereka memenuhi kewajibannya? Menjadi orang tua bukanlah pekerjaan mudah, namun semuanya akan menjadi indah apabila tahu hak dan kewajibannya masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun