Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilih Jurusan IPA atau IPS, Ya?

16 Mei 2020   12:29 Diperbarui: 16 Mei 2020   12:24 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Deassy M Destiani

Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Meski anak-anak belum bisa masuk sekolah seperti biasa namun tetap saja harus terus melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya bagi yang lulus tahun ini.  Hanya saja buat yang masuk SMA perlu mikir rada keras nih. Soalnya sejak memilih sekolah sudah ditanyakan mau jurusan apa. Pilihannya ada jurusan IPA, IPS dan beberapa sekolah membuka jurusan Bahasa. Waktu saya SMA penjurusan itu dilakukan setelah naik kelas dua bukan mau masuk seperti saat ini. Jadi waktu itu lebih siap yah karena sudah tahu gaya belajar di SMA seperti apa.

Penjurusan ini penting buat masa depan anak, sebab nantinya berhubungan dengan dia mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Persoalannya adalah, anak SMP ditanyakan mau milih jurusan apa suka galau dan bingung. Sebab sekolah juga tidak banyak memberikan informasi terkait hal ini. Apalagi kalau ditanyakan bakat dan minatnya apa pasti jawabannya, "GAK TAUUU."

Tahun ini saya punya anak yang akan masuk SMA, namanya Balqist.  Sebenarnya Balqist anak saya sudah tahu dia mau kuliah dimana. Cita-citanya adalah menjadi seorang psikolog. Alhamdulillah sebenarnya itu cita-cita ibunya yang gak kesampaian, jadi ibunya senang banget jika anaknya mau milih jurusan itu tanpa paksaan. Namun ayahnya kasih masukan bahwa dia juga bisa sekolah di STAN. Ayahnya yakin Balqist berbakat dalam hitung-hitungan. Maka jadilah anak saya galau. Selain itu dia juga bingung mau milih jurusan IPA atau IPS saat masuk SMA nanti. Untuk menjadi psikolog bisa masuk jurusan IPA atau IPS, begitu juga STAN. Nah lebih bingung lagi kan? He..he...

Akhirnya saya memutuskan untuk mengikutkan Balqist dalam tes penjurusan. Saya panggil psikolognya untuk datang ke rumah karena sedang WFH. Maka pada hari yang ditentukan Balqist ikut tes penjurusan dibawah bimbingan seorang psikolog. Butuh waktu sekitar 2 jam buat Balqist menyelesaikan tesnya.

Tiga hari kemudian hasil tesnya dikirimkan pada saya. Hasilnya ada 6 lembar uraian tentang minat, bakat dan kemampuan intelektual anak saya. Hasil tes menjabarkan bahwa Balqist punya MINAT yang kuat pada bidang :

1. Literasi : Pekerjaan yang berhubungan dengan buku, membaca dan menulis.
2. Science : Pekerjaan yang menyangkut analisa, penyelidikan, eksperimen.
3. Personal Contact : Pekerjaan yang berhubungan dengan manusia, diskusi dan bergaul
4. Clerical : Pekerjaan yang menuntut ketepatan, ketelitian dan detail
.

Sedangkan BAKAT nya Balqist ada pada bidang :

1. Berhitung : Kemampuan aritmatika, berpikir praktis dalam berhitung
2. Persamaan Kata : Kemampuan bahasa dan fleksibilitas dalam berpikir
3. Melengkapi Kalimat : Kemampuan berpikir konkrit dan pembentukan keputusan.

Mungkin ada yang belum tahu apa sih bedanya minat dan bakat? MINAT adalah proses menfokuskan diri dengan mengarahkan kemampuan seseorang kepada suatu kegiatan atau bidang yang diminatinya. Singkatnya MINAT ini biasa disebut juga dengan PASSION yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Sedangkan BAKAT adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Jadi bakat itu lebih kepada genetika. Namun bakat ini bisa tidak muncul jika stimulasinya salah. Misalnya jika kita ambil contoh ikan. Bakatnya ikan itu adalah berenang. Namun jika ikan disuruh terbang maka sampai kiamat juga gak bakalan tuh ikan bisa jago terbang. Mungkin saja dengan latihan intensif ikan bisa terbang tapi tak akan secepat burung yang memang secara genetika sudah punya kemampuan buat terbang. Jika ikan diajarkan berenang sejak kecil, maka dia akan lebih cepat belajarnya dan lebih mudah juga mengajarinya. Ikan ini punya potensi untuk jadi juara renang karena memang bakatnya adalah berenang.

Contoh lagi, misalnya punya anak yang yang berbakat melukis, dia akan lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisannya dibandingkan seseorang yang bakatnya main bola. Bisa sih anak yang bakatnya main bola disuruh melukis tapi anak ini prestasi melukisnya akan biasa saja karena itu bukan bakatnya dia.

Nah dari hasil psikotes anak saya, terlihat kan bahwa Balqist itu punya BAKAT dalam berhitung dan literasi. Mungkin itu genetika dari ayah dan ibunya. Ayahnya suka matematika, ibunya suka bahasa. Sementara MINAT Balqist yang tertinggi adalah bidang literasi, science, personal contact (konsultan/psikolog) dan clerical. Jadi psikolognya menyimpulkan bahwa dengan intelegensia Balqist yang diatas rata-rata serta minat dan bakat yang dia miliki maka Balqist bisa memilih jurusan IPA atau IPS. Namun untuk kuliahnya nanti ada beberapa bidang yang menjadi kekuatan Balqist yaitu:

1. Sastra
2. Bahasa
3. Psikologi
4. Matematika
5. Akuntasi
6. Sains

Enam bidang yang direkomendasikan psikolognya itu sebagian besar ada di jurusan IPS. Jadi menurut saya, Balqist harus memilih IPS untuk SMA nya kelak daripada dia memilih IPA. Sebab banyak ilmu yang gak diperlukan kalau dia memilih jurusan IPA. Justru kalau memilih IPS kemampuan dia akan lebih maksimal, semua potensinya bisa tersalurkan. Tinggal nanti memilih kampusnya saja mau kuliah dimana.

Tes penjurusan ini menurut saya penting buat anak agar anak tahu bahwa dia sudah berada di jalur yang benar. Banyak anak yang kuliah baru setahun ingin ganti jurusan karena gak cocok. Makanya pastikan dulu sejak dini mau milih jurusan apa biar gak menyia-nyiakan waktu, pikiran, tenaga dan uang tentunya.

Waktu SMA saya juga pakai psikotest untuk penjurusan. Hasil psikotes sih saya bisa masuk IPA dan IPS. Kata wali kelasnya saya lebih cocok masuk IPA. Zaman dulu jurusan IPA itu sangat bergengsi karena didominasi anak pintar yang harus berkutat dengan matematika, fisika, kimia, biologi. Sementara kalau IPS biasanya buat mereka yang ingin santai gak ada pelajaran hitung-hitungan jelimet dan science. Zaman sekarang sepertinya itu sudah gak berlaku yah. Semua jurusan sama baiknya. Tinggal pastikan saja anaknya punya minat dan bakat dimana jangan asal pilih karena teman atau karena ikut-ikutan gengsi aja.

Jadi biar gak salah pilih jurusan anak wajib tahu sejak mereka lulus SMP bahwa jurusan IPA itu nanti bisa kuliahnya dimana saja, jurusan IPS bisa masuk dimana saja. Saat ini sudah banyak bidang studi yang baru. Cari tahu sebanyak-banyaknya agar tidak kudet. Sebetulnya bisa juga sih kuliah itu lintas jurusan tapi kan malah gak berguna mata pelajaran yang sudah kita pelajari waktu SMA. Jadi lebih baik pastikan dari sekarang mau kemana. Jika masih galau psikotes aja.

Kalau hasil psikotesnya sudah keluar nah ini orang tua perlu legowo. Apabila hasil tes tidak sesuai dengan yang kita kehendaki maka orang tua harus mendukung penuh anak dalam bidang yang dia sukai. Bisa jadi memang air cucuran atap tidak selalu jatuh ke bawah karena ada yang menahan. Maksudnya tidak semua anak yang orang tuanya jadi dokter akan jadi dokter pula. Ayah saya arsitek, Ibu saya penjahit. Tak ada satupun anaknya yang jadi arsitek namun ada yang usaha menjahit dan konveksi yaitu adik-adik saya. Sementara saya sendiri malah jadi penulis dan guru paud padahal lulusan IPB.

Untuk masa depan anak orang tua hanya perlu menjadi "motivator" bukan "maksakator". Orang tua yang suka maksa anak untuk ambil jurusan sesuai kehendak orang tua itu namanya "maksakator". Orang tua itu cukup menjadi motivator seumur hidup buat anaknya. Lihatlah kelebihan mereka bukan kekurangannya. Temukan hal yang istimewa pada diri anak-anak kita. Kahlil Gibran dalam syairnya berkata :

Anakmu Bukanlah Milikmu...
Anak adalah kehidupan,
Mereka sekadar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu
karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,
Karena jiwanya milik masa mendatang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekalipun

Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan
Tidak tengelam di masa lampau.

Kaulah busur,
Dan anak -- anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menantangmu dengan kekuasaan-Nya,
hingga anak panah itu meleset,
jauh serta cepat.

Meliuklah dengan sukacita
Dalam rentangan Sang Pemanah,sebab Dia
Mengasihi anak- anak panah yang meleset laksana kilat,
Sebaimana pula dikasihiNya busur yang mantap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun